41 || Mereka Tahu.

531 41 0
                                        

Terlihat di ruang tengah, Melvin, Leo, Gevin, Renjana dan Jovan berkumpul di sana dengan televisi yang menayangkan kartun kesayangan sejuta umat. Upin-ipin.

"Kalo dilihat-lihat, Bang Ren mirip Kak Ros ya?." Celetuk Gevin tiba-tiba yang membuat si pemilik nama menoleh padanya.

"Iya ih, emosian." Sahut Leo.

"Bukan sifatnya, tapi mukanya! Lihat tuh, mirip Bang Ren kan?." Tanya Gevin.

"Eh iya! Baru sadar gue anjir. Ren, kok muka lo bisa cantik sih?." Tanya Jovan yang menyetujui opini Gevin.

"Astaghfirullahalazim! Tobat lo Jovan!!." Pekik Renjana dan tawa pun terdengar.

"Kalian ini ada-ada aja sih kelakuannya." Heran Melvin.

"HALO SEONGGOK DAGING PENUH DOSA!!." Teriak Naka yang baru saja turun tangga.

"Astaghfirullah, ini lagi!." Lelah Melvin.

"Ya Allah capek.." Lirih Renjana.

"Lo kenapa sih?!." Tanya Renjana ketika melihat Naka yang berlari kearah mereka.

"Gue semalem mimpi Asa dong!!." Seru Naka yang membuat kelimanya menoleh padanya.

"Wah, serius?." Tanya Leo yang dianggukki semangat oleh Naka.

"Gimana coba?." Tanya Jovan.

"Jadi gini. Asa pake outfit yang waktu pulang ke Bandung, dia pake hoodie putih sama celana jeans hitam." Ucap Naka mulai bercerita.

"Oke, lanjut?." Sepertinya Renjana sudah tidak sabar untuk mendengarnya.

"Awalnya, gue tiba-tiba ada di taman bunga. Wah, indah banget. Pikir gue. Terus pas gue lagi lihat-lihat bunga, tiba-tiba ada yang manggil gue. Suaranya leemmbuuutt banget, gini ekhem! 'Nana..' gitu. Gue noleh dong, dan di sana gue lihat Asa, dia senyum ke gue mana manis banget lagi senyumnya. Tiba-tiba aja gue nangis, karena jujur aja gue sekangen itu sama dia."

"Hm." Kelimanya bergumam untuk menanggapi cerita Naka yang begitu antusias.

"Terus dia nyamperin gue dan usap pipi gue. Hmm serasa mimpi- ya emang mimpi sih. Lanjut! Terus dia peluk gue, dia bilang 'terimakasih karena udah relain gue, di sini gue bahagia, kalian jangan nangis terus, jaga kesehatan dan bahagia selalu buat kalian' gitu. Pas Asa lepasin pelukannya, tiba-tiba aja gue ngerasa kalo Asa itu jauh banget dari pandangan gue. Dia senyum terus dan melambaikan tangan, lalu lama kelamaan dia menghilang pas angin kencang bikin mata gue merem." Dan Naka pun menutup ceritanya.

"Aaa terharu.. Ya Allah terimakasih kalo Harsa bener-bener bahagia di sana." Ucap Renjana dengan tangan yang mengusap air matanya.

"Iya ih, serius gue gak nyangka banget Asa bakal mampir ke mimpi gue! Mana pas- eungh.." Ucapan Naka terpotong ketika ia merasakan sakit yang menghantam kepalanya secara tiba-tiba. Naka terus mengerjapkan matanya untuk menetralkan rasa sakit yang saat ini ia rasakan.

"Na? Lo kenapa?." Tanya Jovan khawatir.

"Gak papa.." Lalu Naka bangkit dari duduknya dan berlari menuju kamarnya meninggalkan kebingungan yang menguasai kelima sahabatnya.

"Aneh." Gumam Renjana lalu menyusul Naka.

Didalam kamar, Naka meremas rambutnya erat dengan dirinya yang sudah terduduk di lantai. Naka terus meracaukan rintihannya, ini benar-benar sangat menyakitkan bagi Naka. Ia merasakan cairan yang mengalir dari lubang hidungnya, nafasnya tersengal-sengal seraya menatap setiap jemarinya yang terlilit oleh surai miliknya.

Cklek!.

"Na! Hey, lo kenapa?." Panik Renjana lalu meraih tissue yang tak jauh dari posisinya.

Dengan telaten, Renjana menghapus cairan merah di hidung Naka tanpa ada rasa jijik sedikitpun. Renjana mengedarkan pandangannya, ia menatap helaian rambut di lantai lalu ia kembali menatap Naka.

Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang