15|| Dia nakal lagi.

818 55 1
                                        

Setelah perkara mangga curian, Melvin membawa Adik-adiknya pulang dan langsung memberikan nasihat kepada mereka. Ke-enam Adiknya itu terdiam dengan kepala yang menunduk.

"Kalian tau? Gue diomelin sama Bu Nia, karena hal yang gak gue lakuin. Dan lo, jangan pernah ngulangin hal kayak gitu lagi. Bu Nia ngomelin gue, kalian denger sendiri." Ucap Melvin lalu menyalakan audio hasil rekamannya.

"Ya lagian kenapa Adik kamu itu nyuri mangga saya? Kan dia bisa ijin dulu. Kamu bilangin sama Adik kamu yang super nakal itu, jangan pernah menyentuh apapun yang saya punya. Mencuri itu dilarang, itu salah satu hal yang haram dan gak boleh dilakukan!."

Melvin mematikan rekaman itu dan kembali menatap Adik-adiknya datar terutama Harsa, anak itu sedari tadi tak berani untuk sekedar mengangkat kepalanya dan menatap Melvin balik.

"Mau diulangin?." Tanya Melvin datar.

Adik-adiknya itu menggelengkan kepalanya kecuali Harsa. Anak itu menunduk, diam tak berkutik sama sekali, dan hanya terdengar isakan darinya.

"Harsa?." Tanya Melvin.

Renjana menoleh pada Harsa lalu menepuk punggung anak itu, namun sang empu sama sekali tak meresponnya, ia enggan untuk mengangkat kepalanya.

Melvin menghembuskan nafasnya perlahan, lalu berdiri tepat dihadapan Harsa dan mengusap rambut anak itu dengan lembut.

"Harsa, Abang gak marah kok, Abang cuman negur." Begitulah Harsa, ia kalau merasa bersalah tak berani untuk mengangkat kepalanya, lalu menatap ke-enam saudaranya. Tapi jika dia tak merasa bersalah, ia akan marah dan mengangkat kepalanya serta menatap tajam yang lain.

"Harsa.. Angkat kepalanya. Udah kok, Abang udah gak negur lagi." Ucap Melvin.

"Maaf.." Lirih Harsa.

"It's okay, tapi jangan diulangin lagi ya? Gak baik." Ucap Melvin lembut.

Barulah Harsa mengangkat kepalanya dan menatap Melvin ragu.

"Disini gak cuman lo kok yang salah, kan mangganya kita makan bareng-bareng." Ucap Naka lalu terkekeh.

Harsa tersenyum tipis pada Naka yang tersenyum begitu lebar, lalu ia menyenderkan kepalanya di sofa dengan wajah yang lemas.

"Kenapa? Udah jangan sedih gitu." Ucap Jovan.

Lalu Harsa menjatuhkan kepalanya tepat di bahu Renjana, yang membuat sang empu meliriknya.

"Gue pinjem pundak lo bentar ya?." Bisik Harsa pada Renjana, dengan cepat telapak tangan Renjana menangkup wajah Harsa.

"Hey? Lo kenapa?." Tanyanya panik, pasalnya Harsa kalau begitu pasti ada sesuatu yang ia rasakan.

"Gak papa." Jawab Harsa.

Melvin dan yang lain pun mulai mendekati Harsa, Naka yang duduk disamping anak itu pun langsung menyentuh kening Harsa bertepatan dengan Leo yang berdiri dan membawa langkahnya menuju dapur. Renjana mengusap lembut surai hitam kecoklatan milik Harsa, dengan Jovan dan Gevin yang tak lepas menatap Harsa.

"Minum dulu, Bang." Ucap Leo seraya menaruh gelas berisikan air diatas meja.

"Gue gak papa kok, jangan ngelihatin gue kayak gitu elah." Ucap Harsa lirih.

"Gak papa gimana, suara lo aja lemes gitu." Ucap Renjana.

"Apa yang lo rasain? Bilang, Sa." Tanya Naka lembut.

"Gue gak papa." Jawab Harsa.

"Sa, bilang sama kita." Ucap Jovan.

Harsa menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Rintihan terdengar darinya. Tak lama, ia pun terkekeh ketika melihat bagaimana raut wajah ke-enam sahabatnya yang menunjukkan kekhawatiran.

Our HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang