Pagi harinya, Melvin dkk minus Harsa, sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Aman damai dan sejahtera, begitulah keadaan kost-an saat ini. Yang anehnya malah membuat mereka bosan.
"Hah!! Gak ada si Harsa, gak seru ternyata!!." Celetuk Renjana dengan tangan yang masih memasangkan sepatu pada kakinya.
"Iya ih! Ada bikin kesel, gak ada kangen. Padahal belum ada sehari anjir." Sahut Naka.
"Bang Melv, tebus aja deh Bang.. Sepi nih rumah kalo gak ada Bang Asa." Ucap Leo lesu.
"Emang bisa ditebus?." Tanya Gevin bingung.
"Gak tau. Tapi usaha lah dulu.." Jawab Leo seraya menilin ujung seragam Gevin.
"Ya tapi Abang kalian itu harus di hukum, bahaya tau balapan liar tuh." Ucap Melvin.
"Abangg.. Kok Abang tega sih? Pasti Bang Asa kesepian di sana, pake uang gue aja nebus-nya." Ucap Leo membujuk.
Sementara ditempat lain..
"Haha.. Iya anjir, kemarin si Kevin abis ditolak 'kan?." Harsa tertawa begitu bahagia karena berhasil menyudutkan Kevin tentang percintaannya.
"Sa, lo bener-bener nyebelin sumpah! Itu ke-enam saudara lo, kok kuat sih tinggal serumah sama lo? Gue aja yang belum seharian sama lo udah kesel, gue salut sama mereka." Ucap Kevin yang tersudutkan.
"Yee mereka mah the best, gak kayak lo." Sahut Harsa. "Tapi, gue kangen sama mereka." Lanjutnya.
"Kangen itu pasti, gue tau kok. Walaupun kalian itu gak kandung, tapi kalian udah bersama-sama dari masa-masa baru ngerasain puber." Ucap Kevin.
"Ho'oh, makanya kangen." Balas Harsa.
•
•
•"Bang, kantin yuk?." Ajak Naka pada Melvin dan Renjana. Saat ini mereka sudah sampai di jam istirahat pertama.
Melvin mengangguk dan berdiri disusul oleh Renjana dan Naka, ketiganya berjalan keluar dari kelas dan menghampiri kelas sebelah terlebih dahulu. Melvin, Renjana dan Naka, masuk ke dalam kelas tersebut dan menghampiri bangku yang lain.
"Siang, Abang-abang.." Sapa Gevin ketika melihat Melvin, Renjana dan Naka menghampiri bangkunya.
"Siang." Sahut ketiganya datar.
"Kantin yuk? Laper nih, lambung gue dah nangis minta dikasih makan." Ucap Renjana.
"Yuk." Sahut yang lain.
Melvin dkk atau sering disebut Merjasakalevin geng yang diambil dari nama-nama mereka, Me (MElvin), R (Renjana), Ja (JovAn), Sa (harSA), Ka (naKA), Le (LEo) dan Vin (geVIN). Mereka sedang berjalan santai di area kantin setelah selesai memesan makanan, lalu mereka duduk di meja tempat mereka yang tak pernah ada yang mau dan berani menempatinya.
Padahal Merjasakalevin ini anak baik-baik, tapi siswa-siswi disekolah ini lumayan tak berani kepada mereka. Lebih tepatnya, menghargai mereka. Tak lama kemudian, pesanan mereka pun telah siap dan langsung diantarkan oleh si penjual ke meja mereka. Tak lupa mereka mengucapkan terimakasih dan langsung membayarnya.
"Eh, kalian tau gak sih? Merjasakalevin itu bukan saudara kandung melainkan sahabat yang tinggal seatap?." Sayup-sayup Merjasakalevin mendengar pembicaraan siswi-siswi yang berada di meja yang tak jauh dari mereka.
"Masa sih? Kalo gue lihat-lihat, muka mereka hampir mirip." Tak jarang pula siswi-siswi tersebut mencuri pandang ke arah meja mereka.
"Bang, kita di ghibahin." Celetuk Leo berbisik.
"Udah dengerin dulu aja." Ucap Melvin dan mereka kembali menajamkan pendengaran mereka.
"Iya ih, coba lo perhatiin aja. Mukanya Naka sama Jovan itu agak mirip, muka Jovan sama Melvin juga, Renjana sama Harsa kalo di perhatiin secara inci, menurut gue agak mirip sama-sama lumayan berisi pipinya. Terus Leo mukanya menurut gue perpaduan antara Harsa sama Melvin. Dan terakhir, Gevin, mukanya Jovan banget kalo kata gue." Merjasakalevin menahan tawa mereka ketika mendengar penuturan salah satu dari keempat siswi tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Roman pour AdolescentsKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...