Hari silih berganti, minggu ke minggu telah dilewati dan ketujuh manusia berbeda darah itu masih tetap setia bersama didalam kost-an sederhana namun penuh makna. Si tetua diantara ketujuhnya, Melvin. Saat ini ia sedang terduduk di lantai yang beralaskan sebuah karpet bermotif Doraemon, menunggu kepulangan kedua Adiknya yang ditugaskan untuk berbelanja oleh si pembuat aturan di kost-an itu. Siapa lagi kalau bukan, Renjana. Salah satu anggota kost-an yang memiliki peran penting di sana, setelah Naka dan Harsa.
Didalam kamar nomor dua, terdapat Jovan, Leo dan Naka yang sedang bermain di komputer milik Renjana secara bergantian. Lalu dimana si pemilik komputer berada? Jawabannya, Renjana sedang berada di sebuah toko akrilik untuk membeli alat gambar.
Dan disisi lain, Harsa bersama dengan Gevin sedang beradu argumen tentang apa saja yang harus mereka beli.
"Abang mah kebiasaan! Kita itu di tugasin buat beli makanan dan minuman yang sekiranya bisa dinikmati bersama. Bukan buat Abang aja."
"Yaelah, Vin, satu aja ya? Gak bakal bikin kita jatuh miskin kok."
"Bang, nanti Bang Ren ngambek loh. Ayo ah kita cari lagi yang lain."
Dan mau tak mau Harsa pun mengikuti arah langkah kaki jenjang milik si bungsu itu. Dengan tangannya yang tak bisa diam, Harsa dengan sengaja memasukkan beberapa makanan ringan kedalam keranjang yang di dorongnya.
"Nah akhirnya ketemu juga pesanan Bang Nana, Bang." Ucap Gevin ketika berhasil menemukan pesanan Naka, lalu keduanya pun melanjutkan langkahnya untuk mencari yang sedang mereka cari.
"Lo kenapa kesini sih? Ini mah barisan protect semua anjir." Tanya Harsa cetus.
"Ish si Abang, gue tuh lagi nyari bye bye fever." Balas Gevin yang mulai kesal.
"Buat apaan?."
"Ya buat jaga jaga, kalo udah ada kan gampang."
"Begitu kata Bang Ren." Lanjut Gevin ketika mendapatkan tatapan tajam dari Harsa.
"Bener ya? Awas loh." Tanya Harsa dengan sedikit ancaman.
"Iya, Bang."
Ting!
Terdengar suara notifikasi yang berasal dari ponsel Harsa membuat sang empunya merongoh saku celana jeans yang ia pakai. Lalu membuka ponselnya, terlihat wajah bingung yang begitu jelas tercipta diwajahnya, dan Harsa kembali memasukkan ponselnya kedalam saku celana tanpa membalas pesan yang ia dapat.
"Kenapa Bang?." Tanya Gevin.
"Ah! Enggak, ayo ih pengen cepet pulang." Rengek Harsa.
"Iya iya, lo ngerengek gitu ke gue jadi kayak gue itu lebih tua dari lo."
"Apaan sih? Gue lebih dulu lahir dibanding lo."
•
•
•"Na!! Paket lo dateng!!." Teriak Melvin memberitahu.
Tak membutuhkan waktu lama, Naka pun keluar dari kamar Renjana dan Jovan lalu menuruni tangga dan menghampiri Melvin yang duduk diruang tengah sendirian.
"Kenapa gak diambil sih?." Tanya Naka heran.
"Udah pw."
Tanpa membalas ucapan Melvin, Naka membuka pintu dan menerima paket yang ia pesan minggu lalu.
"Terimakasih, Pak."
"Sama-sama, Mas. Kalo begitu, saya permisi assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Sahut Naka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
أدب المراهقينKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...