Perjalanan menuju Yogyakarta mampu memakan waktu yang lama. Saat ini langit sudah mulai gelap dan waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, karena memang mereka berangkat pukul sepuluh siang ditambah lagi dengan jalanan yang macet parah.
Kini ketujuh anak remaja itu sedang berada di masjid, karena setelah sholat magrib mereka memilih untuk istirahat sejenak sambil menunggu adzan isya, supaya mereka tak harus berhenti lagi nantinya.
Beberapa menit kemudian, adzan isya pun berkumandang, dan Melvin dkk memasuki masjid setelah mengambil wudhu tadi, kecuali Leo, ia hanya duduk dilantai teras masjid sambil menunggu yang lain.
Awalnya Leo ragu untuk sekedar duduk di teras tempat ibadah muslim tersebut, namun Melvin menyakinkannya bahwa itu bukanlah masalah. Sampai pada akhirnya, Leo pun mau dan menurutinya.
Sedang enak-enaknya bersantai sambil menjejerkan sendal Melvin dkk dan membentuk sendal itu layaknya gunung. Tiba-tiba saja ada tiga orang gadis yang menegurnya.
"Masnya kenapa gak masuk?." Tanya seorang gadis.
Leo mengangkat kepalanya guna menatap ketiga gadis itu. "Gak papa." Jawabnya.
"Masnya udah sholat?." Leo menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Loh, kenapa? Sholat itu wajib loh, Mas. Sana masuk." Ucap satunya lagi. Leo menatap mereka bingung.
"Saya gak sholat, Mbak." Balas Leo, yang kali ini membuat tiga gadis itu bingung.
"Masnya lagi halangan? Lucu banget, padahal ganteng loh." Ketiga gadis itu tertawa sinis, membuat Leo berdiri dari duduknya.
"Mas, sholat itu wajib bagi semua umat muslim. Masnya ada disini, berarti muslim dong." Lalu mereka pun kembali tertawa.
"Masnya aneh." Ucap yang satunya lagi.
"Mbak, sholat itu emang wajib buat umat muslim, tapi enggak buat saya." Ucap Leo kesal dan membuat ketiga gadis itu terdiam seketika.
"Maksudnya? Gak mungkin kan kalo Masnya-"
-Iya." Potong Leo lalu mengeluarkan kalung Rosario yang ia sembunyikan dibalik baju kaos yang ia pakai. "Saya nonis, Mbak." Lanjutnya yang membuat tiga gadis itu terkejut.
"Kenapa, Le?." Tanya Melvin yang sudah selesai dengan ibadahnya, dan menghampiri Leo.
"Dikira, di dunia ini agamanya muslim semua kali ya?." Sinis Leo.
Mendengar itu, langsung membuat Melvin dkk mengerti.
"Buat Mbak-mbaknya, mending kalian masuk aja. Lagian, temen saya ini sedang menunggu kita, jadi silahkan." Ucap Naka dengan senyumnya.
Ketiga gadis itu langsung bergegas masuk kedalam masjid setelah mengucapkan maaf pada Leo. Setelahnya, Melvin dkk pun berjalan mendekati sendal mereka masing-masing, namun ketika melihat keadaan sendalnya. Melvin dkk tertawa membuat Leo bingung.
"Kalian ngetawain karena gue nonis?." Saat ini, Leo masih kesal dan agak sensitif.
"Heh! Suudzon lo! Tuh, lo apain sendal kita?." Ucap Renjana, lalu Leo melirik kearah tunjuk Renjana dan ikut tertawa.
"Sorry, abisnya gue gabut." Ucap Leo.
"Ya udalah, cepet pake sendalnya. Kita lanjutkan perjalanan." Titah Melvin.
"Cari makan dulu gak sih? Laper." Tanya Renjana.
"Gas!!." Sahut keenamnya.
Mereka berjalan menelusuri trotoar jalan, karena beberapa meter dari masjid di sana ada rumah makan. Setelah sampai, mereka langsung masuk dan memesan makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home
Novela JuvenilKatanya.. Orang asing akan menjadi keluarga, dan keluarga akan menjadi asing. Itu ternyata memang bener adanya. Kami adalah 7 mimpi yang berusaha untuk bangkit dan berdiri di kaki kami sendiri. Dibawah derasnya air hujan, kami tertawa guna menutupi...