02

276 29 10
                                    

"Tidak apa-apa," Force menggelengkan kepalanya dengan santai.

Book dengan cepat mengamati orang di depannya dalam benaknya. Dia tidak keberatan berbagi tempat tidur dengan seorang pria, tetapi dia orang yang cepat terbangun. Jika orang ini memiliki kebiasaan tidur yang aneh, dia tidak ingin terjaga sepanjang malam. "Apa tidak ada sofa?"

Force menunjuk ke sofa kecil di ruang tamu ketika dia melihat Book tidak berbicara. Book menoleh untuk memperkirakan lebar sofa; sepertinya tidak lebih dari 1,6 meter. Dia mungkin bisa tidur dengan kaki meringkuk. Di Roma, lakukanlah seperti orang Romawi. Meskipun Book terbiasa dengan kehidupan mewah, dia juga mengerti bahwa dia tidak punya hak untuk memilih saat ini. Segera, dia meletakkan tasnya di sofa, lalu duduk dan menepuk-nepuk bantal. Elastisitasnya lumayan, dan tidak terlalu empuk atau terlalu keras, cukup untuk tidur. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada kasur bobrok di motel itu.

"Oke." Book mengangguk ke arah Force.

Namun orang di depannya tampak terkejut, "Tidak, maksudku adalah, aku akan tidur di sofa."

"Kamu?!" Book mengukur tubuh tinggi pria itu, "Kau tidak akan muat di sofa ini."

"Tidak masalah, aku sudah terbiasa tidur disofa." Kata Force, dengan gugup memegangi jahitan celananya.

Book terdiam selama dua detik, merenungkan arti dari "sudah terbiasa." Mungkinkah dia sebelumnya pernah menginap dengan orang lain?

Karena pembicaraan sudah sampai pada titik ini, dia tidak bisa menolak lebih jauh.

"Terima kasih atas kebaikanmu. Jika aku menemukan tempat tinggal baru, aku akan segera pindah. Sebelumnya Aku minta maaf atas ketidaknyamanan yang akan aku sebabkan selama disini," kata Book.

"Tidak, tidak perlu terburu-buru." Force menggelengkan kepalanya. "Walau aku sudah terbiasa tinggal sendiri. Aku... tidak merasa terganggu dengan kehadiranmu disini."

Aneh, sungguh aneh.

Meskipun Book baru bekerja beberapa hari, dia tidak mengerti mengapa seseorang bisa begitu baik kepada mantan majikannya.

"Tuan sudah makan?"

"Belum." Book berdiri dari sofa, tidak dapat menahan diri, "Dan, jangan panggil aku tuan lagi."

Dia bukan majikan Force lagi, tidak etis memanggilnya seperti itu.

"Lalu aku harus memanggilmu apa?" ​​Tatapan Force tulus, tampak sangat ingin menemukan jawaban yang cocok.

"Panggil saja dengan nama panggilanku."

"Baiklah, Tuan Book." Force mengangguk.

Book mendesah.

"Ah, Book, Kasibook..." Lidah Force seperti kaku, berjuang beberapa saat sebelum akhirnya mengucapkan dua kata sederhana itu.

Tidak baik bagi mereka berdua untuk canggung di dibawah atap yang sama. Force berjalan ke dapur, berpikir untuk membuat sesuatu untuk makan siang. Namun saat membuka kulkas, selain dua tomat dan beberapa botol bir, tidak ada yang bisa disebut bahan masakan.

Force menggaruk kepalanya dengan canggung. "Bagaimana kalau kita makan di luar?"

Book tidak makan dengan benar selama beberapa hari, jadi dia mengangguk setelah berpikir sejenak. "Aku akan mentraktirmu."

Langit di luar jendela sudah mulai gelap, jadi Force mengambil payung besar dari lemari sepatu di pintu.

Book membuka pintu dan secara kebetulan bertemu dengan tetangga dari pintu seberang yang juga keluar, seorang wanita tua.

✅[BL] Your Cosy Touch (ForceBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang