Force secara naluriah menolak, tetapi Book dengan paksa membuka jari-jarinya.
"Apa kau akan menarik kembali kata-katamu?" dia menatap mata Force, bertanya dengan sungguh-sungguh.
"Tidak," Force menyangkal.
Kemudian Book menggunakan taktik yang sama lagi, menoleh dan menggigit telinga Force. Dia memperhatikan ketegangan di tubuh pria itu berangsur-angsur mereda.
Book mengendalikan sentuhan intim ini, merasakan api yang tak dapat dijelaskan menyala di dalam hatinya. Dia ingin memprovokasi sisi buas Force. Dia ingin melihat pria ini kehilangan akal sehat untuknya, bahkan jika dia menolak untuk mengatakan sepatah kata pun.
Ruang tamu gelap gulita, tanpa suara dari luar. Dibandingkan dengan terakhir kali, ini terasa lebih seperti permainan melampiaskan frustrasi.
"Lalu, apa kamu akan menolak ini?" Telapak tangannya yang hangat tanpa malu-malu menyentuh bagian depan celana Force membuat pria itu terkesiap. Saat Book secara aktif meremas tengkuk dan membelai daun telinganya, Force tidak bisa lagi mempertahankan rasionalitas, lagipula Book yang minta jadi dia dengan senang hati memberinyaForce menoleh, menangkap kilauan permata hitam yang menatap sayu kearahnya, mengklaim bibir penggoda itu dan merapatkan tubuh mereka, telapak tangan lebarnya secara naluriah menangkup bongkahan pantat bulat pria ini, meremasnya dari balik celana.
Book mengerang di dalam ciuman mereka, melepas tautan bibirnya yang menyisahkan seutas benang saliva, dia terhuyung turun dari sofa, melepas celana panjangnya dan hampir tersandung.
Force hanya menatap lurus kearah tubuh telanjang pria itu diterangi cahaya bulan keperakan yang mengintip dari sela tirai, jakun Force naik turun, saat Ia hendak mengulurkan tangan, Book sudah kembali menindihnya, paha putih mulus itu mengangkangi selangkangannya dan duduk tepat di atas kesejatiannya.
Force menarik nafas panjang ketika pantat pria diatasnya secara aktif bergerak maju mundur, seolah ingin memastikan bahwa dia juga berhasrat padanya.
"Kenapa? Kamu juga tidak sabar bukan?" Book terkekeh saat kedua tangan Force terulur dan membelai perut hingga dadanya, kedua mata Book terpejam, menikmati sentuhan itu dengan sedikit frustasi, dia merasa seperti seorang jalang.
"Kamu yang mulai". Force bangkit dari posisinya, memutar tubuh dan memposisikan Book di atas pangkuannya, kedua kaki kuat itu memijak lantai, sengaja melebarkan lutut agar Ia bisa lebih leluasa bermain dengan pantat bulat Book.
"Aku suka kamu yang cepat belajar seperti ini". Kembali belahan bibir mereka bertemu, saling bercumbu dan menghiraukan cuaca yang semakin dingin.
Saat malam semakin larut, cengkeraman Book sedikit mengendur. Dia melingkarkan lengannya erat-erat di bahu Force, meninggalkan bekas gigitan yang dalam di bahunya.
Force langsung meringis kesakitan, menarik napas dalam-dalam. Book hampir setengah tergantung di sofa. Namun Force tidak melepaskannya, sebaliknya, ia melingkarkan lengannya erat di punggung Book, membiarkannya menggigit bahunya.
Hanya ikan di dalam akuarium yang menjadi satu-satunya penonton konfrontasi ini.
Satu jam kemudian, napas berat mengakhiri permainan mereka dengan berlama-lama. Kemudian, hampir tanpa ragu, Book bangkit dan kembali ke kamar tidur, meninggalkan Force dengan sensasi yang samar-samar.
Tirai di kamar tidur masih belum ditutup, dan saat Book berbaring di tempat tidur, ia melirik ke luar. Langit sudah berubah menjadi putih keabu-abuan. Ia menatap langit sebentar, tetapi tetap tidak bisa tertidur. Ia membalikkan badan menghadap dinding dan setengah memejamkan mata. Cahaya ungu tua di muncul dan menghilang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅[BL] Your Cosy Touch (ForceBook)
FanfictionSelama 25 tahun pertama kehidupan Book Kasidet, ia hidup dalam kemewahan dan pemborosan, dengan kepribadian yang sombong dan sulit diatur. Siapa yang mengira keluarganya tiba-tiba bangkrut, dan semua aset mereka dilelang? Seluruh keluarganya pindah...