07

126 16 1
                                    

Dalam kursus bisnis yang diikuti Book, sebagian besar mengajarkannya cara mengelola bisnis, cara berekspansi ke pasar baru, dan cara mempertahankan serta meningkatkan nilai aset. Namun, tidak pernah ada kelas yang mengajarkannya cara mengisi perutnya sendiri saat ia bangkrut. Bisnis taksi online Force telah berakhir, dan resume yang dikirimnya tidak pernah ditanggapi.
Meskipun Force memiliki sejumlah tabungan, itu tidak cukup untuk menghidupi mereka berdua tanpa penghasilan apa pun. Book tidak ingin hidup dari kemurahan hati orang lain.
Mereka berdua saling menatap kosong di rumah selama beberapa jam hingga minyak di lampu padam.
Force bangkit dan pergi ke dapur, hanya untuk mendapati lemari es kosong, bahkan sebutir beras pun tidak tersisa di tempat beras.

Mereka tidak bisa mati kelaparan. Mereka berdua harus keluar lagi untuk membeli bahan makanan di malam hari.
Begitu berada di luar, Book benar-benar merasakan kecanggungan lokasi tempat tinggal barunya. Dalam radius tiga kilometer, tidak ada supermarket makanan segar yang layak. Toko serba ada yang mereka kunjungi terakhir kali lebih seperti toko serba ada kecil, tanpa sayuran segar, apalagi daging.

Pasar malam sudah tutup, dan tidak ada tempat untuk membeli makanan.

"Bagaimana biasanya kamu membeli bahan makanan?" tanyanya pada Force, sambil mengancingkan mantelnya erat-erat.

"Dulu aku membelinya dari kota saat aku selesai bekerja dan membawanya pulang," jawab Force.

Baiklah. Book merasa semakin putus asa. Tanpa mobil, dia harus menghabiskan setengah hari naik bus untuk membeli bahan makanan di masa mendatang.

Di sebelah halte bus ada tiang listrik besar yang dipenuhi iklan psoriasis berwarna-warni.

Force melirik iklan itu dengan bosan dan melihat kartu merah dengan lima karakter emas di atasnya.

Kata-kata tebal itu berbunyi: "Hadiah Besar untuk Donor Sperma."

Di bawah ini terdapat beberapa baris teks kecil: "Khususnya mencari pria dewasa sehat berusia 20-30 tahun..."

Force merasa iklan itu cukup menarik dan menoleh ke Book, bertanya, "Menurutmu berapa biaya yang mereka keluarkan untuk donasi sperma? Apa itu bisa menutupi biaya mobil rongsokanku?"

Book memutar matanya. "Silakan saja, jika kamu beruntung, kamu bahkan mungkin masih punya ginjal saat kembali."

"Apa?" seru Force. Sebelum dia sempat memahami, bus itu tiba di halte.

Mereka berdua berdesakan di dalam bus yang bergoyang mengikuti kerumunan.

Pada malam hari kerja, lalu lintasnya padat. Bus itu bergerak lambat, menempuh jarak kurang dari lima ratus meter dalam waktu setengah jam.

Book terjepit di tengah kerumunan, memegang hidungnya dan tidak berani bernapas dalam-dalam.

Merasa tidak nyaman, dia merasa seperti akan muntah di tempat yang begitu ramai.

Tiba-tiba, bus itu melewati lampu merah, dan pengemudinya menginjak rem mendadak, menyebabkan bus itu melambat tajam dan terhuyung ke depan.

Book, yang sudah tidak stabil, hampir jatuh ke depan.

Untungnya, sepasang tangan menahannya.

Ketika Book menoleh, dia melihat Force. Tubuhnya yang kaku seperti dinding yang menopang punggungnya.

Mereka berdua saling menempel, tidak bisa bergerak, saat bus itu bergoyang maju mundur. Tubuh mereka saling menempel erat, dan pakaian mereka saling bergesekan. Rasanya agak aneh.

Saat bus melintasi persimpangan dan memasuki blok lain, Book melihat ke luar jendela. Lingkungan sekitar tampak lebih mewah, dengan jalan yang lebih lebar. Namun, lalu lintas di depan bahkan lebih padat, yang tidak masuk akal.

✅[BL] Your Cosy Touch (ForceBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang