Jangan lupa vote-nya!
Seorang pria tampak mengetuk-ngetukan jarinya pada meja makan. Sejak pulang tadi, pikirannya berkelana mengenai keadaan si sekretaris baru. Apa dia sudah pulang? Apa Janu menjemputnya? Bagaimana keadaannya sekarang? Berbagai pertanyaa remeh memenuhi kepala pria itu.
Sang istri yang sejak tadi memperhatikan dalam diam, akhirnya angkat bicara. Setelah meletakkan piring berisi makanan di depan pria itu.
"Jen, apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Malini. Kini, ia sudah duduk di kursi biasanya.
"Narumi. Tadi, saya menawarkan tumpangan, tapi dia menolak. Saya hanya khawatir. Kamu tahu Ghakean, Mal, rupanya dia mantan Narumi," jelas Jendra tampak gusar.
"Ghakean direktur keuangan di kantormu, Jen? Terus di mana masalahnya?" Malini pikir, itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan.
"Masalahnya, tadi siang Ghakean mencari masalah dengan Narumi. Dia memaksa Narumi sampai anak itu ketakutan. Bisa saja dia melakukan hal yang sama saat Narumi sedang sendiri, bukan?" jelas Jendra menaikan sebelah alisnya.
Malini mengiyakan, rautnya berubah khawatir. Kalau begitu, dia harus menelepon Janu. Mungkin saja, anaknya tersebut sudah bersama sang istri sekarang.
"Kalau begitu, aku telepon Janu dulu. Semoga Narumi sudah bersamanya, ya?" Malini segera mencari ponselnya dalam kamar, sedang Jendra yang sejak tadi mengantongi benda persegi itu segera menelepon staf keamanan kantornya.
"Halo, Pak. Ya, saya Jendra. Saya mau bertanya."
"Oh, silakan, Pak. Apa yang bisa saya bantu?" tanya staf keamanan kantor.
"Narumi, sekretaris saya yang baru. Apakah dia sudah pulang?"
"Narumi? Sebentar, ya, Pak. Saya cek dulu di komputer."
"Baik, Pak. Saya tunggu!" Jendra mematikan sambungan telepon, tepat setelah Narumi keluar dari kamar. Wajahnya tampak cemas. Berbeda saat belum menghubungi Janu.
"Bagaimana, Mal?" tanya Jendra tidak sabar.
Malini menggeleng. Wajahnya tampak menyesal. Dia tidak habis pikir saat menyadari sang anak tidak berada di rumah, tetapi malah sedang bersama wanita lain.
"Janu di luar. Dia tidak sedang bersama Narumi."
"Kan, saya jadi tambah khawatir."
Tak lama, ponsel Jendra berbunyi, staf kemanan tadi kembali menghubungi.
"Ya, Pak, bagaimana?"
"Nona Narumi sudah pulang, Pak. Di cctv dia pulang dengan ojek online."
"Oh, ok. Terima kasih, Pak."
Jendra menatap lurus ke arah Malini. "Sudah pulang. Janu di mana?"
Malini menghela napas. Dia tidak mungkin menyembunyikan perbuatan sang anak. Jendra itu sangat peka dan cepat membaca situasi.
"Dia di tempat lain. Dengan wanita, begitu yang aku dengar dari suaranya."
Jendra mengumpat, membuat Malini agak dibuat kaget. Baru kali ini, ia melihat Jendra tampak sangat marah. Selama menikah, lelaki itu selalu tenang, walau marah dia akan lebih banyak diam.
"Kamu tahu, Mal, hari di mana Janu pulang dari luar kota? Narumi menjemput anak itu di bandara, tetapi dia malah melihat anak kamu itu sedang berciuman dengan wanita lain."
Malini tambah terkejut. "Kamu, kok, bisa tahu?"
"Karena saya juga di sana. Melihat bocah itu bertukar saliva di parkiran bandara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangatnya Ranjang Ayah Muda
ChickLitNarumi tidak pernah menyangka akan terlibat perasaan dengan mertuanya sendiri. *Cover bikinan temenku @dewandaru Banyak adegan 1821-nya. Bocil jauh-jauh sana!