Ghakean dalam bahaya

7K 207 3
                                    

Votelah, biar gak lemes, woy!

Ngomongin cerita ini, makasih yang udah vote. Dan aku kaget, 25 hari udah 180k lebih kali yang baca.

Selanjutnya mungkin bakal aku update cepet di Karyakarsa, aku lagi belajar dulu postnya gimana, karena baru pertama kali. Semangat!

Eh, kalian tim siapa Jendra-narumi atau Janu-Narumi?

....

Suasana mendadak sunyi. Lagi-lagi Narumi tidak bisa menyembunyikan kenorakan jantungnya. Ia menahan napas beberapa detik karena wajah sang papa mendekat lagi. Bahkan, embusan napas Jendra tepat mengenai wajahnya. Sekarang pasti wajah Narumi memerah. Untungnya, blash on pink yang ia digunakan cukup menyamarkan kemerahan tersebut

"Cantik!" bisik Jendra berat tepat di telinga kanan Narumi.

Narumi terasa tersedot ke alam lain. Suara Jendra berubah lebih berat dari biasanya. Ya, Narumi memang terbiasa dengan deep voice papanya itu, tapi kali ini berbeda. Suaranya ... ehmm, berat dan serak, menggunggah bulu-bulu di tubuhnya menegak. Hei, apa-apaan Jendra ini, berani membuatnya bergidik ngeri. Dia bukan hantu, kan? Tersadar, Narumi memberanikan diri membuka matanya. Ia menatap jengah saat mendapati wajah tampan Jendra menunjukkan seringai menyebalkan.

Narumi menghentakkan kaki berlapis heels beningnya menahan kesal. Dia hendak menuju pintu, tetapi lagi-lagi langkahnya terhenti saat dengan lancang Jendra menarik tangannya, hingga tubuh Narumi membentur dada bidang pria berstatus ayah tiri suaminya itu. Tolong ingatkan Narumi, siapa pria yang berani mengeratkan tangan di pinggangnya.

"Jangan ngambek, Naru. Saya bercanda," bujuk Jendra sembari mengelus pipi tembam Narumi.

Tuhan, boleh gak, sih, Narumi memilih pingsan saja. Ini si papa gak ngerti, apa, ya, kaki menantunya semakin lemas jika kelamaan di hadapkan pada situasi seperti ini.

"Kenapa diem, hm? Maaf, ya," ucap Jendra lagi. Dia tahu gadis di depannya ini tengah gugup setengah mati. Jendra bisa merasakan debaran jantung Narumi yang menggila, apalagi tubuh mereka menempel bak dua kutub magnet yang enggan terpisah.

"A-ayo, pergi. Nanti terlambat," cicit Narumi seperti curut terjepit, tak ingin lebih lama berduaan dengan Jendra. Dia takut, besok harus ke dokter untuk memeriksakan jantungnya yang kian bermasalah akhir-akhir ini. Deg-degan terus.

Jendra tersenyum samar. Dengan gerakan pelan, tangan besarnya menangkup wajah Narumi. Dipandanginya sebentar binar gugup dari kedua mata bening gadis tersebut. Lelaki itu terbuai, seakan gadis di depannya ini mengajak lebih. Padahal, Narumi diam dengan bibir sedikit terbuka.

Cup!

Jendra tidak tahan untuk tidak mengecup bibir menantunya sendiri. Seperti zat aditif, bibir Narumi membuatnya kecanduan. Kewarasan Jendra menghilang, apalagi saat Narumi sama sekali tidak menolak pagutannya. Lelaki itu berlaku lebih, ia memperdalam ciumannya, melumat habis bibir tebal Narumi berlapis lipstick berwarna nude. Manis.

Sementara, Narumi terhenyak. Dapat ia rasakan benda kenyal itu berusaha menerobos masuk menjelajah isi mulutnya. Ia tak kuasa menolak. Ciuman Jendra begitu memabukkan. Narumi sejenak lupa status di antara mereka. Bahkan, saat tangan Jendra lancang mengelus punggungnya, Narumi menegang. Ia meremas coat panjang Jendra hingga kusut di beberapa bagian.

Cukup lama mereka berciuman, sampai Narumi merasakan paru-parunya mengering karena pasukan oksigen terhambat. Wanita itu memukul kuat dada bidang Jendra, hingga lelaki itu tersadar dan melepas pagutannya.

Napas keduanya putus-putus, lalu saling pandang dengan tatapan yang berbeda. Narumi dengan raut bersalahnya dan Jendra dengan mata sayu berkabut gairah. Pria itu mengelap pelan bibir Narumi yang sedikit membengkak karena perbuatannya.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang