Aku tidak benar-benar pergi!

4.8K 223 17
                                    

Hola-hola, maafkeun, baru punya kuota. Hehehe kita lanjut kisah mereka lagi. Enjoy read!

....


Aktivitas di gedung Bayangsara Corp mulai sepi. Sebagian pekerjanya sudah menyelesaikan pekerjaan, sebagian lagi baru datang karena kebagian shift malam. Bahkan, ada yang masih tinggal karena mendapat jatah lembur yang bonusnya menumpuk bagai gunung.

Begitupun dengan Narumi, dia sudah menyelesaikan pekerjaan hari ini. Dia kembali masuk ke ruangan Jendra, pria itu juga sedang membereskan barang-barangnya.

Narumi agak sungkan sebenarnya, mau bilang, tapi kalau gak bilang, si Lelaki bermata tajam ini pasti menyeretnya untuk ikut.

"Kenapa, Naru?" tanya Jendra setelah menyadari Narumi berdiri di antara celah pintu yang sedikit terbuka.

"Ehmm, aku gak jadi ikut ke makam Mama, ya, Pa. Mas Janu jemput di bawah," ucap Narumi tidak enak. Soalnya, tadi pagi dia sudah mengiyakan ajakan pria itu.

"Ya, sudah. Kita bisa lain kali ke sana. Pekerjaan sudah selesai, kan? Pulanglah duluan!" Gak lupa senyum, yang bikin Narumi jadi cenat-cenut sendiri.

Jujur, Narumi malah suka dengan sikap Jendra yang gak agresif seperti hari ini. Walau ngeselin, tapi pria itu kalem, gak nyosorin mulu kayak yang sudah-sudah. Namun, tetap saja hati Narumi jedag-jedug tidak karuan. Pasalnya, senyuman Papa Jendra dilihat-lihat tambah manis.

"Siap, Bos! Aku duluan, Pa!" Narumi melambaikan tangan sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Jendra.

Sementara, Jendra hanya tersenyum tipis. Dia berusaha menahan diri dan bersikap sewajarnya. Bukan, bukan dia tidak suka, tetapi hanya ingin membuat Narumi nyaman. Takutnya, kejadian seperti pekan lalu, mengingat itu Jendra merutuki kebodohannya.

"Bagaimanapun, aku harus menahan diri. Ya, nanti yang ada Narumi takut dan tidak mau bekerja di sini. Karena hanya dengan ini, Narumi bisa aku lindungi," gumam Jendra, lalu mulai melangkahkan kaki keluar ruangan. Dia juga harus pulang, sebelum itu mampir dulu ke makam Malini seperti rencananya tadi pagi.

Di lobi, Janu sudah duduk di sana hampir sepuluh menit lamanya. Pria yang memakai pakaian serba hitam dan topi itu tersenyum tatkala matanya menangkap sang istri keluar dari lift. Narumi memicingkan mata, maklum saja, dia agak rabun. Apalagi melihat tampilan Janu yang sedikit berbeda. Seperti penjahat, eh! Pemikiran macam apa itu, Narumi segera mengenyahkan pemikiran random dari otaknya.

"Kamu keliatan capet banget, Na." Janu hendak mengelus pipi Narumi, tapi gadis itu mengelak, membuat ekspresi Janu berubah sedih.

"Katanya mau ngomong?" To the point. Narumi malas berbasa-basi, dia takut malah kasihan dengan sang suami, terus terpengaruh untuk baikan. Oh, no!

"Ya, udah. Ikut aku, yuk!" Janu menggandeng Narumi menuju mobilnya.

Gadis itu tidak menolak. Dia hanya mencoba sesuatu, apakah getaran di hatinya masih ada? Kok, hilang! Narumi jadi panik sendiri. Tadi, sewaktu pipinya dielus Jendra, jantungnya jumpalitan bak kuda lumping, lah, ini suami sendiri yang gandeng, boro-boro getaran, merinding saja tidak. Fixed!

"Kamu kenapa, Na? Capek? Mau langsung pulang?" tanya Janu setelah mereka sama-sama masuk mobil. Dia tampak khawatir karena gadis di sampingnya tiba-tiba diam.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang