Mertua bikin panas dingin

58.4K 442 4
                                    

Narumi menutup pintu kamarnya kencang. Dia bersandar pada daun pintu untuk menetralkan jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya. Gi*a saja! Pemandangan tadi sungguh mengangganggu pikiran. Tubuh Rajendra terlihat penuh keringat dan lebih kekar dari suaminya sendiri.

"Ya Tuhan, untung aku bisa lari. Aku hanya takut khilaf. Eh!" Narumi memukul pelan kepalanya. Entah pemikiran dari mana. Ingat, ya, Na, kamu sudah menikah! Rajendra itu ayah tirimu. Suami dari ibu mertuamu. Ya ampun, Narumi harus banyak-banyak memukul kepalanya agar tetap waras.

Untuk melupakan kejadian tadi, Narumi memilih memejamkan mata. Dia harus tidur karena besok mulai keliling lagi mencari pekerjaan. Sebenarnya, bisa saja meminta sang suami mencarikan pekerjaan di kantornya, tetapi Narumi tidak ingin jadi beban. Dia bertekad mendapat pekerjaan dari hasil jerih payahnya sendiri. Walau harus naik turun angkutan umum.

Lama-kelamaan matanya mulai terpejam, bersamaan pintu kamarnya yang terbuka sedikit. Sepasang mata tajam berkilat menatap ke arah Narumi. Rajendra tersenyum miring. Dia segera menutup pintu tersebut dan kembali turun ke kamarnya di lantai bawah.

Sejak pertama kali bertemu, menantunya telah mengusik lelaki itu. Rajendra mati-matian agar tetap terlihat dingin dan cuek. Dia masih waras untuk memikirkan istrinya dan anak tiri yang menemani tiga tahun ini.

Di sisi lain, Janu baru sampai di hotel tempatnya menginap. Dia ditemani seorang wanita cantik berperawakan tinggi semampai bernama Laura. Tentu saja tanpa sepengetahuan Narumi. Janu, Janu, sungguh terlalu!

"Terima kasih, Ra, kamu mau menemaniku," ucap Janu setelah menerima kunci kamar dari resepsionis.

"Tidak masalah, Janu. Aku senang masih berguna untukmu. Kukira setelah menikah, kamu akan meminta Narumi menemani. Ternyata ..."

"Narumi? Dia tidak tahu apa-apa. Aku juga tidak ingin dia tahu apa pekerjaanku. Lagian, aku menikah hanya sebagai status." Pria bernama Janu itu mendekat dan merangkul erat pinggang Laura.

"Lepas, Janu! Malu!" desis Laura parau. Padahal, ia sangat menikmati sentuhan Janu yang sudah lima hari ini absen bertemu dengannya.

"Oh, tentu tidak. Setelah kita bermain beberapa ronde barulah kamu aku bebaskan, Sayang!" Janu malah menggendong tubuh langsing Laura ala bridal style. Dia akan memakan perempuan itu malam ini, melupakan sang istri yang meringkuk kedinginan di kamar besarnya.

*

"Narumi, bangun, Nak!" suara lembut seseorang di balik pintu kamar Narumi. Siapa lagi kalau bukan Malini. Wanita itu sudah cantik paripurna. Di tangannya terdapat nampan berisi segelas susu.

"Engh!" Narumi berusaha membuka matanya yang terasa lengket. Dia baru bisa tidur jam dua tadi malam karena terbayang tubuh Rajendra. Tak hentinya wanita itu mengumpati otaknya yang sangat kotor.

"Narumi!" Lagi, Malini dengan sabar memanggil.

Dengan malas-malasan, Narumi berjalan menuju pintu. Dia ingin sekali rasanya balik tidur lagi, tetapi sadar ini bukan di rumahnya sendiri. Walau Malini sangat baik, tetap saja Narumi segan jika harus bermalasan di rumah sang mertua.

"Mama? Kok, repot-repot, sih?" Narumi segera menerima susu tersebut. Dia jadi tidak enak. Sudah menjadi kebiasaan, Narumi harus meminum segelas susu begitu bangun tidur. Pasti Janu yang memberitahu kebiasaannya ini. Duh, Narumi jadi tambah tidak enak. Ia sudah merepotkan mertuanya.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang