Narumi dan Newina

8.1K 272 9
                                    

Aku lagi nyiapin pdf, nih. Ada yang mau, gak? Murah aja, sih.

Makasih masih setia sama kita di sini. Semuanya akan mulai terbuka.

....


Lima belas tahun lalu, saat Narumi dan Raina terluka parah karena sabetan Bima, Newina yang baru pulang sekolah memekik kencang. Dia berlari tergopoh-gopoh menghampiri Ibu dan adiknya yang masih menjadi sasaran empuk sang ayah.

"Berenti, Yah! Berenti!" Newina memegang lengan Bima yang akan kembali mengayunkan tali pinggangnya.

"Minggir kamu! Saya harus mengajarkan dua orang ini untuk bersyukur, bukan malah bertanya yang tidak-tidak."

Newina tetap memohon pada ayahnya agar berhenti. Jika Bima melanjutkan, bisa saja di antara ibu atau adiknya yang mati.

"Ayah, maafkan Ibu dan Naru. Maafkan, Ayah!" Newina memohon dengan tangis berderai.

Bima mendengkus kasar. Dia memilih pergi dari sana. Berada lebih lama di rumah, bisa saja dia membunuh anggota keluarganya sendiri.

Newina bernapas lega, setelah memastikan ayahnya benar-benar pergi. Ia langsung menelepon ambulance, jika dibiarkan lebih lama, bisa saja Newina kehilangan keduanya.

Seminggu di rumah sakit, keadaan Raina membaik. Dia sudah bisa merawat Narumi. Namun, tidak dengan anak itu. Semenjak sadarkan diri, Narumi tetap diam. Bibirnya yang biasa cerewet, kini terkatup rapat. Wajahnya pun tak pernah menunjukan ekspresi lain, selain sedih dan ketakutan.

Raina tentu saja sedih. Naruminya yang cerewet menjadi sangat pendiam. Dia semakin berpikir untuk segera berpisah dengan suaminya. Namun, jika ia mengatakan dengan terang-terangan, Bima tidak akan mengabulkan. Bisa-bisa tubuhnya kembali terluka karena perbuatan pria itu.

Tak lama kemudian, Newina yang baru pulang sekolah langsung ke rumah sakit. Gadis itu membawa makanan kesukaan sang adik, rainbow cake. Narumi sangat menyukai cake warna-warni itu sejak kecil.

"Kamu bawa apa, Win?" tanya Raina. Dia sedang membereskan pakaian Narumi. Hari ini dokter membolehkannya pulang.

"Lihat, Dek. Kakak bawa rainbow cake kesukaan kamu. Nih!" Newina menaruh paper bag di pangkuan Narumi, tapi gadis kecil itu sama sekali tidak berminat. Dia malah kembali berbaring dan memunggungi Newina.

"Dek, ini rainbow cake kesukaan kamu. Masa gak mau, sih? Kakak capek-capek loh beli tadi. Ngantri lagi," bujuk Newina.

Narumi tetap bergeming. Dia malah memejamkan mata sembari menutup kedua telinganya, seakan suara Newina sangat mengganggu.

Bahu Newina lunglai. Lalu, dengan gerakan mata dia mengkode sang ibu.

"Naru Sayang, ini kakaknya udah beliin cake-nya, loh."

Hasilnya tetap sama. Gadis kecil itu diam tak bergerak, membuat keduanya menghela napas panjang.

"Ya, udah. Tapi nanti dimakan, ya, Dek," ucap Newina akhirnya. Dia tidak memaksa adiknya. Mungkin saja, Narumi masih ingat kejadian seminggu lalu.

"Maaf, ya, Win. Mungkin Naru emang lagi gak pengin." Raina menenangkan hati Newina. Ibu dua anak itu juga mengelus pundak anak pertamanya.

Hangatnya Ranjang Ayah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang