Bintang 50, aku double up! Cerita ini sebenarnya udah tamat, bahkan sampe Jendra-naru punya anak tiga. Tapi keknya di wp, bakal sampe Narumi cerai sama Janu aja, deh. 😁
Ruangan serba putih itu hening. Tak ada satu pun di antara kedua orang yang saling tatap itu untuk memulai obrolan. Tidak dari sang suami, atau istri yang baru saja sadar dari pingsan panjangnya.
Jendra tak memaksa. Dia paham betul bagaimana sifat Malini yang lebih suka memendam sesuatu. Termasuk tentang sakitnya kali ini. Memang baru tiga tahun mereka bersama, tetapi pria itu cukup peka mengenali kebiasaan wanita yang terbaring lemah di depannya.
Begitu pula dengan Malini, dia sudah mengira hari ini akan terjadi, membuat suaminya kecewa karena menyembunyikan penyakit ini. Terlihat dari suaminya yang hanya menatap dalam diam. Wajahnya tak berekspresi apa-apa.
"Maaf ..." lirih Malini. Hanya satu kata tersebut yang bebas meluncur dari bibirnya.
Jendra menghela napas panjang. Dia memejamkan mata sebentar. Walau kecewa, sekarang itu tidaklah penting.
"Gak papa, Mal. Saya mengerti. Sekarang beristirahatlah. Saya akan telepon Janu supaya ke sini untuk menjaga, ya. Saya harus ke kantor sebentar karena ada meeting penting hari ini," ujar Danu lembut. Dia pun mengakhiri perhatiannya dengan kecupan lembut pada dahi Malini.
"Sekali lagi, aku minta maaf, Jen, aku ti--"
"Sudah, Malini! Kamu tidak perlu meminta maaf. Saya memaklumi sifat kamu yang satu itu. Ya, saya kecewa, tapi yang lebih penting itu keadaan kamu, Mal. Jangan banyak pikiran," sergah Jendra membuat Malini terdiam.
"Iya, Jen. Baiklah kalau begitu. Oh, ya, bagaimana Narumi?"
"Tidak perlu khawatir. Aku yakin, Janu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Benar. Aku menemukan istrinya di rumah ibunya itu dalam keadaan pingsan."
"Hah, pingsan? Narumi kenapa? Bagaimana sekarang keadaannya? Benar-benar Janu!" geram Malini.
Jendra mengelus tangan sang istri. Dia tidak ingin Malini terlalu banyak kepikiran, hingga membuat kepalanya sakit lagi.
"Hanya asam lambung. Dia sudah baik-baik. Kalau begitu, aku akan menelepon Janu dulu, ya. Sekarang, tidurlah dulu."
Malini mengangguk dan bibir pucatnya menyungging senyum. Dia amat bersyukur memiliki pengganti Kainan seperti Jendra. Walau terpaut usia lumayan, tetapi lelaki itu tetap bisa menyeimbangi Malini. Apakah Malini tetap bersyukur, jika ia mengetahui hati Jendra mulai berpindah haluan ke yang lain? Terlebih pada menantu kesayangannya sendiri.
Setelah memastikan Malini tidur, Jendra segera menelepon Janu. Sejam lagi, lelaki itu harus segera ke kantor dan menghadiri meeting penting yang tak bisa diwakilkan siapa pun. Mau tidak mau, dia harus meninggalkan Malini sejenak.
"Halo, Janu!" sapa Jendra datar. Dia masih kesal dengan anak tirinya itu.
"Ya, Om. Bagaimana Mama?" Janu sepertinya baru bangun, terdengar suaranya serak.
"Sejam lagi saya ada meeting. Kamu kemari. Mama kamu sudah sadar." Jendra urung menanyakan keadaan Narumi. Dia berharap, menantunya itu dalam keadaan baik. Ya, baik.
"Ya, Om. Setengah jam lagi saya ke sana," jawab Janu.
Setelah itu, Janu mematikan telepon lebih dulu. Dia memandang pintu kamar yang masih tertutup rapat. Ya, sejak semalam, Narumi belum mau menanggapinya. Janu maklum. Pasti Narumi masih kesal dengannya. Sangat wajar, bukan? Perbuatannya sangat kelewatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hangatnya Ranjang Ayah Muda
ChickLitNarumi tidak pernah menyangka akan terlibat perasaan dengan mertuanya sendiri. *Cover bikinan temenku @dewandaru Banyak adegan 1821-nya. Bocil jauh-jauh sana!