14. Kesempatan

579 56 4
                                    

Di Mansion Keluarga Kim

Pagi hari di mansion terlihat banyak maid yang membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan untuk setiap anggota keluarga. Semua di keluarga Kim sangat disiplin dan akan makan di jam yang sama setiap hari yaitu jam 07.30 pagi. Sarapan pagi sangat istimewa karena Taehyung telah kembali ke Korea. Agak mendadak dan lucu  karena alasan kepulangannya ke Korea sama dengan alasan untuk pergi dari Korea yaitu Jungkook.

Semua anggota keluarga satu persatu turun menuju meja makan. Baik orang tua Taehyung dan kakek neneknya hanya diam karena masih menunggu Taehyung sebagai bintang utama.

Tak lama kemudian turunlah Taehyung yang telah mengenakan jas kerjanya, sangat rapi seperti biasanya. Ada sedikit perbedaan hari ini yaitu wajah Taehyung yang sedikit kuyu, baik kakek dan ayahnya hanya bisa menghela napas halus. 

"Pagi Kakek, Nenek, Ayah, dan Ibu." Sapaan terdengar di telinga mereka ketika Taehyung sudah dekat meja makan.

" Pagi Taehyung" jawab mereka secara bersamaan. Berlanjut dengan sarapan bersama dengan tenang tanpa ada yang berbicara. Walaupun tanpa ada pembicaraan tidak menghalangi harmonisnya keluarga Kim karena terlihat masing - masing dari anggota keluarga Kim memberikan makanan ke piring Taehyung yang membuat hati terasa hangat.Setelah makan Taehyunglah  yang pertama kali meninggalkan meja ditahan oleh sang nenek.

"Nenek sebenarnya akan melakukan visit ke rumah sakit hari hanya saja jadwal nenek bertabrakan dengan rapat dewan triwulan di perusahaan farmasi. Jadi bisakah Tae gantikan nenek untuk visit rumah sakit?" Senyum sang nenek mengembang saat mengajukan permintaan pada Taehyung. Setelah mencerna dengan cermat, mata Taehyung sedikit melebar. Sang nenek membantunya untuk mengakrabkan hubungannya dengan keluarga Jeon karena Jungkook yang diarawat disana.

"Taehyung, takdir akhirnya memihak padamu. Pergunakan dengan baik kesempatan ini dan menangkan seluruh hati keluarga Jeon.Jangan lupa sampaikan salamku pada Dong Gun, besok aku akan berkunjung" Senyum teduh terpasang pada Woosung.

Seluruh keluarga memberikan semangat melalui tatapan mereka. Taehyung mengangguk lalu memeluk ayah juga kakeknya dan mengecup pipi nenek selanjutnya ibunya yang sudah menjadi kebiasaan untuk berpamitan. 

"Anakku akhirnya bisa menjemput menantuku, kuharap Jungkook bisa menerima Taehyung sebagai pasangannya." Mata Park Min Young berkaca - kaca karena masih mengingat dengan jelas kejadian tiga tahun lau itu.

"Firasatku Jungkook akan menerima Taehyung dengan baik. Kejadian ini akan menempa Jungkook lebih tajam dalam mengenali sifat asli seseorang, aku yakin dalam sekali pandang Jungkook akan tahu seberapa besar cinta cucuku padanya." Woosung menanggapi dengan tegas.

"Putraku memang Kim sejati, cara mencintainya juga seperti cara keluarga Kim menunjukkan cinta pada pasangannya," Seloroh Kim Je Hoon membuat tawa menggema terdengan dari meja makan. Baik Park Min Young dan Kim Yoosun menggelengkan kepalanya.

Kalau dipikir DNA budak cinta yang mengalir  dalam darah Taehyung memang diturunkan kepada setiap laki - laki dominan keturunan langsung keluarga Kim. Baik Woosung maupun Je Hoon sebenarnya tidak kalah gilanya jika pasangan cintanya terusik.

Taehyung sebenarnya masih bisa mendengar ucapan ayahnya mau tak mau menyunggingkan sedikit senyum. Darahnya adalah darah langsung keluarga Kim yang mewariskan segenap kecerdasan dan kegilaan.

Kadang orang lupa bahwa semakin terang seseorang maka akan semakin gelap juga bayangannya. Taehyung juga begitu, ia tak sempurna tapi dia tahu persis betapa gila cintanya pada Jungkook. Bukannya tidak ingin dihentikan hanya saja dia tidak mampu membendung rasa sukanya. Terus terang sebenarnya Taehyung juga menikmati kegilaannya itu.

Yoongi yang berada di samping melihat senyum tuannya itu agak terperangah karena untuk pertama kalinya melihat senyum Tuan muda Kim itu semenjak kejadian kecelakaan Jungkook. Yoongi mengira kata - kata nyonya besar Kim membuat semangat tuannya kembali. Biarlah saja kesalahpahaman ini toh intinya Taehyung senang. 

Memasuki mobil dan duduk di sebelah tuannya, Yoongi masih mencuri pandang seperti pencuri. Pandangan ini tidak luput dari mata tajam pewaris Kim itu, membiarkannya seolah tidak terjadi apapun. Dikepalanya sekarang sedang menyusun rencana yang matang dalam berbicara dengan keluarga Jeon. Dirinya agak merasa gugup di sepanjang jalan menuju rumah sakit milik keluarga neneknya itu.  

Kim Taehyung sebagai pewaris kerajaan bisnis tidak pernah merasa gugup untuk bertemu banyak orang dari berbagai kalangan mulai dari pengusaha, politisi, anggota kerajaan , hingga presiden. Bahkan Taehyung di usianya yang dulu masih 20 tahun tidak gentar membawa perusahaan keluarganya untuk  bertarung memenangkan tender melawan perusahaan dari UEA dan China untuk tender kilang minyak di semenanjung balkan.

Entah mengapa sekarang semua keberaniannya agak goyah. Baginya hanya Jungkook yang bisa membuatnya merasakan perasaan seperti ini.

Dua puluh menit kemudian mobil mewah tersebut telah terparkir di parkiran khusus untuk pemilik rumah sakit. Taehyung keluar sembari mengancingkan jasnya lalu berjalan dengan tegas yang disambut  direktur utama rumah sakit.

"Hyung tolong gantikan saya visit rumah sakit karena saya harus menemui keluarga Jeon terlebih dahulu. Hubungi saya jika ada kendala saat visit."

" Ya Tuan Muda, saya harap kesehatan Tuan Jungkook  akan membaik. Saya undur diri" Yoongi menundukkan kepalanya dan mengkode direktur rumah sakit untuk memulai meninjau rumah sakit meninggalkan Taehyung yang memulai berjalan menuju bagian ICU.

Sepanjang jalan yang Taehyung lalui tidak banyak orang yang lewat. Selain karena wilayah telah disterilkan, tempat Jungkook dirawat saat ini juga merupakan ruangan rawat khusus yang hanya menerima pasien penting dari kalangan atas.

Wilayah ini dijaga ketat setara dengan keamanan bandara, free pas hanya diberikan untuk anggota keluarga neneknya dan anggota inti keluarga Kim selain daripada itu harus mengajukan kartu besuk khusus.

Melewati lorong dan taman pada akhirnya Taehyung sampai  tempat Jungkook dirawat. Dengan menarik nafas Taehyung mendorong pintu masuk dan terlihat seluruh keluarga Jeon memandangnya dengan kaget.

Mereka sangat mengenal Taehyung dan bukan sekali dua kali mereka bertemu dengannya di pesta kecuali Jungkook yang selalu menghindari pesta semacam itu. Perusahaan keduanya juga sudah saling bekerja sama sejak zaman kakek Kim dan Jeon sewaktu muda dulu.

"Salam Kakek, Nenek,Paman, Bibi,dan seluruh anggota keluarga Jeon." Taehyung membungkukkan badannya sembilan Puluh derajat. 

"Taehyung bagaimana bisa kamu disini? Kapan pulang dari New York? Bagaimana dengan kakekmu?" Dong Gun yang pertama bersuara. 

"Kakek baik dan akan mengunjungi rumah sakit besok. Malam tadi saya sampai di Korea. Kedatangan saya kesini karena mendengar Jungkook kecelakaan sekaligus meninjau rumah sakit. Bagaimana keadaan Jungkook Paman?"

" Masih belum ada perkembangan yang berarti, entah mengapa Jungkook belum mampu siuman dari tidurnya." Woobin menjawab dengan tenang seolah sudah menerima keadaan Jungkook saat ini. Taehyung menatapa mata calon ayah mertuanya itu sebentar lalu menganggukan kepalanya. 

Mata Taehyung menyusuri setiap bagian ruang tunggu ICU dengan fasilitas super lengkap itu dan memandang setiap anggota keluarga Jeon. Dilihatnya Seokjin yang sekarang tertidur di salah satu kasur ruang tunggu dengan Namjoon yang menggenggam tangannya. Kakek dan Nenek Jeon yang duduk  dengan Woobin. Tidak terlihat paman, bibi ,Jiwoong, dan Ibu Jungkook. 

"Paman dimana Bibi Yoona dan Jiwoong?"

"Bibimu masih ada di ruang rawat karena shock kejadian kemarin ditemani oleh Bibi ipar.  Jiwoong sedang bersama ayahnya karena mengurus pekerjaan yang penting"

"Apakah keberatan jika saya  melihat Jungkook?" Pertanyaannya yang sungguh mengagetkan lagi untuk keluarga Jeon.

Setahu mereka tentang Taehyung, dia bukanlah orang yang peduli sekitarnya dan acuh tak acuh kepada orang m sekitar. Mengunjungi mereka dan menyempatkan waktu mengobrol saja sudah aneh. Bahkan saat Raja Yordania dikabarkan sakit sehingga Taehyung harus mengunjunginya,  Taehyung masihlah bersikap stagnan. Kebingungan ini akhirnya mereka tepis karena berpikir mungkin karena hubungan antara kedua tetua maka sikap Taehyung menjadi lebih sopan.



My White Moonlight Has Become LovelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang