35. Malam Tiga Minggu

562 59 4
                                    

Saat ini Taehyung sedang mandi dan Jungkook menikmati yakgwa miliknya. Pikiran sang submisif berkelana tentang apakah malam ini akan menjadi malam penyempurna dalam pernikahan mereka.

Seperti yang sudah direncanakan bahwa di hari ketiga pernikahan, mereka diharuskan berpisah karena diharuskan menjalani kegiatan masing - masing selama tiga minggu. Taehyung yang harus belajar menghandle perusahaan dan dirinya yang akan menjalani pelatihan ala Keluarga KIm.

Jungkook tidak yakin bisa melakukannya di malam kedua karena baik dia dan dan suaminya harus berangkat sangat pagi. Matanya bergulir hingga tertarik pada sebuah tirai yang letaknya agak istimewa. 

Tirai tersebut seolah menyembunyikan sesuatu dan tidak mungkin itu adalah jendela. Dengan penasaran yang kuat membuat tubuhnya perlahan bergerak menuju tirai dan menyibaknya.

Terpajang sebuah lukisan berwajah dirinya yang memakai mahkota bunga. Senyum manis yang ada pada lukisan sangat persis dengan senyumannya, sangat detai dan indah. Di pojok kiri bawah terdapat tanda tangan dan nama pelukisnya.

Saat membaca mata bulat itu melebar, ternyata suaminya sendiri yang melukis dirinya. Jungkook tidak pernah tahu bahwa seorang Kim Taehyung bisa melukis. Dipandanginya dengan lamat setiap bagian lukisan itu hingga ada sebuah pelukan dari belakang tubuhnya dan kecupan mengenai lehernya.

Tanpa menoleh untuk melihat siapa di belakangnya, Jungkook sudah tahu dari aroma maskulin yang terhirup bahwa itu suaminya. "Lukisan yang Hyung gambar sendiri sangat bagus. Kookie sangat suka." Tangan Jungkook ikut memeluk tangan kekar yang ada di pinggangnya.

"Benarkah? Tapi, bagi saya saat ini orang yang saya peluk jauh lebih indah dibandingkan lukisan yang terpajang. Tugas lukisan itu untuk menemani saya sudah selesai karena akhirnya bisa berhasil mendapatkan versi nyata dari sosok yang saya lukis." Sambil menjawab mata Taehyung terpejam menikmati pelukannya pada Jungkook.

"Hyungie belajar darimana keahlian melukis ini?"

"Dari seorang pelukis tua yang saya temui ketika jalan - jalan di kota Roma. Setidaknya butuh satu tahun di bawah bimbingannya untuk bisa menyelesaikan lukisannya."

"Jatungku berdebar sangat keras Hyung ketika kamu menjelaskan lamanya membuat lukisan. Pasti sangat sulit ya?"

"Tidak sama sekali. Saya melukis lukisan ini untuk menenangkan diri ketika saya mendengar kabar bahwa Jaesong akan secara resmi melamarmu."

"Hyung bisa tahu lebih cepat dariku! Astaga! Seharusnya aku tidak perlu bertanya kenapa Hyung bisa tahu lebih cepat."

"15 tahun mencintaimu,bukan! 11 tahun tepatnya karena setahun sebelum pertunanganmu dengan Jaesong yang berlangsung selama 3 tahun saja. Saya membayangimu hingga kepala saya mau pecah. Sudah berbagai cara untuk melepaskan cintamu dari hati dan kepala saya namun, masih belum bisa."Mata Taehyung terbuka dan memandang lukisan wajah istrinya dengan penuh nostalgia.

"Waktu itu saya sampai nekad minum berbotol - botol wine hingga mabuk berat dan hasilnya semua isi khayalannya masih tentang kamu. Pagi harinya saat masih hangover saya melihat ada seorang kakek tua pelukis di Air Mancur Trevi. Mungkin habis mabuk berat pikiran saya linglung dan mengoceh tentangmu. Kakek itu kasihan lalu berjanji mengajari saya melukis." 

"Aku minta maaf Hyung, aku menyakitimu tanpa sadar." Mata doe mengeluarkan air mata bening. Di kesempatan kedua dalam hidupnya ia ternyata baru mengetahui telah menyakiti Taehyung dan lagi - lagi pembuktian cinta Tuan Kim yang tiada batasnya. Coba saja ia lebih awal terlahir kembali.

Tangan kekar milik Taehyung dengan cepat menghapur bulir bening di wajah istri manisnya."Ini tidak pernah menjadi kesalahanmu Jungkook. Saya yang merelakan cinta ini untukmu dan semua konsekuensinya adalah tanggung jawab saya. Menilik posisimu saat itu jelas saya yang salah mencintai seseorang yang akan menjadi milik orang lain. Untungnya keadaan berbalik sekarang." 

Keadaan Jungkook yang tampaknya sangat lelah dengan siap Taehyung membawa tubuhnya ke kasur. Jungkook langsung memeluk tubuh suaminya ketika tubuh kekar itu merebahkan diri disampingnya.

Merasakan tepukan lembut di punggungnya membuat Jungkook terbuai dan ingin masuk ke alam mimpi sampai teringat bahwa ini masih malam pertama pernikahan mereka.

Taehyung merasakan pergerakan halus tubuh milik Jungkook dan menatap dengan heran. "Ada apa sayang? Ini sudah malam dan kamu butuh istirahat"

Bukan jawaban yang di dapatkan Taehyung melainkan sebuat ciuman dengan lumatan terasa di bibirnya. Tentu saja diladeni oleh Taehyung dengan antusiasnya. Ciuman yang lumaya intens tidak lupa dengan kiss mark yang menghiasi setiap sisi leher dan bahu. 

Piyama yang terpasang kini kancingnya tidak terpasang benar, keduanya terlena karena pancingan dari Jungkook. Hingga Taehyung tiba - tiba melepaskan ciuman yang masih berlangsung dan memundurkan tubuhnya.

Jungkook kini yangmenatap heran suaminya yang bertingkah aneh. Bagaimana bisa seoarang suami apalagi seperti Taehyung menolak ajakan yang sudah sangat jelas ini. Apalagi suaminya menunggu cukup lama dan inilah saatnya untuk mendapatkan buah dari kesabaran.

"Hyungie kenapa berhenti? Hyung lelah ya? Kita istirahat saja Tae Hyung." Sekuat tenaga Jungkook bersikap sabar dan dewasa. Ia tahu orang seperti suaminya adalah tipe manusia yang melakukan segala sesuatu karena ada alasannya. Jungkook mencoba memahami dan memberi ruang suaminya untuk menjelaskan.

"Tidak! Saya masih belum lelah. Saya minta maaf" Memeluk tubuh istrinya dengan erat." Saya tidak bisa melanjtkan ke tahap selanjutnya sekarang."

"Kenapa begitu Hyung?" Tanya Jungkook dengan halus yang membuat Taehyung mengecup sekilas bibir istrinya. 

"Kita akan berpisah selama tiga minggu setelah ini. Saya rasa setelah melewati malam pertama dan berpisah di hari berikutnya bisa membuat saya gila. Kamu tahu Jungkook, jika semua yang berkaitan denganmu membuatku tidak bisa berpikir jernih lalu menginginkan lebih." Menghela napas panjang,"Tubuhmu seperti ekstasi yang saya tidak bisa lepas ketergantungannya. Dengan begitu daripada tidak bisa mendapatkannya lagi untuk sementara lebih baik saya tidak merasakannya dulu."

Jungkook melongo mendengar jawaban di luar perkiraan. Lalu tertawa hingga bahunya bergetar hebat. "Jungkook tidak marah karena alasan ini?"

"Tidak, menurutku ini masuk akal. Kookie tahu maksud Hyung baik dan sebagi istri maka Kookie menurut ke suami" Senyum di bibir manis itu dihadiahi lumatan hangat. 

Dipikir - pikir alasan Tuan Kim satu ini ada benarnya, menunggu 15 tahun lalu melepaskannya satu malam itu pasti sangat heboh seperti gunung berapi yang meletus setelah puluhan tahun memendam.

Suaminya pasti tidak akan menahannya dan dirinyalah yang harus bisa menahan kekuatan eksplosif suaminya. Dari ciuman saja sudah sangat ganas begini apalagi kalau lebih. Jika dilakukan sekarang dengan tubuhnya saat ini rasanya belum siap. Ia harus melakukan berbagai macam persiapan yang bisa dilakukan di pelatihan keluarga Kim lusa.  

"Ayo bapak suami mari kita tidur. Selamat mala Hyungie, love you" Keputusan Jungkook sudah bulat dan lanjut mengancingkan piyamanya dan milik sang suami. Memeluk suaminya dan mengajaknya tidur.

"Selamat malam juga kepada istri yang selalu saya cintai ini."

 Malam ini dihabiskan untuk tidur dan 'malam pertama' akan dilakukan tiga minggu setelahnya. Lebih tepatnya bisa disebut malam tiga minggu. 



My White Moonlight Has Become LovelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang