Zira memarkirkan motornya di depan gerbang kos, membuka kuncinya lebih dulu dan segera memasukkan kendaraan andalannya itu agar lebih aman. Garasi kos agak sepi karena dia lembur sampai jam sembilan malam di kantor. Dia menghela napas lebih dulu dan memejamkan mata setelah pekerjaan yang melelahkan. Dia tidak menyadari bahwa sedari tadi gerak geriknya sudah diamati oleh seseorang dibalik gelapnya penerangan garasi.
"Akhirnya ..."
"Akhirnya apa?"
"Astaghfirullah!"
Zira kaget dengan keberadaan Subendra yang bayangan besarnya seperti sosok genderuwo dan mengejutkan perempuan itu.
"Kenapa kamu kaget begitu?"
"Ya, gara-gara Mas Subendra!"
Zira mengamati pria itu yang lagi-lagi berpakaian dengan aneh. Kali ini menggunakan celana jeans cutbray warna hitam dan kemeja lengan pendek hitam yang lagi dan lagi dimasukkan ke dalam celana. Zira tidak tahu dari mana selera fashion itu datang. Yang jelas, Subendra alias mas Bentot ini memang tidak mau berbaur dengan style kekinian yang pasti lebih cocok untuknya ketimbang memakai celana cutbray jeans terus menerus.
"Gara-gara saya kenapa?"
"Mas Subendra kenapa pake hitam-hitam, sih? Mana berdiri dibagian yang gelap lagi. Siapa yang nggak bakal kaget? Mas Subendra udah mirip genderuwo tahu nggak? Mana badannya tinggi begitu. Saya kirain nggak ada orang tahu!"
"Genderuwo itu kan warna hijau."
"Yang hijau itu kolor ijo! Genderuwo itu, ya, hitam!" balas Zira dengan kesal.
Dipikir-pikir, mereka ini sedang apa, sih? Kenapa jadi membahas warna dari setan lokal?
"Oh, my bad. Saya memang soal persetanan nggak sejago mbaknya."
Zira menggelengkan kepala karena serandom itu pembicaraan mereka ini. Dia turun dari motor dan melepaskan helm. Bersiap untuk berjalan menuju kamarnya sendiri.
"Saya udah capek banget, sih, Mas Subendra. Saya nggak mau bahas persetanan. To the point aja, Mas ini nunggu di garasi ada apa? Apa saya bikin kesalahan lagi? Atau ada aturan di kos ini yang belum saya tahu?"
Subendra memberikan piring dan gelas kosong kepada Zira. Itu peralatan yang digunakannya untuk memberikan Subendra nasi goreng dan kopi tadi pagi.
"Oh, mau balikin ini. Oke."
Zira menerimanya, meski sebenarnya bisa saja, kan pria itu langsung menaruh kembali ke rak dapur kos? Secara Subendra ini pemiliknya. Kenapa harus dikembalikan pada Zira yang hanya penghuni kos? Namun, Zira tidak mau memperpanjang semua pembahasan itu. Sebab tubuhnya sudah terasa lelah sekali. Dia hanya ingin tidur dan bisa istirahat untuk mengumpulkan tenaga supaya fresh ketika kembali bekerja besok.
"Punyamu enak," ucap Subendra.
Secara otomatis Zira menjadi melek tanpa harus melakukan apa-apa. Dia menegakkan punggung dan suka tidak suka, mau tidak mau, jadi mengingat kembali singkatan nama Bentot yang dia bicarakan dengan Selfi di kantor. Kepalanya menjadi nakal memikirkan singkatan yang bukan sebenarnya dan menyambungkan dengan ucapan Subendra saat ini.
Lalu, Zira terbatuk-batuk sendiri karena ludahnya yang sepertinya salah ditelan, bukannya masuk kerongkongan malah masuk tenggorokan yang digunakan untuk bernapas. Aduh! Gara-gara Bentot malah jadi kemana-mana ini pikiran!
"Maksud saya makasanmu. Kualitas masakmu enak. Apa yang kamu pikirin sampe batuk-batuk begini?"
Zira dengan cepat menggelengkan kepalanya dan bersiap untuk pergi meninggalkan Subendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dibalik Celana Mas Bentot
RomanceSubendra Wiyahya, atau yang sering disapa Bentot, adalah pria low profile yang memiliki sepaket titel; mapan, tampan, dan memenuhi harapan. Setidaknya paket titel itu berlaku dan diinginkan para perempuan. Tidak terkecuali Shazira Mafasa. Zira, si...