Subendra tidak suka dengan gagasan take a break yang diinginkan oleh Zira. Namun, Subendra juga tidak ingin menentang keinginan kekasihnya itu. Sebab ada pertimbangan dimana dia harus mementingkan pendapat perempuan itu. Mereka juga membutuhkan waktu untuk saling memikirkan apa yang diinginkan satu sama lain. Bukan mereka, tapi aku sendiri. Zira tahu dia menyukaiku sejak awal. Sedangkan aku sempat berpikir Zira mirip Nira.
Mau diapakan juga, kesalahan memang ada pada diri Subendra. Makanya dia tidak bisa mengelak apa-apa dari tuduhan Zira. Dia juga harus sadar bahwa kesalahannya tidak bisa dianggap remeh. Subendra secara tidak langsung sudah memanfaatkan perasaan Zira yang lebih untuknya dan kemiripan perempuan itu dengan kakaknya sebagai ajang untuk membangun hubungan yang baru.
Sekarang pertanyaannya, apakah Subendra sudah benar-benar move on dari Shanira? Dia memikirkan ucapan Zira mengenai celana yang tidak bisa dirinya buang. Juga pernyataan Shanira yang kurang lebih sama. Apa memang betul dia tidak bisa melupakan Shanira hingga kini? Atau sebenarnya dia hanya malas untuk membenahi masa lalu yang menurutnya terlalu berharga?
Berharga apanya? Kalo berharga kenapa selama bertahun-tahun nggak terobsesi untuk mengejar Shanira?
Berbagai fakta menyergap Subendra lagi. salah satunya adalah ketika dirinya bertemu lagi dengan Shanira setelah sekian lama. Dia tidak mendapati adanya gelenyar-gelenyar salah tingkah yang khas sekali ketika dirinya berdekatan dengan Zira. Tidak ada yang hal yang membuat Subendra menyesali keputusannya yang dulu berpisah dari Shanira. Pun, Shanira yang terlihat biasa saja bertemu kembali dengannya. Mereka berdua memang tidak memiliki rasa apa pun, kan?
"Mas Bentot? Cepet banget udah di rumah?"
Subendra menoleh ketika sedang asyik menyiram tanaman. Dia mendapati Kartika yang menyapanya dari arah dapur kos putri. Ada kekecewaan karena Subendra sudah kehilangan momen saat Zira biasanya mask pagi-pagi di dapur. Yang sekarang didapati pria itu malah Kartika dan sikapnya yang masih belum berubah untuk memberikan banyak sesi bicara dengan Subendra.
"Iya, lagi pengen pulang cepet aja."
"Oh... nggak jemput pacar?"
Ingin sekali Subendra mengatakan apa pedulinya Kartika pada pacar pria itu? Toh, dari pada membahas mengenai Zira, harusnya wanita itu lebih baik tidak mengatakan apa pun supaya tidak berpotensi membuat Kartika cemburu.
Jika dipikirkan kembali, entah kenapa Kartika tidak kunjung pindah kos, padahal sudah kepalang malu tidak mendapatkan perasaan balasan dari Subendra. Pria itu memang tetap memberikan keringanan dengan mereka yang masih menjadi teman. Namun, kalau dipikir Kartika malah seperti wanita yang tidak tahu malu.
"Lagi marahan, ya?"
Marahan? Memangnya kami anak kecil sampai marah-marahan? Bukan masanya bagi kami untuk marah-marahan, tapi bertengkar lebih tepatnya.
"Nggak, kok."
Subendra membalas dengan sekenanya, tidak ingin berlebihan untuk menyampaikan hal itu. Bagaimana pun Kartika adalah orang luar. Pertemanannya dengan wanita itu sudah sangat berjarak. Ibarat lapisan kulit, Kartika adalah bagian terluar dimana pori-pori terlihat begitu besar. Jadi, apa yang dilihat orang lain adalah apa yang ingin Subendra tunjukkan. Untuk bagian terdalamnya, cukup dia seorang diri saja yang tahu.
"Kalo nggak, kenapa beberapa waktu ini nggak kelihatan bareng?"
Subendra tidak langsung menjawab, dia menatap Kartika dengan seringai untuk menjelaskan bahwa dia tidak suka nada sok tahu dari Kartika.
"Kalau kami berciuman pun, nggak ada yang perlu tahu kecuali kami sendiri."
Subendra tersenyum dengan sengak begitu wajah Kartika menjadi memucat. Pria itu lebih puas untuk melakukan semua itu untuk menghentikan niatan Kartika yang mungkin saja berlanjut dan masih penasaran dengan Subendra. Sedangkan Subendra masih memiliki keinginan kuat untuk bersanding dengan Zira. Bukan sebagai pria yang melihat kekasihnya itu sebagai refleksi sang kakak, melainkan sebagai sosok Zira sendiri. Sosok yang selalu bisa membuat Subendra kehilangan akal sehat dengan segala kenekatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Dibalik Celana Mas Bentot
Storie d'amoreSubendra Wiyahya, atau yang sering disapa Bentot, adalah pria low profile yang memiliki sepaket titel; mapan, tampan, dan memenuhi harapan. Setidaknya paket titel itu berlaku dan diinginkan para perempuan. Tidak terkecuali Shazira Mafasa. Zira, si...