Chapter 18: Calon menantu

744 129 13
                                    


"Mama! Ayah!"

Zira tidak tahu bahwa dia juga bisa segugup ini membawa kekasihnya ke rumah. Dia menggoda Subendra tadi sebenarnya hanya untuk mengalihkan kegugupannya sendiri. Dia bisa memaklumi apa yang terjadi dalam diri Subendra yang akan bertemu dengan calon mertuanya. Dia sendiri sebagai anak yang mengenal orangtuanya saja masih memiliki kegugupan itu di dalam dirinya.

"Apa, sih, Dek? Kamu ngapain pulang lagi? Berantem lagi sama pacar—"

"Aku bawa pacarku, Ma."

"Hah?"

Wanita yang melahirkan Zira itu celingak celinguk mencari mana pacar yang anaknya maksud. "Mana pacarnya?"

"Di ruang tamulah, Ma. Masa aku gendong?"

"Ah, iya. Bener juga. Sama siapa?"

"Sendirilah."

"Astaga. Nggak ada yang ajak ngobrol?"

"Nah, ini aku mau minta Mama sama Ayah nemuin."

"Ih! Ayah kamu mancing! Bener-bener itu orang, udah mama bilangin supaya jangan pergi kemana-mana takutnya ada tamu. Bener aja, kan. Malah bilangnya bosen di rumah, pergi mancing dia. Mending kamu temenin dulu pacarmu, biar Mama siapin sesuatu."

Zira menggeleng dan menyuruh mamanya untuk menemui Subendra supaya ada keakraban yang dibangun antara calon menantu dan calon mertua itu.

"Yaudah, mama temuin pacar kamu dulu. Itu minumnya sama cemilannya siapin yang bener."

"Iya, Mama."

Zira hanya perlu fokus membuatkan hidangan selagi mamanya dan Subendra bertemu.

Semoga nggak ada yang aneh-aneh di pertemuan ini.

***

Zira tidak tahu jika akan ada sedikit keributan yang akan terjadi disaat menyambut Subendra sebagai calon menantu. Ayahnya memberikan kesan konyol sejak awal. Meski agak memalukan jika diingat, tapi untungnya membuat Subendra menjadi lebih leluasa berbaur dengan orangtua Zira.

"Udah pacaran berapa lama, Nak Bendra?"

"Lima bulan, Om."

"Oh. Sudah mau setengah tahun. Usiamu berapa sekarang?"

"Masih 34, Om."

"Mana ada! Bulan ini, Mas Bentot udah 35, Yah. Tanggal 6 nanti dia pas 35."

"Wadoh! Tua juga, ya. Kok, muka kamu nggak kayak umur hampir 40? Kamu perawatan dimana? Kamu sama Zira malah keliatan kayak mbak mbak kantoran sama brondong. Yakin kamu 35 tahun?"

Zira mencubit lengan ayahnya yang memang sengaja untuk menggoda putrinya itu. Memang sang ayah tidak pernah menjadi pribadi yang terlalu serius. Mirip seperti Shanira yang agak gila.

"Om, bisa aja. Saya bersyukur masih terlihat muda di usia saya. Sepertinya selain karena perawatan, lebih kepada bagaimana saya menjalani hidup, Om. Saya olahraga yang cukup, saya juga nggak stres soal apa pun. Saya beruntung nggak punya beban pikiran sebagai tukang punggung orangtua. Saya lebih santai untuk menjalani hidup, intinya itu, Om."

Ayah Zira mengangguk-angguk. Lalu, pria itu membuat gerakan meminta Zira mendekat dan seolah membisikkan sesuatu. Padahal pria itu berkata dengan suara yang normal.

"Dengan kata lain, pacar kamu ini menilai, kalo jomblo dia lebih santai, Dek. Lebih bisa bikin awet muda kalo nggak mikirin tanggungan apa-apa."

"Eh, bukan gitu, Om."

Rahasia Dibalik Celana Mas BentotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang