PART 38

882 103 4
                                    


Jessi terbaring dikamarnya, matanya terpejam, tapi sudah dipaksapun ia tetap tak bisa terlelap.

Jessi meraih lagi ponselnya di atas nakas. menggulir sosial media, siapa tau dengan begitu rasa kantuknya akan segera tiba.

gerakan jempolnya berhenti pada salah satu postingan yg diunggah beberapa menit yg lalu.

Sebuah berita tentang adanya kasus bunuh diri di jembatan kota. Jessi berkutat serius membaca artikel tersebut, semakin jauh, tenggorokannya merasa semakin tercekat, paru-parunya terasa menyempit.

Ciri-ciri korban tertuju pada kemiripan dengan sang ayah.

Tanpa berlama-lama, jessi beranjak menemui ashel.

Jessi membuka pintu kamar ashel tanpa mengetuknya terlebih dulu.

Air matanya sudah tak tertahan.

"Cel!" pekiknya, jessi berdiri mematung di ambang pintu.

tubuhnya terasa lemas saat ini, bahkan untuk sekedar mendekat pada ashel saja ia tak mampu.

"ayah.."

kedua orang di ujung sana menoleh bersamaan.

"ada apa, dek?" tanya ashel seraya meregangkan pelukannya dari adel.

Ashel menghampiri jessi, adel juga mengekor dibelakangnya.

Jessi menangis, ashel menarik sang adik kedalam dekapannya.

ada apa lagi ini?

kakak beradik itu berpelukan, ditambah dengan rasa penasaran ashel yg semakin tinggi.

Jessi menyodorkan ponselnya.
Ashel mulai membaca informasi yg tertera disana. ia membekap mulutnya. matanya mengerjap beberapa kali.

"ada apa, cel?" kini adel bersuara.








Menempuh waktu selama setengah jam, akhirnya mereka pun tiba di lokasi kejadian.

Om Revan segera menghampiri staf kepolisian yg bertugas. Mereka tidak pergi bertiga. melainkan ditemani kedua orangtua adel sebagai wali atau orang dewasa.

Setelah di evakuasi dan memperlihatkan wajah korban, ternyata dugaan mereka benar. Itu adalah mayat om tio, ayah dari ashel dan jessi.

syok. lemas. pusing. sedih.

semuanya berkecamuk. Jessi menangis tersedu-sedu dalam pelukan tante tamara. Sedangkan Ashel, air matanya juga sudah banjir. Adel mengeratkan dekapannya, memberikan ashel kekuatan dan kenyamanan pastinya.

Polisi juga masih mencari tahu apakah kasus ini benar-benar tindakan bunuh diri, atau justru  pembunuhan?

Setelah menghubungi pihak forensik, mereka mengatakan proses akan cukup panjang jika ingin menguak kebenaran yg terjadi.

Tapi, ashel menolaknya. Ia ingin sang ayah segera diurus pemakamannya saja. Adel dan keluarganya beberapa kali menyarankan untuk melanjutkan kasus ini, namun ashel tetap kekeuh pada pendiriannya.

Mereka pun menerima keputusan tersebut. Keesokan harinya, mayat om tio pun di kebumikan pada TPU yang jaraknya tidak begitu jauh dari komplek perumahan ashel.

prosesi pemakaman berjalan lancar dan terbilang cepat.

Orang-orang juga berangsur pergi meninggalkan area kuburan.

tersisa Ashel, jessi, dan adel di sebelah makam. Sementara orangtua adel bersama chika, menunggu di mobil.

"Kenapa ayah lakuin ini, cel?" Jessi masih belum berhenti terisak.

Butterfly at Night 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang