PART 41

1K 102 10
                                    


Siang hari ini sinar mentari terasa menyengat menampakkan kegagahannya di atas sana.

Hanya tinggal menghitung minggu acara kenaikan kelas serta kelulusan akan berlangsung.

Adel menemui zee di rooftop setelah sebelumnya dia mencari keberadaannya di sekeliling sekolah.

Zee menurunkan rokok elektriknya ketika melihat adel datang menghampiri. Ia hendak bangkit dari duduknya, tapi adel berhasil menahannya.

"cukup bertingkah kayak anak kecil. Jangan lari lagi dari masalah, zee" adel menahan bahu zee. Mereka saling berhadapan. Zee menepis tangan adel. Menatap sosok didepannya ini dengan tajam.

"gue kemarin cuma nolongin ashel. Jadi, gak usah berharap lebih" ucap zee penuh penekanan. Menegaskan alasan dirinya kenapa menghubungi adel kembali setelah sekian lama memutuskan kontak.

Adel menghirup udara, berusaha menetralkan suasana hatinya. Zee memang keras kepala, semuanya tidak akan pernah selesai jika terus seperti ini.

"Bukan soal itu. gue kesini mau memperbaiki lagi hubungan kita"

Zee menautkan alis.
"hubungan apa yg lo maksud? lagian gue rasa gak ada yang perlu di perbaiki"

Adel mengulurkan tangannya, zee menatap lengan itu dengan heran.

"gue minta maaf. gue minta maaf kalau gue pernah bikin kesalahan yang gak berkenan buat lo. Jujur, gue gak tau apa alesan lo tiba-tiba menjauh dari gue. Lo yang tiba-tiba sensi dan benci akan keberadaan gue. Kalau penyebab dari hal itu hanya gara-gara masalah pertandingan equestrian empat tahun lalu, menurut gue ini cuma salah paham. Nggak ada sama sekali kecurangan di arena"

Zee membeku mendengar penuturan adel. Perasaan bimbang menyelimuti dirinya. Apakah setinggi ini ego zee hingga pikirannya bersikeras menyatakan kalau adel tetap bersalah?

"Sorry, selama beberapa tahun ini gue cuma bisa diem, karena gue gak ngerti sama perubahan sikap lo yg tiba-tiba. Kalaupun lo gak mau nerima permintaan maaf gue, tolong untuk jangan libatin marsha di masalah ini"

deg.

Kini perasaan zee campuraduk. ia hanya membisu. Zee menelan saliva guna membasahi tenggorokannya yg mengering. Lidahnya terasa kelu tak mampu berucap saat ini.

"gue berharap, kita masih bisa berteman kayak dulu lagi" pungkas adel kembali menarik tangannya karena tak kunjung mendapat jabatan dari lawan bicaranya tersebut.

Adel mengembangkan senyuman meski terlihat getir. Iapun beranjak pergi. Namun, baru saja beberapa langkah, ia berhenti.

"Gue minta maaf" kalimat tersebut akhirnya terucap dari mulut zee.
Sontak adel membalikan tubuhnya kembali.

"i think, kita udah cukup dewasa buat gak mikirin apa yang udah terjadi dan berlalu ke belakang. Bentar lagi acara kelulusan. so, i hope mungkin di akhir tahun ini kita bisa baikan"

Tanpa disadari, senyuman adel merekah.

Zee kini mengulurkan tangannya.
"i'am sorry, kodel" segaris senyuman juga nampak diwajahnya.

Kodel, ahaha. akhirnya adel kembali mendengar nama panggilan konyol itu. Nama yang hanya zee seoranglah yang memberikan title seperti itu untuknya.

Adel menerima uluran tangan zee, sementara zee menarik tubuh adel kedalam dekapannya.

Perasaan kedua insan ini menghangat, mengalahkan panasnya cahaya jingga dari atas sana.

Adel mengeratkan pelukannya. Rasanya sudah lama sekali ia tak merengkuh tubuh gadis tomboy ini.

Kalau saja waktu dapat diputar ulang, mungkin adel akan melakukan hal ini lebih cepat dan tidak menunggu sampai bertahun-tahun begini.

Sayang, takdir berkata lain. Ternyata garis tangan Tuhan berjalan sedikit lebih lambat. Tapi, tak apa, setidaknya sekarang mereka sudah baikan, bukan?

Butterfly at Night 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang