05

19.4K 1.1K 38
                                    


Senja duduk di kantin dengan keempat teman nya. Siapa lagi kalau bukan Junen, Razer, Guntur dan Awan.

"Jadi Sabin ke mana?" tanya Senja. Sudah hampir bel berbunyi tapi lelaki itu tidak terlihat olehnya.

"Di suruh ke kantor sama bapaknya, nganterin berkas." Junen angkat bicara. "Eh Se, Ciya umur berapa sih? Perasaan kecil banget." sambung Junen kepo.

Senja diam. Dia tidak tahu tentang Ciya dan tak ingin tahu. Karena rasa suka nya memang sudah muncul alami sejak awal di tambah lagi tadi pagi-pagi sekali, sebelum berangkat sekolah ia mendapatkan ceramah panjang dari Devan. Mengatakan ini-itu kepada nya. Dia harus menerima keberadaan Ciya dan harus menjaga Ciya.

"Ortu gue belum bilang, gue cuma tau namanya aja." jawab Senja seadanya. Lagipula orang lemah seperti Ciya tak akan masuk dalam list pertemanan nya. "Gue gak suka cewek lemah." lanjut nya.

"Dia adik lo Se," ujar Awan. Senja pun mengkerut tidak suka. "Gue gak mau punya adik lemah kaya dia! Bisa nya cuma jadi beban!" decak Senja.

"Se bukan nya lo sendiri yang bilang kalo lo mau ngelindungin orang yang lemah di bawah lo? Tapi apa ini, kok Ciya gak masuk dalam list perlindungan lo?" ucap Guntur. "Jangan-jangan lo udah lupain prinsi―"

"Dia cuma orang asing tau gak! Masuk ke keluarga gue tiba-tiba padahal asal usul nya aja gak jelas!" Senja memotong ucapan Guntur.

"Lo kok jadi gini Se?" tanya Awan. "Lagian apa salahnya Ciya masuk ke keluarga lo?" sambung nya.

"Salah! Dari awal dia masuk aja udah salah! Papa sama mama gue lebih perhatian ke dia!" seru Senja ingin menangis.

Razer menatap wajah Senja. "Ngapain salahin Ciya? Lo sendiri yang bilang kalau lo risih pas mama lo dandanin lo kaya cewek. Lo sendiri yang bilang kalau lo malu karena papa lo beliin boneka. Lo risih sama perhatian mereka, tapi pas mereka perhatian sama orang lain lo malah marah. Lo aneh Se." Kalimat panjang lebar itu membuat Senja sukses menangis. Beruntung meja mereka ada di pojok jadi tidak mencuri perhatian.

"Apa salahnya gue cemburu?!"

"Gak ada salahnya lo cemburu Se, itu normal. Tapi jangan salahkan Ciya juga. Dia gak tau apa-apa di sini."

"Sa-sabin?!" kaget Senja. Ia menghapus air matanya namun menatap Sabin dengan memelas berharap lelaki itu paham dengan isi hatinya.

"Yang Sabin bilang bener, lo boleh cemburu tapi jangan salahin Ciya. Gue gak suka!" pungkas Awan blak-blakkan.

Lelaki itu berdiri kemudian pergi meninggalkan teman-temannya. Senja pun tergugu di tempat duduknya. Apa salahnya, kenapa tiba-tiba mereka berpusat kepada Ciya? Apakah cewek lemah lebih menarik ketimbang cewek yang bisa beladiri?

"Masuk ke kelas Se, udah mau bel." ajak Sabin menarik lengan Senja.

Senja menurut. Ia menatap tangannya yang di pegang oleh Sabin. Dia tersenyum, selama Sabin ada di sisinya Senja tidak akan mempermasalahkan Ciya. Ya, dia akan berusaha tidak mencari masalah dengan Ciya.

****

Sudah lima bulan ini Ciya homeschooling mengejar ketinggalan kelas nya. Para guru private yang Devan datangkan kerap memberikan pujian kepada Ciya. Mereka selalu bilang; nona Ciya sangat cepat tanggap dalam pelajaran, itu sangat menggemaskan!

Pujian-pujian itu membuat Devan dan Dera merasa senang. Setelah ujian semester berakhir, Devan akan memasukkan Ciya ke sekolah.

"Gimana suka?" tanya Dera yang membongkar sebuah kotak berisi seragam bekas milik Senja. Sebenarnya Ciya ingin yang baru tapi demi menjaga kepolosan dirinya, ia menerima semua ini.

"Mama.." lirih Ciya. Dera mengangkat pandangan nya menatap sang putri. Sudut bibirnya berkedut melihat pemandangan di depannya. Seragam itu kebesaran di tubuh Ciya, rok nya juga kebesaran kalo di pakai maka akan melorot.

"Nanti mama jahit ya," Dera berhasil menahan tawanya. Dia ingin sekali sebenarnya tertawa tapi ia takut Ciya akan menangis. "Sini mama ukur pinggang kamu." Dera mengambil alat ukur yang ada di lemari nya.

Ciya membiarkan Dera mengukur lingkar pinggang, bahu dan lebar punggung nya. "Mama bisa jahit?" tanya Ciya.

Dera mengangguk. "Tentu, mama kan seorang desainer sayang." Ia mencubit gemas hidung Ciya. Dera juga kembali memakaikan pakaian Ciya. Gadis ini sangat kecil, tapi berkat perawatan nya selama 5 bulan ini tubuh Ciya mulai menunjukkan perubahan yaitu menjadi lebih gembul. Tubuhnya tetap pendek, dokter mengatakan itu karena Ciya sebelumnya mungkin makan tak secara terarah dan sehat membuat ia kekurangan gizi.

Hap!

"Papa! Ciya kaget tau!"

Devan tertawa. "Sekarang Ciya tambah berat ya," ucap nya sambil mencium kedua pipi Ciya.

Ciya tertawa riang. "Itu karena Ciya rajin mamam!" Mendengar itu Devan semakin banyak menjatuhkan ciuman di wajah Ciya. Dera yang melihat hanya menggelengkan kepalanya.

"Mas udah dong, nanti bedak anak aku luntur!" tegur Dera sambil berkacak pinggang memasang wajah galak.

"Lihat sayang ada monster ngamuk." tawa Devan. "Apa kamu bilang?!" ujar Dera semakin galak.

"Lari papa! Monster nya mau makan kita..!"

Mendengar itu Devan berlari dan Dera mengejar. Ciya yang ada di gendongan Devan memeluk leher Devan erat, dia juga tertawa.

"Awas ya kalian berdua akan mama gigit!"

Senja yang baru pulang sekolah terdiam melihat itu. Dia tidak pernahーlebih tepatnya ia menolak di perlakukan seperti itu.

Senja yang duduk di kursi taman rumahnya berlari saat melihat datang dari luar kota. Pria itu membawa paper bag besar yang artinya itu adalah oleh-oleh.

Namun senyum Senja luntur saat melihat isinya. Itu adalah boneka beruang berwarna putih. "Papa kok beliin aku ini sih?!" Senja dengan tidak ada rasa salahnya melempar boneka itu. "Aku gak suka!"

.
.

"Papa bisa gak jangan cium-cium senja!"

"Mama aku udah bilang, jangan beliin Senja jepit rambut kekanakan gini!"

"Pa berapa kali aku bilang, berhenti cium Senja!"

Kilasan masalalu itu muncul begitu saja di kepala Senja. Benar, ini bukan salah Ciya tapi dirinya sendiri. Mungkin ini hukuman nya dari Tuhan karena mengabaikan perhatian kedua orangtuanya di masa lalu. Menatap sekali lagi ke arah orang tuanya yang sedang tertawa bersama itu, Senja melengos ke kamarnya.

Tbc

#hargaiselagiada🥀

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang