15

26.1K 1.3K 58
                                        


Ciya gugup saat dirinya di tatap lamat oleh Soraya, ibu dari Awan.

"Mi berhenti menatap gadis ku seperti itu, dia ketakutan." kesal Awan.

"Ternyata benar, kamu pedofil?!" tuduh wanita itu. Belum sempat Awan menjawab, Soraya sudah berteriak. "WILLIAM ANAK MU MENJADI PEDOFIL!!"

William yang berada di ruang kerjanya terkaget mendengar suara menggelegar istrinya. "Menyeramkan, seperti petir." gumam William merinding. Tidak ingin istrinya marah, William keluar.

"Ada apa sayang? Lain kali jangan berteriak, bagaimana kalau tenggorokan mu sakit." ujar William saat sudah ada di ruang tamu.

Soraya segera menunjuk ke arah Awan. "Lihat putra mu! Dia menjadi pedofil." dengus Soraya.

William menatap wajah Ciya terkejut. "Astaga kamu orang yang nolongin saya itu kan? Jadi kamu pacaran sama anak saya?"

"Eh, se-seneng bertemu lagi om.." cicit Ciya. Dia terlihat seperti orang yang sedang malu.

"Papi kenal dengan Ciya?" tanya Awan.

William mengangguk. "Ciya menolong papi, sebenarnya sudah lama." Soraya menautkan alisnya bingung. "Kapan? Kok kamu gak pernah cerita sama aku mas?"

"Kejadian saatー

William berdiri di luar mobilnya karena ban nya yang tiba-tiba kempes. Padahal dia harus cepat-cepat ke kantor untuk bertemu dengan para pekerja nya sesuai janji.

"Om kenapa?"

William mengalihkan pandangannya ke arah seorang gadis yang terlihat sangat kecil itu.

"Mobil om mogok ya?"

"Ban nya kempes," jawab William. Entah kenapa ia seakan tertarik untuk menatap lebih lama wajah polos itu. Apalagi saat gadis itu mengeluarkan ekspresi seperti sedang berpikir keras.

"Oke, om tunggu di sini ya! Ciya akan panggil kan paman bodyguard buat nolongin om."

Belum sempat William melarang, gadis itu sudah pergi berlari. William melihat kalau gadis itu menghampiri beberapa pria seumuran nya dengan seragam serba hitam. Mereka berada tidak jauh dari posisinya.

Apakah gadis itu salah satu anak dari pejabat? Pikir William.

"Mari tuan, saya akan membantu untuk mengganti ban. Apakah tuan membawa ban cadangan?"

William mengangguk. "Saya membawa nya,"

"Jadi begitu ceritanya. Papi benar-benar panik pas ban papi mendadak kempes, padahal sudah papi servis saat pulang dari luar negeri."

Ciya mengucapkan kata maaf dalam hatinya. Karena itu adalah rencananya juga. Dirinya tahu kalau William yang baru pulang dari luar negeri akan menemui para pekerja nya. Maka dari itulah Ciya datang ke sana lebih dulu. Kemudian tanpa sepengetahuan para bodyguard nya yang sudah ia jauhkan perhatian nya. Ciya menabur beberapa paku di jalan yang akan William lewati.

"Ciya umur berapa sayang?" tanya Soraya. Wanita itu menarik Ciya untuk duduk di pangkuan nya.

"Ciya umur 15."

"Tuh kan mas, anak mu pedofil!"

.
.
.

Sabin dan Guntur kembali ke pasar malam mencari keberadaan Kamila namun tidak ketemu.

Karena kondisi itu terpaksa Guntur menelepon Razer dan Junen. Meminta bantuan.

"Ingat Bin jangan egois. Kita berempat udah sepakat buat milikin Ciya sama-sama." cetus Guntur.

"Lo gila?!" sentak Sabin. "Anjing, lo pikir Ciya apaan hah?!" Sabin benar-benar marah. Tak habis pikir dengan pemikiran sahabat nya.

"Lo pikir kita ambil keputusan ini sepihak? Ciya juga setuju kok,"

Sabin membeku mendengar itu. "Ci-ciya setuju?" Guntur mengangguk membuat Sabin syok.

"Kalo lo gak setuju buat berbagi, itu bagus setidaknya pacar Ciya cuma ada empat." celetuk Junen tiba-tiba.

"Kaget anjing!" sentak Guntur. Ia mengusap dadanya, menenangkan jantung nya yang berdegup.

"Sengaja sih, supaya kalian mati." ucap Razer enteng tak ada beban sama sekali.

Drrt drttt

Guntur memeriksa handphone nya, ternyata awan yang mengirimkan pesan. Mengatakan kalau lelaki itu baru ingat bahwa hp Kamila di pasang pelacak.

"Gue udah tau di mana lokasi Kamila, pergi sekarang gak?" ujar Guntur.

Ketiganya mengangguk. Setelah naik motor masing-masing, Guntur langsung melajukan motornya memimpin.

"Gila, gak takut emang adik lo di sini?" tanya Razer merinding.

Mereka sudah sampai di lokasi yang ternyata adalah bangunan tua. Dan Guntur mengenali bangunan ini. Bekas rumah nya dahulu sebelum pindah. Ternyata sudah setua dan sebobrok ini keadaan nya.

"Gak becus lo jalang!"

Guntur mengangkat tangannya untuk memberitahu supaya diam. "Rekam semuanya," pungkas Guntur.

Junen segera menghidupkan kamera handphone nya, mengarahkan ke arah di mana Kamila dan Senja.

"Lo yang jalang! Dasar Kamila babi, lo sengaja kan ajak gue kerjasama buat nyulik Ciya. Karena mau jadiin gue sebagai kambing hitam?! Kenapa coba gue baru sadar sekarang." kekeh Senja. Gadis itu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Tubuhnya penuh luka kemungkinan sempat di siksa oleh Kamila.

"Gue kira lo bodoh," ejek Kamila. Senja menggertak kan giginya mendengar itu. "Anjing lo!" umpat nya sambil menampar pipi Kamila dengan keras.

"Gue bakal aduin ini sama Sabin!" ancam Senja.

Kamila yang mendengar itu marah. "JANGAN COBA-COBA LO JALANG SIALAN!"

Senja tertawa melihat kemarahan Kamila. "Lo naksir Sabin sekaligus kedua kakak lo kan, Kamila Andini?"

"L-lo..!"

Senja memasang ekspresi jijiknya. "Iyuhh banget, gimana ya tanggapan mereka soal lo yang―ACHKK!"

Senja terduduk dengan nafas tersengal. Terlalu kaget karena tiba-tiba Kamila menusuk perut nya dengan sebilah pisau.

"Kamila ... Kamila..." panggil Senja dengan tersenyum miring.

Kamila semakin marah. Dia mencabut pisau itu secara paksa lalu menusukkan ke perut Senja berkali-kali.

"Kita akan bertemu kembali di neraka, Kamila.." bisik Senja di akhir nafas nya.

"KAMILA!"

Kamila menoleh ke belakang dengan netra yang bergetar. "Ka-kak Guntur.."

Tbc

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang