Nyesel ngasih tanda untuk part spesial karena jumlah view's nya jadi jimplang. Ke depannya gak akan aku kasih tanda lagi😏
⚜️
Ciya sekarang tidak duduk bersama dengan Sabin dkk melainkan bersama Alana. Kedua perempuan itu terlihat asik menikmati makanan masing-masing sambil bercengkrama. Tidak ada nya keberadaan Ciya membuat Senja merasa senang.
Jara jarak itu sengaja Ciya lakukan, tentu saja untuk melakukan permainan tarik ulur bersama mereka. Alur novel sudah benar-benar rusak. Kamila belum datang bahkan sekarang Sabin malah bertunangan dengan Senja. Apakah Ciya harus menarik Kamila ke pihak nya? Tapi itu merepotkan. Cukup Alana saja yang menjadi temannya, Kamila akan tetap kepada peranan nya. Seorang antagonis perempuan.
"Mereka pacaran ya?" bisik Alana. Ciya menatap wajah teman nya itu. "Siapa?" tanya Ciya bingung.
"Itu ... Kak Sabin sama kak Senja." Ciya mengikuti arah pandang Alana. Di sana, terlihat Senja yang gencar melakukan apa yang ia mau kepada Sabin. Untuk sesaat, netra keduanya saling pandang namun segera Ciya putuskan.
"Mungkin iya," kata Ciya. Alana tersenyum malu-malu, "Cocok sih!" ujarnya memekik tertahan. Ciya mengangguk juga menanggapi itu. Namun dalam hati ia tidak menyetujui hal tersebut. Sabin hanya cocok untuk nya, tidak untuk perempuan lain.
.
.
."Sabin aku bawain bekal, aku loh yang masak!" kata Senja dengan ceria. Senyuman gadis itu tak pernah luntur sedikitpun. Penampilan nya yang lebih feminim membuat beberapa murid menggosipkan hal itu.
"Se emang lo gak sesak apa pakai baju seketat itu?" tanya Razer.
Senja menggeleng. "Aku cantik kan?" ucap nya sambil tertawa yang membuat Razer melongo. Diam-diam Junen mendecih pelan. "Bitch!" gumamnya.
"Gue gak suka udang," jawab Sabin lugas menolak bekal yang di berikan oleh Senja.
Senja cemberut, "Aku masak nya dari subuh loh, masa kamu enggak makan sih!" Dia memeluk lengan Sabin erat menekankan dadanya kepada Sabin.
Sabin sebenarnya ingin menepis itu tapi saat ia menoleh ke tengah kantin tak sengaja matanya bersitatap dengan mata Ciya. Gadis yang ia sukai. Gadis yang ingin ia ikat malam kemarin tapi karena situasi dan kesalahpahaman membuat dirinya bertunangan dengan Senja. Seharusnya Sabin mengucapkan keinginan nya secara detail.
"Gue duluan." Guntur berdiri. Dia tidak mood dengan perubahan sikap Senja. Entah bagaimana, ia sekarang merasa jijik. Sebenarnya apa yang menginspirasi gadis itu untuk memakai pakaian ketat seperti itu?
"Gue juga nih," Razer ikut menyusul Guntur. Lalu Junen kemudian Awan, tinggalah sekarang Sabin dan Senja. Gadis itu benar-benar tidak membiarkan Sabin beranjak dari tempatnya. Dan Ciya yang melihat itu tertawa diam-diam.
"Ala duluan aja, aku mau ke toilet sebentar."
"Oke, gue duluan ya soalnya baru ingat kalau pr gue masih belum di kerjain!"
"Jangan lari Ala!" tegur Ciya setengah berteriak. Namun gadis itu tidak mengindahkan peringatan Ciya. Melihat Alana sudah jauh, Ciya segera pergi ke toilet untuk menuntaskan pipisnya.
"Ah leganya.." desah Ciya. Ia keluar dari bilik toilet, membasuh tangan dan merapikan rambutnya. Saat keluar dari toilet tiba-tiba saja tubuh nya di tarik ke belakang tembok.
"Kak Awan!" pekik Ciya kaget melihat sang pelaku. Awan tersenyum melihat wajah kaget Ciya, tangannya terangkat untuk mengelus pipi Ciya yang terlihat lebih terisi.
Awan juga menghirup rakus aroma tubuh Ciya melalui leher gadis itu. "K-kak .. Ciya mau ke kelas.." cicit Ciya. Kedua tangannya berusaha untuk mendorong tubuh besar Awan namun sedikitpun tubuh itu tidak bergerak. Dorongan Ciya itu sia-sia.
"Ciya." Suara itu membuat Ciya merinding. Tangannya yang bergerak mendorong berhenti, memilih untuk mencengkram erat seragam Awan.
"K-kak.." cicit Ciya sekali lagi. Netranya berkaca-kaca menahan tangis. "Ci-ciya mau ke kelas!" rengek nya.
BUGH
"Sshhh.." Awan meringis mengusap ujung bibir nya yang terasa perih. Menatap tajam pelaku yang berani-beraninya mem-bogem dirinya.
"Sialan!" desis Awan.
Mengabaikan kemarahan kembarannya, Guntur meraih tubuh Ciya. Menggendong gadis itu ala koala membawanya pergi. Awan meninju tembok dengan keras melampiaskan amarahnya saat melihat Ciya dengan santainya menelusupkan wajahnya ke ceruk leher Guntur.
"Padahal aku lebih tampan daripada bocah petir itu!" sungut Awan. Dia membalut tangannya dengan dasi, mencegah darah keluar lebih banyak.
"Rupanya saingan kita bukan cuma satu." kekeh Junen yang melihat kejadian itu dari awal. Di sampingnya ada Razer yang berdiri sambil misuh-misuh mengumpati Awan serta Guntur.
"Ciya bakal jadi milik gue!" Setelah mengucapkan itu Razer pergi meninggalkan Junen. Sedangkan Junen tertawa mendengar ucapan sahabat nya itu. Ucapan Razer terdengar seperti ancaman yang berbunyi 'lo berani dekati Ciya, gue bunuh!'.
Junen juga memilih untuk pergi. Tidak ada gunanya ia berada di sini yang ada dia malah di makan nyamuk atau lebih parahnya bertemu penampakan yang di gosipkan oleh murid PHS selama ini.
***
"Kamu yakin mau ke Indonesia Kamila?"
Gadis cantik yang di tanyai oleh orang tuanya itu mengangguk. "Iya ma, aku udah kangen banget sama Sabin. Huh! Pasti dia udah lupa tuh sama Mila."
Wanita paruh baya itu terkekeh. "Baiklah, mama akan beritahu abang kembar mu nanti." Soraya mengambil telepon miliknya. Menelepon kedua putranya yang berada di Indonesia.
"Kita akan ke Indonesia 2 hari lagi," ucap Williamーayah Kamila.
Kamila cemberut. "Gak bisa besok?" William menggeleng. "Kita harus menyiapkan segalanya princess, keamanan kalian berdua adalah yang terpenting."
Kamila mendengus tapi tak bisa membantah ucapan William. "Baiklah!"
"Sabin, aku pulang!" batin Kamila.
Tbc
Cerita ini aku jadikan harem, yang gak suka harem di persilahkan untuk mengundurkan diri dari sini tapi jangan batalkan vote nya hehe^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Pick Me [✓]
Fantasía18+ Mati karena peluru nyasar lalu jiwa bertransmigrasi ke dalam raga seorang yang ternyata adalah seorang figuran tanpa nama yang miskin. Ciya pun bertekad untuk merubah takdir nya memanfaatkan wajah polos raga barunya ini. "Demi kehidupan lebih l...