32

10.4K 622 4
                                    


"Kamu beneran gak mau anterin mereka ke bandara Ciya?"

Dari pagi Alicia berusaha membujuk Ciya tapi gadis itu tetap pada pendiriannya. Tidak ingin mengantarkan keberangkatan Junen dan Razer.

"Alicia lebih baik kamu menjalankan rencana terakhir saja sana!"

Alicia menghela nafas panjang melihat kekerasan kepala seorang Ciya. "Baiklah, jangan menyesal."

Alicia keluar dari kamar Ciya. Dan Ciya pun menumpahkan air mata nya. Menangis terisak.

"Bagaimana?"

Alicia menggeleng menjawab pertanyaan Dera. Devan mengelus pundak istrinya. "Biarkan saja sayang, jangan paksa Ciya. Lagipula dua iblis jelek itu pasti kembali lagi ke sini."

"Om, tante malam ini aku bakal nginep di rumah bunda ya."

"Baiklah, hati-hati kalau ada apa-apa kabari kami." ujar Devan.

"Iya om."

.
.
.

"Udah berangkat sana!" usir Guntur.

Mereka berlima sedang di bandara. "Ciya ngambek gak akan ke sini," ungkap Sabin.

Razer dan Junen menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi, Ciya ngambek mau menunggu sampai kapanpun gadis itu tidak akan datang ke sini.

"Titip Ciya, bilang ke dia gue bakal balik lagi."

"Ingat jangan ada yang bobol Ciya!"

"Iya, iya elah ribet banget!" cibir Guntur.

"Kalian berdua bakal kita awasin, lo ketahuan nyoblos kelamin sembarangan gue coreng dari daftar harem Ciya!" ancam Awan.

"Tenang Wan, gue masih punya tangan sama sabun." jawab Razer. Junen menggeplak keras kepala Razer merasa kesal atas jawaban pemuda itu.

"Kayak gak pernah coli aja lo!" cibir Razer.

"Udah sana pergi!" usir Sabin.

Tanpa berpelukan karena gengsi, Razer dan Junen hari itu resmi meninggalkan tanah air pindah ke Amerika secara terpaksa.

"Kira-kira ini siapa ya?" celetuk Razer mengamati foto seorang wanita yang hamil itu. Junen menggeleng. "Mungkin emak lo, ingat kan kita saudara tiri." jawab Junen.

"Goblok! Emak gue Bianca anjir, ini emak lo pasti!" ucap Razer.

Junen termenung. Benar, Bianca itu ibu kandung Razer. "Tapi kok ayah kayak marah gitu dan bunda ketakutan pas lihat foto ini." bingung Junen.

Razer juga akhirnya ikut bingung. "Jangan-jangan ada konspirasi besar di masa lalu. Bisa aja kan, mak gue bunuh emak lo?" bisik Razer.

Plak

"Aduh!"

Razer mengusap dahinya yang di pukul oleh Junen. "Otak lo kotor!" sinis Junen.

Walaupun dugaan Razer memang benar. Junen bisa apa? Diri tidak memiliki bukti, terlalu malas juga untuk menyelidiki masa lalu yang sudah terkubur selama 17 tahun itu.

Bukan karena dirinya tidak menyayangi ibu kandungnya namun jujur saja Junen enggan untuk berurusan dengan Abigail. Pria itu memang lumpuh tapi otaknya tidak. Dan Junen tidak memiliki kuasa untuk mengalahkan ayahnya, Junen tidak ingin membuat Ciya ke dalam bahaya.

"Gak usah mikirin yang macam-macam, cukup bangun kekuatan lo sendiri. Ciya butuh kita!"

Razer mengangguk. Ciya membutuhkan kekuatan mereka, bukan masalah mereka.

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang