29

12.9K 642 2
                                    


Sudah 3 hari Ciya di rawat di rumah sakit. Sekarang dia sedang duduk sendirian di taman, sore nanti dirinya akan segera pulang. Jadi untuk menikmati suasana rumah sakit untuk terakhir kalinya, Ciya memutuskan untuk jalan-jalan sendiri.

Saat asik-asik nya mengamati pasien lain di taman itu juga tiba-tiba Ciya di kagetkan oleh kedatangan seorang pria seumuran Devan.

"Jadi kamu yang namanya Raciya Pratama?"

Ciya menatap bingung pria dewasa yang memakai kursi roda di hadapannya.

"Iya om, om kenal Ciya?"

"Tidak, tapi kedua putraku mengenali mu."

Mengamati dengan seksama wajah pria itu akhirnya Ciya tahu kalau pria di depannya ini adalah ayah dari Junen dan Razer.

"Om ada perlu apa ya?" tanya Ciya dengan sopan. Bagaimanapun ia harus mengambil hati semua orang kan?

"Jauhi kedua putra ku! Dia tidak pantas untukmu yang hanya sekedar anak pungut!"

Ucapan itu sangat menohok di hati Ciya. Diam-diam dia menyumpah serapahi Abigail. "Tapi Ciya cinta sama kak Razer dan Junen." cicit Ciya sambil memilin jari nya.

Abigail mendecih. "Lihat sifat mu, sangat murahan bagaimana mungkin mencintai dua orang sekaligus?" sarkas pria itu.

Ciya ingin sekali mencekik Abigail. Namun ia urungkan, "Maaf om," lirih Ciya. "Tapi Ciya beneran cinta sama kak Razer dan Junen..." tangis Ciya akhirnya.

Abigail melempar sesuatu ke pangkuan Ciya. Itu adalah tas kecil yang Ciya tebak isinya adalah uang.

"Aku tidak peduli apapun, jauhi kedua putra ku!"

Setelah mengucapkan itu Abigail pergi, Ciya menghapus air matanya kasar. Apa pria itu tidak sadar kalau sudah menantang mautnya sendiri dengan membuat Ciya marah?

"Kita lihat, siapa yang akan menjauhi siapa!" smirk Ciya.

.
.
.

"Bagaimana, senang?"

Ciya mengangguk sambil tersenyum. Devan dan Dera sudah menjemput nya tepat waktu. Soal uang tadi sudah Ciya buang. Dia tidak membutuhkan uang karena uang Devan sendiri sangat banyak.

"Apa yang terjadi dengan Alana, pa?"

Devan melunturkan senyuman nya mendengar pertanyaan itu. "Tidak usah di pikirkan orang jahat itu sayang, lebih baik kamu pikirkan tentang liburan. Sayang mau liburan ke mana?"

Ciya menggeleng. "Ciya gak mau liburan! Ciya mau nya abisin waktu sama mama papa dan jenguk kak Senja."

"Manisnya anak mama.." gemas Dera. Ciya terkikik geli saat wajahnya di jatuhi ciuman bertubi-tubi oleh wanita itu.

"Benar tidak ingin liburan?" tanya Devan sekali lagi.

"Iya pa, lagian Ciya sebentar lagi ulangan kenaikan kelas."

Dan juga ada sesuatu yang harus Ciya urus. Dia harus menyingkirkan beberapa penghalang dahulu. Ciya tidak akan membiarkan siapapun menjadi penghalang dirinya untuk memiliki kelima pemuda itu. Ciya benar-benar tidak ingin melepaskan mereka.

"Benar mas, Ciya harus istirahat dulu. Saat libur semester baru kita liburan ke Bali,"  ucap Dera.

"Baiklah. Papa kalah." pasrah Devan.

Mobil mereka sudah masuk ke halaman mansion yang di sambut beberapa pelayan dan bodyguard. Sambutan kecil itu membuat hati Ciya menjadi lebih baik dari sebelumnya.

"Istirahat ya sayang, mama akan bangunkan saat makan malam."

Cup

Cup

Dera dan Devan mengecup kening Ciya bergantian lalu kemudian keluar dari kamar gadis itu. Membiarkan Ciya untuk istirahat kembali.

***

"Kalian akan ayah kirim ke Amerika!"

"Mas.."

"Kamu diam Bianca!"

Bianca menatap sendu suaminya. Kapan suaminya itu berubah? Selalu saja melakukan kehendak kepada kedua putra mereka tanpa mendengarkan protesan yang lainnya.

"Atas dasar apa yah?" tanya Razer. Dia benar-benar jengah dengan sikap ayahnya. "Apa karena Ciya?" sarkas Junen.

"Sebenarnya kenapa mas tidak menyukai gadis itu, bukan kah sudah aku sarankan mas. Ayok temui dia dulu," tutur Bianca dengan lembut.

"Permisi maaf menganggu tuan nyonya, tapi ada paket untuk tuan."

"Letakkan saja di sana Mira." ujar Bianca. "Baik nyonya, permisi."

"Tunggu, siapa yang mengirimkan itu?" tanya Abigail.

"Seorang pemuda tapi wajahnya tidak terlihat," jawab Mira.

"Berikan pada ku!"

Dengan ragu Mira memberikan kotak itu, kemudian menjauh karena tidak ingin menganggu makan malam keluarga tersebut. Bianca yang di samping Abigail sangat penasaran apa isi paket tersebut. Dan saat di buka, rahang Abigail mengeras.

"Mas i-ini?!" kaget Bianca. Wanita itu pucat pasi.

Melihat ketakutan ibunya, Razer merebut dengan kasar kotak itu. Tidak ada yang istimewa kecuali satu foto seorang wanita hamil dan secarik kertas yang bertuliskan; bagaimana kejutan ku pak tua? Oh, apakah kamu masih ingat dengan mawar putih milik mu? Aku harap ingat, karena tunas mawar putih milik mu sudah besar dan dia akan menuntut balas atas layu nya mawar putih itu.

"Apa wanita ini selingkuhan ayah?!" hardik Razer.

"Tutup mulut mu! Berikan kepada ku kotak dan isinya!" bentak Abigail.

"Tidak akan." Razer membawa itu naik ke kamarnya di ikuti oleh Junen di belakangnya.

"RAZER! KEMBALIKAN ITU!"

Bianca sendiri masih terdiam dengan ekspresi pucat. Bagaimana foto itu masih ada, dan bagaimana bisa ada orang yang mengetahui rahasia itu?

"Mas ba-bagaimana ini?" gelisah Bianca.

"Diam lah Bianca, aku akan mengurus nya!"

"Tapi ma―"

"Tutup mulut mu! Sekarang dorong aku ke kamar!"

Bianca menuruti keinginan Abigail. Dengan perasaan takut dan tidak tenang, malam itu Bianca tak bisa tidur.

Tbc

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang