10🚫

23.9K 1K 21
                                    

Update banyak nih, vote dong🥺

🌹

Junen yang sudah berhasil melewati perizinan dari Devan tersenyum sumringah saat ini. Tangan besarnya menggenggam tangan mungil milik Ciya. Setelah memesan tiket nonton film horor, keduanya sekarang duduk berdampingan di kursi bioskop.

Adegan demi adegan berputar secara bergantian di depan sana. Ciya sesekali berlindung di balik lengan Junen saat hantu nya muncul.

"Tidak usah takut," bisik Junen. Ciya mengangguk patah-patah, satu tangannya memegangi lengan Junen sedangkan tangan lainnya di genggam pemuda itu.

"Kak Junen enggak takut?" ciya ikut berbisik yang mana membuat Junen terkekeh kecil. "Enggak dong," jawab nya.

Adegan kali ini tidak seram bagi Ciya tapi seram bagi Junen. Dirinya tidak menyangka film horor ini mengandung adegan dewasa. Pemain utama bercumbu dengan rekannya yang sama-sama terjebak di sebuah kamar.

Junen melirik wajah Ciya. Tapi ekspresi gadis itu terlihat biasa saja tepatnya terlihat polos seperti biasanya. Namun saat Ciya tiba-tiba menoleh ke arahnya, Junen begitu terkejut. Posisi wajah mereka lumayan dekat.

"Kak?"

Pandangan Junen jatuh kepada bibir merah muda alami milik Ciya. Dirinya menelan ludah kasar membuat jakun nya turun naik. Ciya tersenyum miring dalam hatinya.

Dengan sengaja, Ciya menyentuh jakun Junen.

"Kol ini bisa gerak sih?"

Jari telunjuk Ciya sengaja ia eluskan secara lembut. Junen pun menahan tangan Ciya. "Gak boleh sentuh sembarangan Ciya." suara serak-serak basah itu membuat Ciya merinding.

"Maaf," Ciya menundukkan kepalanya. Tapi Junen malah mengangkat dagu Ciya dengan jarinya. Membuat netra kedua nya kembali beradu tatap.

Junen kembali menurunkan pandangan nya ke bibir Ciya. Ia mengusap bibir itu menggunakan jempolnya. Sensasi lembut dan agak hangat Junen rasakan. Ciya yang di perlakukan seperti itu hanya memasang wajah polosnya. Namun hatinya jedar-jedor tak karuan, tidak sabar merasakan ciuman dari Junen.

"Kak Junen," panggil Ciya dengan pelan.

"Hm," sahut Junen. Jempol Junen bergerak menerobos masuk ke dalam mulut Ciya. Tentu saja Ciya pura-pura kaget dengan itu. Apalagi saat jari Junen menekan-nekan lidahnya.

"Emut jari kakak, Ciya." pinta Junen dengan suara beratnya. "Mawsudnyaw?" tanya Ciya, polos.

"Isap jari kakak," pinta Junen lagi. Ciya mengerjapkan matanya beberapa kali, namun segera melakukan apa yang Junen minta. Ciya menghisap ibu jari itu seperti ia menghisap dot.

Junen yang merasakan pergerakan itu tiba-tiba memutar jarinya memainkan lidah Ciya. "Tetap hisap," bisik Junen mutlak.

"Hngnhhh.."

Akibat ulah Junen, Ciya mengeluarkan suara lenguhannya. Ia merasa geli saat ia menghisap jari itu tapi jari itu malah memainkan lidahnya.

Melihat saliva milik Ciya tiba-tiba merembes ke dagu, Junen memajukan wajahnya lalu menjulurkan lidahnya guna menjilat itu. Jarinya juga mendorong rahang atas Ciya dari dalam membuat mulut Ciya terbuka.

"Emmhhh.."

Ciuman yang di dominasi Junen itu terjadi beberapa menit. Bahkan Ciya sendiri sampai berpindah ke pangkuan Junen tanpa Ciya sadari.

"Bibir lo manis gue suka." Mendapatkan bisikan seperti itu, pipi Ciya memerah. Junen mencium itu dengan gemas.

Dengan sekali gerakan, Junen mengangkat tubuh Ciya. Membawa nya keluar dari bioskop. "Film nya belum selesai!" protes Ciya. Ciya masih ingin menonton lebih tepatnya, supaya Junen semakin mencium nya.

"Kita akan makan, Ciya."

Junen masuk ke dalam mobil nya dengan Ciya di pangkuannya. "Ciya kesel pokok nya!" cemberut Ciya sambil bersedekap dada.

Junen tersenyum gemas. Ia menjalankan mobilnya meninggalkan area itu, dia akan membawa Ciya ke restoran bintang lima dengan ruangan pribadi.

"Bagaimana enak?"

"Enak banget!"

Junen memesan banyak makanan untuk Ciya. Karena melihat Ciya bahagia, Junen juga ikut bahagia. "Kak Junen, apa Ciya boleh minta yang tadi lagi?"

"Yang tadi apa?" tanya Junen bingung.

"Ciya mau bibir Ciya di makan sama kak Junen lagi."

"Uhuk! ... Uhuk!"

"Aduh kak Junen hati-hati dong makan nya!"

Junen menatap tak percaya ke arah Ciya karena permintaan gadis itu. Secara tak langsung Ciya meminta ciuman itu lagi kan? Pikir nya.

"Boleh, kalau Ciya mau sekarang. Akan kakak lakukan."

Ciya tersenyum sumringah. Dengan cepat ia duduk ke pangkuan Junen. Mengalungkan tangannya ke leher pemuda itu. "Ayo makan bibir Ciya!"

Netra Junen berkilat tajam. Ia segera meminum anggur merah yang ia pesan. Namun tidak menelan nya langsung. Melihat Junen yang mendekatkan wajahnya, Ciya membuka sedikit mulut nya.

Rasa manis minuman langsung menyapa lidahnya, namun ada rasa sedikit menyengat saat Ciya meneguknya.

"Hengghh.. ahh.."

Ternyata tangan Junen tidak diam saja. Diam-diam tangan itu rupanya masuk ke dalam kaos Ciya. Mencari sesuatu yang menonjol. Setelah menemukan itu, dia meremas-remas nya dengan gerakan lembut.

"Nhhh.." mata Ciya memejam merasakan permainan Junen. Ciya tiba-tiba merinding saat tangan Junen yang agak kasar itu menyentuh langsung aset nya yang mungil.

"Ahh kak Junh-"

Ciuman itu Junen lepaskan membuat desahan Ciya terdengar jelas. Melihat wajah Ciya yang memerah, Junen semakin berani memainkan Ciya. Junen dengan sengaja mengapit benda kecil itu menggunakan jari nya lalu melakukan gerakan memilin.

"Ahhh kakhhh-"

Tenggorokan Ciya mendadak kering. Ia memang mengharapkan ciuman dengan Junen tapi ini kelewatan. Ia menahan tangan Junen yang asik memainkan dada mungil nya.

"Kak u-udah.." cicit Ciya. Junen yang sadar apa yang ia lakukan berhenti. Mengeluarkan tangannya dari dalam sana tapi ia benarkan dahulu bra milik Ciya.

"Maafin kakak Ci," bisik Junen sambil memeluk Ciya. Ciya membalas pelukan itu. "Ciya sayang sama kak Junen."

Tbc

Ohoo, satu sudah masuk jebakan (⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang