21

19.4K 1K 0
                                        


Saat jam istirahat, saat semua murid sudah keluar untuk ke kantin. Ciya masih duduk, menyalin tulisan dari papan tulis. Saat sudah selesai ia segera memanggil Alana tapi gadis itu beralasan untuk ke toilet.

Ciya yang tiba-tiba terbersit suatu ide pun mengiyakan ucapan Alana. Ciya pura-pura keluar dari kelas kemudian bersembunyi di balik tembok, saat melihat Alana sudah pergi, ia segera kembali masuk.

Ia merogoh parfum miliknya. Parfum itu hadiah dari Soraya, wanita itu niat sekali mengirimkan nya ke Indonesia hanya untuk Ciya.

Mengabaikan Mika yang sedang membaca buku, Ciya berjalan ke arah meja Alana. Membuka tas kemudian memasukkan parfum tersebut.

"Kamu tau kan apa yang harus di lakukan?" ujar Ciya kepada Mika dengan tatapan tajam.

Mika yang notabenenya gadis kutu buku yang masuk lewat jalur beasiswa hanya bisa mengangguk. Namun dalam hati dia kaget melihat kalau ternyata Ciya memiliki sifat seperti itu.

"Pulang sekolah nanti, datengin aku ke parkiran. Oh iya, pas Alana masuk ke sini nanti kamu harus keluar sebelum dia keluar ingat!"

Mika lagi-lagi mengangguk. "Iya, Ciya." jawab nya.

.
.
.

"Nih hadiah karena kamu mau kerjasama."

Mika mengambil uang ratusan ribu sebanyak 10 lembar dari tangan Ciya dengan gemetar. Dia tidak pernah melihat uang sebanyak itu. Bahkan gajinya sebagai buruh cuci paling banyak 50 ribu. Kalau pun menabung selama 1 tahun tidak akan terkumpul karena uang gajinya habis beli makan sehari-hari.

"I-ini beneran buat a-aku?"

"Iya, cepat simpan entar ada yang lihat!"

Mika sambil menghapus air matanya menyimpan uang itu di dalam tas nya. Dalam hati Mika menanamkan hutang budi kepada Ciya. Tidak peduli kalau uang ini ia dapatkan secara tidak sah. Bukankah banyak orang yang mencari uang secara tidak halal, contoh nya beberapa pejabat yang melakukan korupsi. Uang sejuta tidak ada apa-apanya dengan itu.

"Terimakasih, Ciya!"

Ciya tersenyum sambil menepuk bahu Mika.

"CIYA!"

Alana mendatangi nya dengan ekspresi tidak enak di lihat, gadis itu terlihat marah.

"Benarkan dugaan gue, lo kerjasama bareng Mika buat jebak gue!" tuduh Alana mengabaikan gaya bicara nya. "Lo di bayar berapa sama dia hah?!" Alana menunjuk wajah Mika.

Keributan itu menyita perhatian para murid yang ingin pulang. Bagi yang merasa tertarik menonton itu dan bagi yang tidak peduli tentu saja memilih untuk pulang.

"Siniin tas lo! Tadi gue lihat Ciya ngasih lo duit!"

Srekk

Mika menatap nanar tas nya yang robek karena di tarik paksa oleh Alana. "Alana kamu apa-apaan sih?!" Ciya menarik kembali tas Mika, bermaksud merebut itu.

"Lihat! Ini duitnya, mana mungkin orang miskin kaya Mika punya duit sebanyak ini!" teriak Alana. Gadis itu benar-benar melupakan image nya.

Mika sudah menangis di tempatnya. Meratapi tas nya dan juga sakit hati karena ucapan Alana. Dia memang orang miskin tapi bisakah tidak menghinanya di depan banyak orang?

Nara yang melihat keributan itu mendekat. "Alana lo gak kapok ya!" ujarnya ngegas.

Dengan sekali tarikan ia merebut tas Mika yang sudah sobek. "Lo mau bela cewek pick me ini lagi?!" pekik Alana. "Lo di bayar berapa juga sama dia?!"

"Ada apa sayang kok belum pulang?"

"Aku tadi ngasih uang sama Mika tapi Alana dateng nuduh yang enggak-enggak ... Dia juga udah buat tas Mika robek kak.." adu Ciya bagai gadis yang teraniaya.

Junen mengedarkan pandangannya meneliti.

"Anu kak, Ciya bener. Ini tas Mika robek gara-gara dia, udah gitu nuduh kalau Ciya sama Mika kerjasama lagi buat fitnah dia." ujar Nara. "Padahal dia aja kebukti nyolong." tambah Nara dengan sarkas.

"Luka kamu gak papa?" Junen memeriksa lutut Ciya. Gadis itu memang sempat terjatuh di lapangan basket dengan lutut yang terluka.

"Gak papa kok, udah baikan."

"Kamu masuk ke mobil lebih dulu, soal ini biar aku yang urus."

Ciya menurut, dia masuk ke dalam mobil Junen membiarkan lelaki tampan itu mengurus sisanya.

"Lo yang nyolong parfum Ciya kan? Masih punya muka lo!" sentak Junen tidak ramah.

Alana hanya bisa menggigit lidahnya sendiri. Netranya berkaca-kaca menahan tangisan. Kenapa malah dirinya yang terpojok? Bukan nya Ciya?

"Ganti rugi buat tas lo."

"Eh ... Gak usah kak," tolak Mika dengan halus. Namun Nara mengambil itu. "Ambil aja Mik, rejeki buat lo. Lumayan kan buat beli seragam, tas sama sepatu baru." ujarnya. Nara mengembalikan tas milik Mika beserta uang berwarna merah muda itu.

"Ma-makasih kak!" ujar Mika sambil membungkuk.

Junen mengangguk saja, dia segera masuk mengendarai mobil nya meninggalkan area sekolah. Dia harus mengantarkan pacarnya dengan cepat.

"Sayang nanti jam 7 Razer bakalan jemput, dandan yang imut ya." bisik Junen.

"Emang ada apa?" tanya Ciya penasaran.

"Hm, rahasia."

Ciya mencebikkan bibirnya tapi tetap mengangguk. "Baik, Ciya akan dandan imut dengan pakai baju kodok!"

Junen tertawa. Dia mengusak rambut Ciya gemas, mengecup kening cukup lama lalu pergi menyusul sahabat nya yang sedang menyiapkan sesuatu untuk Ciya mereka. Sebuah kejutan yang manis, yaitu dinner special mereka untuk mengungkapkan perasaan kepada Ciya.

Malam ini Ciya akan resmi menjadi milik mereka, ah Junen tidak sabar menantikan itu.

***

"Apa yang terjadi kenapa sangat melenceng?!"

"Harusnya aku bisa menyingkirkan Ciya karena aku adalah penulis nya!"

"Bukan malah aku yang tersingkir!"

Alana menghamburkan barang-barang miliknya melampiaskan rasa kesalnya.

Alana menatap halaman novel yang masih kosong mulai terisi dengan kalimat yang menggambarkan kejadian tadi. Itu membuat nya semakin emosi.

"Buku sialan!" umpat nya. Alana merobek buku itu menjadi dua. Dia benar-benar kesal. "Persetan! Sekarang aku harus bergerak kasar!"

Tbc

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang