02

25.1K 1.3K 23
                                    

Happy reading, jangan lupa vote ya terimakasih.

⚜️

Ciya membuka matanya karena merasakan lapar yang luar biasa. Bahkan suara perutnya terdengar keras membuat Ciya meringis malu.

"Kamu lapar? Akan saya panggil kan suster." ujar Devan yang mendengar suara perut Ciya.

Ciya mengangguk dengan pipi bersemu, dia sungguh malu. Melihat tubuhnya sudah bersih dan berganti dengan pakaian pasien, Ciya menghela nafas lega. Sekarang ia bersih jadi tidak merasa minder kepada Devan.

Suster datang membawa stroller yang berisi semangkuk bubur, air putih dan obat. Suster itu juga membantu Ciya untuk duduk. Melihat Devan yang fokus kepada teleponnya membuat Ciya diam-diam merasa kesal. Di sana hanya ada Devan kemungkinan wanita yang menjadi istrinya dan Senja sudah di antar pulang oleh pria itu.

Ciya menerima suapan dari suster dengan teratur. "Pintar nya," puji suster itu kepada Ciya. Baru kali ini ia menemukan pasien yang menghabiskan seluruh bubur buatan rumah sakit. "Nanti adik akan di periksa dokter jadi jangan tidur dulu ya," ucap nya. Ciya mengangguk saja.

Selang beberapa menit suster keluar, dokter datang lalu memeriksa Ciya dengan serius.

"Pak bisa kita bicara di luar?"

Devan mengangguk. Setelah mengusap puncak kepala Ciya ia keluar.

"Keadaan nya baik-baik saja. Saat infus sudah habis, dia bisa pulang. Namun bapak harus benar-benar memastikan pola makannya karena anak bapak mempunyai riwayat asam lambung cukup parah. Soal pernafasan tidak ada yang salah, itu adalah efek dari rasa lelah yang berlebih. Apakah sebelumnya anak bapak ikut marathon atau sejenisnya?"

Devan tertegun. "Terimakasih dok, saya akan pastikan anak saya akan makan dengan teratur." Mendengar ucapan Devan. Dokter itu permisi pergi. Devan kembali masuk menatap wajah damai Ciya yang sudah tertidur.

Klek

"Bagaimana mas?! Apa kata dokter!" Devan terjengit kaget saat mendengar suara istrinya. "Kenapa kembali ke sini? Kamu tidak lelah?" Alih-alih menjawab pertanyaan istrinya. Devan malah bertanya balik.

"Aku kepikiran dengan dia mas, gak tenang rasanya." ucap Dera. Wanita itu duduk di kursi samping brankar Ciya. Dengan pelan dan lembut ia genggam tangan Ciya yang tak memakai infus.

"Bagaimana dengan Senja?"

"Dia sudah tidur." Devan memang menyuruh kedua orang itu untuk pulang. Tentu saja dengan supir keluarga mereka. Terlalu bahaya membiarkan keduanya naik taksi di jam hampir tengah malam.

"Tadi dia sempat bangun dan makan tapi setelah minum obat dia tidur kembali. Dokter bilang asam lambungnya parah jadi pola makannya harus benar-benar di perhatikan. Pagi ini kita akan membawa nya pulang, setelah cairan infus nya habis." ucap Devan. Dera mengusap-usap punggung tangan Ciya. "Pulang ke rumah kita?" tanya Dera.

"Iya,"

Ciya bersorak gembira dalam hatinya. Dia memang memejamkan mata namun belum sepenuhnya tertidur. Tidak baik selesai makan langsung tidur, nanti jadi gemuk.

"Mas bagaimana kalau kita adopsi?" usul Dera. Devan memikirkan ucapan istrinya. Ia memang berniat untuk membawa anak itu ke rumahnya tapi tak sampai memikirkan soal adopsi.

"Kita tanya saat dia bangun nanti," putus Devan.

.
.
.

Ciya membiarkan Dera membersihkan tubuhnya di toilet. Infus nya sudah di lepaskan oleh suster. Dia juga sudah sarapan pagi sekaligus minum obat.

"Selesai!" seru Dera dengan senyum mengembang. Merasa bangga dengan apa yang dia lakukan kepada Ciya.

"Ayo temui papa." ajak Dera. Wanita itu menggendong Ciya keluar. Mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Devan menoleh. Ia menatap istrinya yang menggendong seekor beruang?

"Sayang.." ucap Devan tak habis pikir dengan kelakuan istrinya. "Bagaimana kalau dia tidak nyaman?" Devan mengambil alih Ciya. Melihat Ciya ekspresi Ciya yang polos. Devan menghela nafas, kemungkinan Ciya akan menjadi objek Dera untuk fantasi nya. Maklum, Senja dulu sejak kecil tidak suka di dandani oleh Dera.

"Ayo kita pulang."

Di mobil, Ciya menatap keluar jendela dengan ekspresi kagum. Tentu saja itu adalah akting. Lagipula apa menariknya gedung-gedung tinggi? Di kehidupan sebelumnya Ciya sering melihat itu.

"Nama kamu Ciya kan?" tanya Dera.

Ciya mengalihkan pandangan nya, menatap Dera yang memangku nya. "Iya, Raciya."

"Hanya Raciya?" tanya Dera lagi. Ciya mengangguk. Sebenarnya nama panjang Ciya adalah Annette Raciya. Tapi Ciya tidak menyukai nama Annette dan Ciya sengaja hanya menyebutkan satu nama karena ia mengincar marga keluarga Devan yaitu Pratama. Konon, di sebutkan juga di novel kalau Devan dan Dera sepakat untuk menambahkan marga Pratama kalau anak mereka laki-laki dan marga Fatma untuk yang perempuan. Dan Ciya menginginkan marga Pratama menjadi pelengkap namanya.

"Hm bagaimana kalau di ubah jadi Raciya Fat―"

"Pratama. Ciya akan menggunakan marga ku Dera, karena dia adalah tanggung jawab ku mulai sekarang."

Dera mengangguk sambil tersenyum. "Raciya Pratama. Sekarang Ciya jadi anak mama dan papa ya!"

Ciya menitikkan air matanya, menangis bahagia kenapa dia bisa mendapatkan nya semudah ini?

Dera mengusap air mata Ciya dengan sesekali mengecup pipi Ciya. "Kamu harus makan banyak supaya menjadi gembul."

"Makanan sehat sayang, Ciya harus makan secukupnya tapi sehat." timpal Devan. "Itu maksud ku," sanggah Dera.

"Woah!" Ciya berdecak kagum melihat bangunan mewah yang ada di depannya. Senja memang di sebutkan sebagai anak orang kaya, tapi Ciya tidak mengira akan sekaya ini. Mansion ini sangat besar.

Dera tertawa melihat ekspresi Ciya. "Ayo masuk." Devan menyusul dk belakang sambil menenteng tas kelinci milik Ciya. Di sana isinya hanya ada sebuah buku usang, pensil yang sudah pendek dan beberapa jepit rambut berkarat.

"Bersihkan ini tapi jangan buang isinya." suruh Devan kepada maid. "Baik tuan."

Devan berbelok ke ruang kerja nya. Membiarkan istrinya menghabiskan waktu bersama dengan Ciya.

"Arnold, cari tahu gadis yang foto nya aku kirimkan."

"Baik tuan! File nya akan saya kirimkan satu jam lagi,"

Devan mematikan sambungan telepon nya. Ia berharap kalau Ciya tidak memiliki orang tua agar ia bisa mengadopsi. Karena jauh di lubuk hati Devan, ia masihlah menginginkan anak.

Tbc

Nama Ciya cocok kan buat cewek ppb?

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang