13

16.2K 992 13
                                    




Ciya membuka netra nya perlahan-lahan. Dia menguap pelan mengabaikan tatapan memuja dari empat pemuda di depan sana.

"Jangan di kucek nanti merah," Awan menahan pergelangan tangan Ciya.

"Kak Awan?!"

"Ugh." ringis Awan saat dia tiba-tiba Ciya melompat ke tubuhnya. Perempuan itu memeluk nya dengan erat. "Kenapa, hm?" Guntur menghampiri Awan lalu bertanya kepada Ciya.

"Kalian di sini?! Tapi di mana kak Abin?" Ciya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Awan membawa Ciya ke sofa, mendekati temannya. Guntur mengikuti Awan dengan berdecak kesal.

"Sabin tidak ada di sini, mungkin di kelas." jawab Junen. Dia meletakkan handphone nya ke atas meja.

"Pasti lagi sama kak Senja," lirih Ciya.

Tak!

Razer meletakkan kaleng soda nya dengan tidak santai. "Untuk apa nyari Sabin, di sini ada kita."

Cup

Mereka semua blank melihat tingkah berani Razer yang mencium bibir Ciya padahal Ciya lagi di pangkuan Awan.

Berbeda dengan mereka, Ciya justru merasa senang. Dengan malu-malu dia menyembunyikan wajahnya di dada Awan.

"Nyawa lo ada berapa sih Zer?!" cibir Junen masih kaget. Razer menyandarkan punggungnya di sofa. "Kita sepakat berbagi kan, jadi kalau gue nyium Ciya kalian gak berhak buat marah." tukas nya.

"Jangan ngelewatin batas. Cuma boleh cium, gue gak mau denger kalau salah satu di antara kita nyentuh Ciya sembarangan!" tekan Awan yang di setujui oleh semuanya.

.
.
.

"Mamaa! Ciya hausss.."

Dera tertawa mendengar rengekan Ciya. Sepulang sekolah bukan nya istirahat atau berganti pakaian. Putri nya malah merengek ingin minum susu.

"Susu pake dot ya mama.." bisik Ciya. Pipinya bersemu merah membuat Dera semakin tertawa. "Baiklah, sekarang Ciya ganti baju. Mama tunggu di depan ya."

"Gak mau! Ciya udah haus banget." tolak Ciya.

"Baiklah, tunggu sebentar ya."

Dera memberikan dot yang sudah terisi susu kepada Ciya. Gadis itu langsung ngacir ke kamarnya sambil menenteng dot.

"Anak itu.." gumam Dera gregetan.

Ciya tidak mengganti seragam nya tapi langsung tiduran telentang dan memasukkan nipple silikon itu ke mulut nya. Menghisap nya brutal, tidak lama kemudian mata Ciya yang sayu itu pun menutup, tertidur pulas.

.
.
.

Kamila sekeluarga sudah sampai di rumah. Gadis tinggi semampai itu merecoki abang kembar nya. Awan dan Guntur, membuat dua lelaki itu sungguh lelah.

"Mami abang punya pacar!! ABANG JADI PEDOFIL!!"

Teriakkan Kamila menggema di ruang tamu. Dia mengintip isi handphone Guntur lalu menemukan banyak sekali foto seorang gadis cantik yang imut dan terlihat kecil.

"MAMI ABANG GUNTUR JADI PEDOFIL!" teriak nya sekali lagi. Soraya datang ke ruang tamu dengan ekspresi lelahnya. Inilah yang terjadi kalau anak-anaknya sudah berkumpul. Ribut sekali seperti monyet lepas kandang.

"Siapa gadi itu?" William juga tiba-tiba ikut nimbrung. Penasaran dengan gadis yang katanya pacar putranya.

"Kita belum jadian,"

Soraya menatap aneh putranya. "Kita? Maksudnya kalian suka dengan gadis yang sama!" kaget wanita itu. Kamila semakin memandang ngeri kedua abang nya.

"PAPI CEPAT TELEPON PIHAK RUMAH SAKIT JIWA!!"

"Kamila jangan berteriak!" tegur Soraya jengah. Gafi itu hanya nyengir kuda.

.
.
.


"Dia siapa sih?!" kesal Senja. Sejak tadi dirinya merasa cemburu dengan adanya gadis baru di sekitar Sabin. Siapa lagi kalau bukan Kamila Andini sang antagonis.

"Lo yang siapa?!" hardik Kamila menatap tajam ke arah Senja. "Jalang Sabin yang ke berapa lo?!" ujarnya Kamila lagi yang sukses membuat wajah Senja memerah menahan malu sekaligus amarah.

"Gue bukan jalang!" Senja membalas ucapan Kamila dengan tajam. Kamila berdecih, mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sibuk makan tanpa menghiraukan sekitarnya.

"Nama lo siapa?"

Ciya balas menatap Kamila. "N-nama aku Raciya.." cicit Ciya. Dia takut dengan Kamila. Takut dalam artian pura-pura.

Kamila menatap semakin tajam ke arah Ciya, matanya menyipit. "Lo gak cocok jadi pacar abang gue!" cibir Kamila datar.

Ciya yang mendengar itu tentu saja mengeluarkan tangis buaya nya. Kesal sekali dia dengan Kamila ini.

"Tapi Ciya sayang sama kak Awan dan kak Guntur.." lirih Ciya. Melihat Ciya yang sebentar lagi pecah tangisnya Razer menangkup wajah Ciya.

"Gak usah dengerin dia, dia cuma iri sama kamu." bisik lelaki itu.

"Gak usah ikut campur," datar Awan. Dia membawa Ciya menjauh. "Lainkali gak usah banyak bacot!" Tekan Guntur.

Junen tidak ikut pergi, dia memilih untuk menghabiskan makanan milik Ciya. Mubazir kalau di buang. "Maruk banget sih Ciya, semuanya di embat." ucap Senja agak nyaring. "Kayak aku dong cuma sama Sabin," lanjut nya.

Kamila diam, mencerna ucapan Senja. Orang yang mengaku sebagai tunangan teman masa kecilnya itu. Melihat gelagat aneh dari Kamila, Junen tersenyum miring sesaat. Benar, mereka cukup jadi penonton. Biarkan Kamila bertindak sesuai keinginannya.

Tbc

Sorry up nya singkat, aku lagi mikir konfliknyaaa😰

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang