Ternyata kelakuan gak sepolos wajah nya
Pasti udah longgar haha
Jijik gue lihat nya!
Kok bisa Sabin dkk kepincut?
Mungkin dia udah ngangkang ke mereka berlima
Ciya yang baru masuk ke gerbang sekolah merasa aneh dengan bisik-bisik para murid. Mereka juga menatap dirinya dengan jijik seakan dia adalah makhluk yang hina. Sebenarnya apa yang terjadi?
"Ciya aku gak nyangka ternyata kamu kayak gitu.." lirih Alana saat Ciya sudah menginjakkan kakinya ke dalam kelas.
"Aku kayak apa?" tanya Ciya bingung.
"Ini beneran lo Ci?" Nara menunjukkan foto melalui ponselnya, di sana dirinya bersama dengan seorang pria dewasa.
Ciya mengangguk. "Iya aku sama papi nya kak Sabin," jawab Ciya.
Eh?
Nara menatap wajah Ciya. "Beneran papi nya kak kembar?" Ciya mengangguk lagi. "Ini, Ciya juga ada foto lainnya." Dengan senyum manis Ciya menunjukkan beberapa foto dirinya dengan William, tidak hanya William di sana juga ada seorang wanita dewasa yaitu Soraya. "Ini mami , kita jalan-jalan bareng." jelas Ciya.
Netranya melirik layar ponsel Nara, wajahnya berubah murung. "Tapi kenapa ada yang bilang kalau papi itu sugar daddy nya Ciya?" nada sendu itu membuat seisi kelas merasa bersalah. Beruntung mereka tadi tidak mencaci Ciya.
Di foto itu wajah William tidak terlihat hanya punggungnya saja. Kemungkinan ada orang yang ingin menjatuhkan dirinya, apakah Alana? Pikir Ciya.
Beberapa hari yang lalu William dan Soraya kembali ke tanah air untuk mengambil barang yang penting. Karena masih ada waktu beberapa hari, pasangan suami istri itu meminjam Ciya ke Devan untuk di bawa jalan-jalan. Dan akhirnya mereka menghabiskan waktu seharian sebelum akhirnya William dan Soraya kembali ke negara B.
"Kirim foto-foto itu ke gue, biar gue klarifikasi!" ujar Nara cepat. Ciya menurut, dia mengirimkan beberapa foto kepada Nara. Sedangkan Alana lagi-lagi harus menelan pil pahit karena gagal menjatuhkan harga diri Ciya.
"Kenapa aku sampai lupa dengan wajah orang tua Awan dan Guntur!" batin Alana.
Nara memosting foto Ciya itu di akun resmi kelas mereka. Belum 5 menit, postingan itu ramai akan komentar. Termasuk salah satu most wanted sekolah ini dan itu membuat Nara berkeringat dingin. Dalam hati dia bersyukur tidak menghakimi Ciya secara sepihak.
"Kamu gak papa Ci?" tanya Mika. Gadis itu beringsut mendekati Ciya yang ekspresi nya ingin menangis.
"A-apa salah Ciya ... Ke-kenapa ada yang tega fitnah gitu..." Mika mengusap air mata Ciya.
BRAK!
"Ciya kamu gak papa!" Sabin yang mendorong pintu depan tidak santai itu tidak peduli kalau pintu kelas tersebut engselnya lepas.
"Kak A-abin ... Ciya mau pulang.."
"Oke, kita pulang hm."
Sabin menggendong Ciya ala koala, lalu mendorong wajah Ciya ke ceruk leher nya. Kedatangan Sabin yang menggendong Ciya di sambut oleh Junen dan Razer di parkiran.
Sabin melihat postingan kelas Ciya merasa aneh. Untuk apa mereka memposting hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan kelas namun saat dia membaca caption nya, Sabin seketika merasa marah. Dia pun meninggalkan jejak komentar di sana, lalu tanpa memakai seragamnya dengan benar langsung ke sekolah.
"Pulang," instruksi Sabin.
Dengan mengendarai satu mobil, ketiga laki-laki itu membawa Ciya pulang ke rumah gadis itu. Masalah ini harus di urus dengan tuntas.
"Loh Ciya kenapa?" panik Dera saat melihat kedatangan mereka.
"Ada kejadian yang gak mengenakan tante jadi Ciya kami antar pulang dulu," ujar Junen mewakili. Dera lekas membuka pintu lebih lebar. Membersihkan ketiganya masuk.
"Telepon Awan suruh selidiki siapa pemilik akun anonim itu," suruh Sabin.
Dera yang sudah mengambil alih Ciya di buat bingung. "Sebenarnya apa yang terjadi sama Ciya?"
"Anu tante, ada yang fitnah Ciya jalan sama sugar daddy padahal itu om William." jelas Sabin. Dia juga menunjukkan postingan anonim tersebut.
"Bisa-bisanya," lirih Dera. "Kami akan urus tante, tenang aja. Nama Ciya bakal bersih sebelum 24 jam!" ucap Razer.
"Bener tan, itu janji kita." imbuh Junen yang di angguki oleh Sabin.
Dera tersenyum. "Tante percaya sama kalian, sebaiknya kalian ke kantor suami saya. Karena suami saya berhak tahu juga masalah ini."
"Iya tante, kalau begitu kami permisi." pamit ketiganya.
"Mama.."
"Ssttt ... Anak mama gak boleh nangis, sudah dengarkan? Mereka akan membantu Ciya," bisik Dera.
****
Mika mengurungkan niatnya untuk keluar dari bilik toilet saat mendengar ada yang datang. Ia bersembunyi, takut yang masuk adalah para pembully.
"Sial! Kenapa gagal lagi sih?!"
Alis nya bertaut bingung mendengar umpatan yang suaranya terdengar familiar itu. Dengan gerakan pelan Mika membuka pintu bilik toilet lalu mengintip. Mulutnya terbuka melihat ternyata itu Alana yang sedang mengumpat di depan cermin. Wajahnya terlihat berantakan, sangat tidak enak di pandang.
"Sial! Sial! Sial!" rutuk Alana geram.
Melihat Alana dalam mode marah. Mika kembali menutup pintu bilik toilet. Tubuhnya bergetar, rasa takut akan keganasan Alana terakhir kali terbayang di benak nya.
"Apa gue harus jebak Ciya?" monolog nya.
Mika melotot mendengar itu dengan tergesa-gesa dia meraih handphone butut nya. Membuka aplikasi perekam dan ingin merekam apa yang akan Alana ucapkan kembali.
"Kayaknya emang harus gue jebak, ini jalan terakhir. Kalau masih gagal, maka bakal gue bunuh langsung lo Raciya!" desis Alana. Setelah merapikan penampilan nya Alana keluar.
Mika terduduk di lantai mendengar itu. Dia tidak menyangka kalau Alana akan mengatakan itu. Mika harus mengirim ini secepatnya kepada orang terdekat Ciya. Tapi siapa?
"Kak Sabin? Ya, aku harus kirim ini ke kak Sabin!"
Mika menggigit bibirnya cemas saat DM nya tidak di gubris. "Apa aku spam aja ya?" Mika pun mengganti foto profil nya agar di kenali oleh Sabin. Kemudian spam rekaman suara tersebut.
Senyum nya terbit saat Sabin membuka DM miliknya. Dan Mika langsung keluar dari toilet dan pulang ke rumah.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Pick Me [✓]
Fantasy18+ Mati karena peluru nyasar lalu jiwa bertransmigrasi ke dalam raga seorang yang ternyata adalah seorang figuran tanpa nama yang miskin. Ciya pun bertekad untuk merubah takdir nya memanfaatkan wajah polos raga barunya ini. "Demi kehidupan lebih l...