Kedua jari Ciya di plesterーjari tengah dan jari manisnya. Dan yang mengobati adalah Awan.
"Ciya mau pulang kak," cicit Ciya yang berada di pangkuan Awan. Pemuda itu mengangguk, "gue bakal telepon ok Devan." ujarnya.
Ciya menggeleng. "Pulang ke rumah Ciya .. bukan rumah papa.." air mata Ciya kembali keluar. Tangisnya terdengar begitu pilu membuat Awan diam-diam menggeram.
"Kenapa Wan?" tanya Guntur yang masuk ke UKS. "Dia mau pulang, tapi bukan ke rumah om Devan." jawab Awan yang membuat Guntur terdiam.
"Segitu nya ya Senja gak suka sama Ciya?" celetuk Junen. "Perasaan Ciya enggak ada yang salah, dia polos dan imut." sambung nya.
Ciya tertawa dalam hati mendengar itu. Polos katanya? Tidak tahu saja kalau Ciya itu sebenarnya enggak polos.
Razer yang kebetulan membawa susu kotak di tangannya mendekati Ciya. Lalu memberikan susu itu kepada gadis itu.
"Supaya sedihnya hilang," tukas Razer.
Ciya menerima susu kotak dan―
Cup
Mengecup bibir Razer tanpa bersalah sedikitpun. Razer melotot kaku mendapatkan ciuman mendadak itu. Hidung nya seketika mengeluarkan cairan merah.
Awan, Guntur dan Junen bahkan mengerjapkan mata mereka mencerna apa yang terjadi. Bahkan Sabin yang baru saja masuk sampai tersandung melihat kejadian itu.
"Ci-ciya kenapa nyium Razer?!" tanya Sabin dengan tidak santainya. Ciya mengangkat wajahnya menatap polos Sabin yang terlihat ketar-ketir.
"Kata mama ciuman itu ucapan kasih sayang sama terimakasih,"
Sabin mengusap wajah nya kasar. Gadis ini terlalu polos. "Ciya lain kali jangan mencium orang sembarangan ya." pungkas nya.
Awan menarik wajah Ciya agar menghadap nya. Ciya sudah tidak menangis namun jejak air mata itu masih ada, bahkan wajahnya terlihat sembab.
Cup!
"AWAN BANGSAT!!" teriak Sabin, Guntur dan Junen bersamaan. Razer yang masih mengurus hidungnya yang belum berhenti pipis itu mengabaikan teman-temannya. Lagipula dia sudah merasakan bibir Ciya duluan.
***
"Tangan kamu kenapa sayang?" Ciya langsung menyembunyikan tangannya ke belakang punggung mendengar pertanyaan Dera.
"Sini mama lihat." Dera meraih tangan Ciya. "Luka karena apa?" tanya Dera kembali.
"Ciya ceroboh, tidak hati-hati pas angkat mangkuk."
"Ciya terluka? Bagaimana bisa?! Senja bukankah papa bilang untuk menjaga Ciya?!"
Tubuh Ciya tersentak kaget saat mendengar suara keras Devan. "Mas kamu buat Ciya kaget!" seru Dera, menatap sinis suaminya. Devan pun mengusap kepala Ciya. "Maafkan papa ya," ucap nya kemudian mengecup puncak kepala gadis itu.
"Bukan salah Senja, dia aja yang ceroboh!" balas Senja. Gadis itu berekspresi datar, tak menoleh ke arah Devan.
"Senja seharusnya kamu yang bawain mangk―"
"Papa Ciya ngantuk, ayo tidur." Ciya menarik tangan besar Devan. Melihat wajah Ciya yang memang mengantuk itu dia mengurungkan niatnya untuk mengomeli Senja.
"Uang jajan kamu papa kurangin,"
Dera mengikuti suaminya masuk ke kamar. Senja yang di tinggalkan sendirian menggigit bibir menahan isakan nya. Kenapa keluarga nya berubah dalam sekejap saat kedatangan Ciya? Bahkan temannya juga ikut-ikutan.
"Kamu jahat Ciya." lirih Senja.
.
.
.BUGH
Sabin memukul wajah Awan. Dan yang di pukul hanya tersenyum remeh. Saat sepulang sekolah tadi mereka berkumpul di rumah Sabin. Tepatnya di kamar pemuda itu. Pukulan Sabin terlalu tiba-tiba membuat Awan tak bisa menghindar.
"Kenapa lo cium Ciya hah?!" marah Sabin. Ia sebenarnya hendak memukul wajah Razer namun sahabat nya itu tidak sengaja, Ciya lah yang mencium Razer terlebih dahulu.
"Kenapa lo cemburu? Cukup Senja aja Bin jangan maruk sampe-sampe mau embat Ciya juga." sarkas Awan.
"Gue gak ada perasaan apapun sama Senja!" sanggah Sabin. Ia mati-matian menahan diri untuk tidak menghantam kembali wajah Awan.
"Tapi lo nyium Senja, Bin." ucap Junen. "Bener tuh, lo juga paling perhatian sama dia selama ini." imbuh Guntur.
Razer jangan di tanya dia sedang apa, sejak mendapatkan ciuman mendadak dari Ciya pemuda itu lebih banyak diam dengan pipi bersemu. Terkadang hidungnya kembali pipis cairan merah. Entah membayangkan apa.
"Itu karena gue anggep Senja adik gue!" Sabin membantah spekulasi temannya tentang ia memiliki perasaan kepada Senja.
"Makanya jangan gitu ke Senja, nanti dia salah paham terus ngarep sama lo, gimana?" cibir Guntur.
"Gue pulang deh, kepala gue pusing nih."
Mereka beralih kepada Razer yang memang agak pucat. Mungkin karena terlalu sering mimisan ia menjadi lemas.
Awan berdiri. "Pulang sama gue," ia menggeret kerah baju Razer. Sabin membiarkan keduanya keluar.
"Game kuy!" ajak Junen berniat menghilangkan kecanggungan mereka. Mereka bertiga pun mabar, mengesampingkan masalah yang ada. Lagipula masih ada besok, mungkin besok mereka akan mendapatkan ciuman juga dari Ciya.
***
Devan yang berbaring di samping Ciya memainkan jari mungil gadis itu. Sebenarnya ia pulang ke rumah karena ingin mengambil berkas yang ketinggalan namun melihat Ciya yang jarinya terluka dan Ciya yang meminta nya untuk di temani tidur jadi Devan memutuskan untuk tidak kembali ke kantor.
Cklek
Pintu kamar terbuka, di sana ada Dera yang baru masuk sambil tersenyum manis. Wanita itu membawa sesuatu di tangannya, benda yang bernama dot.
Devan menautkan alisnya saat menatap wajah istrinya. "Apa yang akan kamu lakukan sayang?" bisik Devan karena Ciya posisi nya mulai terlelap. Dera tersenyum penuh arti, "coba lihat apa yang akan aku lakukan, mas." kekeh nya.
Dera memasuki nipple silikon yang tersambung ke tutup botol dot itu ke mulut Ciya yang langsung di hisap oleh Ciya.
"Emmm..." Ciya mulai menyedot agak brutal membuat pipinya bergerak lucu.
"Lucu kan mas?"
Devan mengangguk setuju. Ini bukan lucu lagi, tapi sangat menggemaskan. "Andai dulu Senja seperti Ciya," tiba-tiba saja Dera merasa sedih. Teringat masalalu. Senja menolak minum ASI miliknya, susu formula juga tidak ada yang cocok untuknya. Jadi terpaksa Senja minum ASI dari orang lain.
Devan mengusap lembut bahu istrinya. "Sekarang ada Ciya, kamu bebas ingin melakukan apa saja tapi tetap pada batas nya. Aku takut Ciya tidak nyaman dan dia ingin pergi." ujar Devan.
Dera tersenyum. "Benar, sekarang sudah ada Ciya. Mungkin ini kebaikan dari Tuhan agar aku bisa merasakan menjadi ibu yang sesungguhnya." bisik Dera. Kedua orang dewasa itu pun menyusul Ciya untuk tidur siang tanpa tahu kalau putri mereka yang lain sedang menangis.
Tbc
No coment ya, scene dot-ngedot hal lumrah kok di wp bahkan ada yang pake popok ( ´◡‿◡').And sorry gak bisa triple up huhuuuu ಥ‿ಥ

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Pick Me [✓]
Fantasi18+ Mati karena peluru nyasar lalu jiwa bertransmigrasi ke dalam raga seorang yang ternyata adalah seorang figuran tanpa nama yang miskin. Ciya pun bertekad untuk merubah takdir nya memanfaatkan wajah polos raga barunya ini. "Demi kehidupan lebih l...