27

11.5K 683 11
                                    

Sekarang forum sekolah di ambil alih oleh Sabin dkk, admin asli nya ya bisa pasrah saja lagipula dia kan cuma orang kecil.

Video dewasa dengan kualitas bagus itu tayang yang membuat heboh satu sekolah. Mereka langsung mengirimkan komentar pedas tidak jauh dari kalimat 'lonte, jalang, pelacur'.

Lihat deh, kok dia masih bisa masuk sekolah?

Kalau gue sih malu

Jalang kek dia pantes nya mati!

Iyuhh lonte!

Alana yang berjalan merasa risih dengan tatapan mata mereka. Saat masuk kelas pun dia juga mendapatkan cibiran tidak enak.

"Wah wah! Lihat siapa yang masuk." sinis Nara.

"Pelacur level kosong!" teriak seisi kelas sambil tertawa kecuali Ciya.

"Kalian kenapa sih?!"

Alana memang sadar kalau pagi tadi dirinya seperti habis berhubungan intim. Dia sangat tahu, tapi karena sebelumnya dia minum-minum dengan Sabin dkk jadi Alana berpikir kalau mereka lah yang melakukannya. Jadi dia datang ke sekolah dengan rasa percaya diri, dia juga sengaja memamerkan tanda merah keunguan di lehernya.

"Leher kamu kenapa Ala?" tanya Ciya. "Kok merah-merah?" lanjut nya.

"Hasil ngejalang itu!" ucap Nara.

"Apa sih lo!" sentak Alana tidak terima dengan ucapan Nara. "Ini gue dapetin dari Sabin dan temen-temennya!" smirk Alana menatap penuh kemenangan ke arah Ciya.

Nara tergelak mendengar itu. Tawanya di iringi oleh murid dalam kelas itu. "Kak Sabin? Hahaha...! Aduh perut gue sialan..." Nara menghapus jejak air matanya, saking lucunya dia tertawa sampai menangis.

"Ini kak Sabin dkk? Pffttt..!" Nara memutar video dewasa yang menampilkan adegan panas Alana dengan tiga pria buncit dan jelek.

Alana pucat pasi melihat itu. Dia tidak bisa mengatakan kalau dirinya di lecehkan karena di video itu dirinya agresif sekali. Kemungkinan pengaruh alkohol.

Mengeraskan rahangnya Alana bergerak menarik rambut Ciya lalu menghantamkan kepala gadis itu ke atas meja.

Prak!

"Akhh!"

Kejadian nya terlalu cepat sehingga Nara tidak sempat mencegah itu. Ciya sendiri sudah terluka di pelipisnya tapi Alana tidak terlihat ingin melepaskan jambakan nya.

"LEPASKAN CIYA ALANA!" teriak Nara nyaring. Dalam keadaan panik hanya satu yang terpikirkan oleh gadis itu. "Kalian! KALIAN PANGGIL KAK SABIN ATAU SIAPAPUN CEPAT!" pekik Nara. Beberapa murid kelas X itu langsung berlari keluar mencari lima orang itu.

"Kak gawat! Ciya sedang di rundung sama Alana!" adu salah satu murid yang sekelas sama Ciya.

Sabin dkk yang baru sampai langsung berlari ke kelas Ciya.

"ANJING ALANA!" raung Junen.

"ARGHH!"

"BANGSAT MATI LO!"

Tidak ada yang berani menahan amarahnya Junen. Laki-laki itu menarik rambut Alana dengan sangat keras. Lalu membenturkan nya ke tembok membuat darah lengket di sana.

Alana sudah terduduk lemas di lantai tapi Junen tidak sedikitpun ingin mengakhiri kemarahannya.

"Kalian keluar dari sini!"

Mereka segera bubar meninggalkan kelas. Ciya juga di langsung di gendong oleh Guntur.

"Jun, sisain juga buat kita ya!"

Junen mengangguk menanggapi ucapan Awan. Tentu saja, dia akan menyisakan nyawa Alana untuk keempat sahabatnya itu.

Mereka menatap penasaran kepada Ciya yang di gendong, apalagi dengan keadaan berdarah. Namun ekspresi penasaran mereka berubah menjadi ngeri saat melihat Junen yang menyeret Alana melalui rambutnya.

.
.
.

"Para iblis cilik itu!" geram Devan. Dia langsung mendapatkan laporan dari kepala sekolah PHS kalau ada serentetan kejadian di sekolah yang sudah menjadi hak miliknya itu.

Devan segera menyuruh Arnoldーasisten pribadi nya untuk membersihkan beberapa kekacauan itu. Sebenarnya dirinya tidak masalah kalau media tahu tapi itu akan mencoreng nama PHS. Bisa gawat kalau sekolah itu di tutup oleh pemerintah.

"Semuanya sudah terkendali tuan, video itu sudah saya hilang kan. Apakah saya perlu mengurus siswi itu juga?"

Devan menggeleng. "Jemput Dera, antar dia ke rumah sakit. Katakan aku akan menyusul nanti."

"Baik tuan."

Lagi, Devan menghela nafas berat. Sangat menjengkelkan kalau dia teringat wajah kelima pemuda itu.

"Sebenarnya apa yang Ciya lihat dari mereka sih!" decak Devan.

***

"Anu ... Dipka a-aku mau pulang."

"Kamu tidak betah di sini? Bukankah di sini lebih enak daripada rumah mu?"

Mika akui, rumah besar Dipka lebih enak daripada rumah kecil nya tapi dia tidak nyaman dengan keberadaan Dipka. Pria itu terlihat aneh dan menakutkan, selalu mengatakan kata-kata yang Mika tidak mengerti.

"Seekor kelinci kalau sudah tertangkap pemburu dia tidak bisa kabur lagi, kecuali si pemburu yang membuang nya."

Lihat kan, Mika tidak mengerti apa yang di katakan oleh Dipka. Apakah memang semua orang dewasa berbicara seperti ini?

"Aku tidak mengerti!"

"Kamu boleh keluar saat aku yang mengijinkan!"

Tbc

Anjai Mika dapet om-om vibes mapiah ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang