"Senja hari ini Ciya akan bersekolah di sekolah kamu. Ingat jangan sampai Ciya terluka," ujar Devan tak mengalihkan pandangannya dari tab yang ia pegang.Senja yang baru duduk menatap Ciya. Gadis itu memang memakai seragam sekolah namun dahinya mengernyit karena melihat sulaman nama di atas saku baju itu. Itu adalah nama nya, ada rasa senang menelusup ke dalam hati Senja melihat Ciya yang memakai pakaian bekas nya.
"Dia memang pantas," batin Senja. Ia memakan sarapannya sambil tersenyum.
"Ingat Ciya jangan jauh-jauh dari kak Senja ya." pesan Dera. Wanita itu benar-benar khawatir melepaskan putri nya ke luar jangkauan dirinya.
"Ciya jadi anak baik gak akan nakal,"
"Baiklah."
Mobil yang Devan kemudikan langsung meninggalkan halaman. Berjalan dengan lancar tanpa hambatan hingga ke sekolah. Dan saat sampai Devan mengecup seluruh wajah Ciya berkali-kali. "Ingat jangan nakal dan menurut apa kata kak Senja ya," pesan Devan. Ciya mengangguk semangat.
"Kak Abinn!"
Hap!
Ciya dengan santainya menubruk kan tubuhnya ke tubuh Sabin yang berdiri di parkiran. Tentu saja pelukan itu di balas olen Sabin membuat Senja menegang di tempatnya. Sejak kapan keduanya akrab?
"Kejutan!" seru Ciya dengan senyum manisnya.
Sabin menangkup wajah Ciya gemas. "Sudah tahu kelas nya di mana?" Ciya menggeleng. "Tapi kata papa, Ciya masuk kelas X IPA 2."
"Ayo degem sini abang anterin," ucap Junen nyerobot. "Pleh! Bilang aja mau modus lo!" tukas Razer.
"Gak mau peluk gue juga nih cil?" tanya Guntur menaik-turunkan alisnya. Ciya yang pada dasarnya polos-polos suka modus itu melepaskan pelukan tangannya dari pinggang Sabin. Beralih memeluk Guntur.
"ANYING!!" umpat Junen dan Razer secara bersamaan.
"Ciya papa bilang kan jangan nakal," pungkas senja. "Maaf kak," murung Ciya.
"Gak papa Se, gak usah marahin Ciya. Lagian gue kok yang minta." cakap Guntur. Tangannya mengelus puncak kepala Ciya.
"Ayo gue anter ke kelas." Awan dengan tiba-tiba menarik Ciya dari pelukan Guntur. "Kelas lo X IPA 2 kan?" tanya nya. Ciya mengangguk. Melihat Awan yang berjalan meninggalkan mereka, dengan cepat Sabin menyusul. Di ikuti oleh Junen, Razer kemudian Guntur meninggalkan Senja yang terpaku di sana.
.
.
.Gemes banget gak sih?
Aduh akhirnya pemandangan di sana gak bosenin
Dede gemes itu siapa mereka?
Duhhh pengen nyulik!
Kasih gue karung cepat woy!
Pipi nya kaya marmut lagi makan, gerak-gerak haha!
Ciya acuh saja dengan bisik-bisik para murid yang secara terang-terangan memuji dirinya. Namun lain dengan Senja. Dirinya belum terbiasa dengan perubahan ini. Awalnya, dirinya lah yang mendapatkan bisikan itu. Mengatakan kalau ia sangat cantik, cocok berada di tengah-tengah Sabin dkk. Bahkan tidak sedikit ada yang menjodohkan nya dengan Sabin.
"Kak Senja kok gak makan?"
Senja menatap Ciya yang juga menatap nya dengan ekspresi polos itu. Senja sama sekali tidak menyukai tatapan itu. Baginya tatapan polos Ciya sangat menjengkelkan.
"Kenapa, lo mau ini?"
Ciya mengangguk cepat. Makanan milik Senja sangat menarik. Ya walau cuma semangkuk mie ayam. Tapi semangkuk mie ayam itu menjadi awal reputasi buruk bagi Senja.
"Nih ambil!" Senja mendorong mangkok itu dan Ciya menyambut nya, karena saling bertabrakan seperti itu mangkuk nya tumpah.
"Awsh!" ringis Ciya. Ia mengibaskan tangannya ke udara untuk menghalau rasa panas. Matanya pun berkaca-kaca.
"Lo bisa hati-hati gak?!" tegur Sabin.
"Senja lo keterlaluan, kalau mau ngerjain Ciya gak gini caranya!" tutur Awan dengan tegas. Senja seketika merasa terpojok karena di tegur oleh Sabin dan Awan secara bersamaan.
"Gue gak salah! Dia aja yang tiba-tiba nyamber, sengaja kan lo mau buat gue di benci sama mereka hah?!" hardik Senja.
"Cukup Se!" sentak Sabin. Pemuda itu terlihat marah. "Sabin aku enggak salah, anak pungut itu yang salah!" sanggah Senja dengan suara yang nyaring.
Ciya tersenyum dalam hati. Inilah yang dia inginkan. Semua murid seketika menjatuhkan pandangan ke arah meja mereka.
"Masih sakit?" tanya Awan kepada Ciya. Gadis mengangguk sambil menghapus air matanya. "Kak Senja gak suka sama Ciya.." lirihnya.
Awan menggendong Ciya membawa gadis itu keluar dari kantin, membawa nya ke UKS. Membiarkan teman-temannya mengurus Senja.
"Segitu nya lo gak suka ya sama Ciya?" sarkas Razer.
Senja menggeleng, matanya memerah menahan tangis. "Enggak Zer, gue gak salah!"
"Se lo boleh cemburu tapi jangan gini, Ciya luka gara-gara lo." ujar Junen. "Gue kecewa sama lo Se," setelah mengucapkan itu Junen menjauh. Di ikuti oleh Razer dan Guntur.
"Sabin gue benar-benar gak salah!"
Sabin menghela nafas, ia menarik lengan Senja. Membawa gadis itu pergi dari kantin. Di kantin bukanlah tempat yang bagus untuk bicara.
"Ciya aja mau pakai seragam bekas lo Se tapi lo malah gini ke dia. Awalnya gue emang pikir kalau om Devan keterlaluan karena lebih perhatiin Ciya tapi ngeliat sikap lo hari ini gue paham."
Sabin memang melihat sulaman nama di seragam Ciya tadi. Ia heran kenapa gadis itu tidak memakai seragam baru saja.
"Ini terakhir kalinya lo kayak gini Se, lainkali kali gue gak bakal ngasih tolerir lagi."
Sabin pergi meninggalkan Senja yang sudah luruh air matanya. Ia terisak, "... Aku gak salah.." lirih nya.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/375826052-288-k962872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Pick Me [✓]
Fantasía18+ Mati karena peluru nyasar lalu jiwa bertransmigrasi ke dalam raga seorang yang ternyata adalah seorang figuran tanpa nama yang miskin. Ciya pun bertekad untuk merubah takdir nya memanfaatkan wajah polos raga barunya ini. "Demi kehidupan lebih l...