25

11.3K 664 1
                                    


"Temen kita lagi lacak pemilik akun nya om," ujar Junen.

"Ini pasti karena kalian yang mendekati putri saya, makanya putri saya mendapatkan masalah."

Ketiga pemuda itu mendengus tidak suka. "Kita gak dekatin pun, Ciya bakal tetap dapat masalah om. Siapa sih yang gak iri sama kehidupan Ciya?" kaya Razer.

"Udah cantik, pintar, imut, punya ortu angkat yang sayang sama dia. Siapa yang gak iri coba?" celetuk Junen menimpali.

"Dan sekarang punya pacar ganteng kaya kami, apa gak tambah iri." imbuh Sabin dengan senyum miring nya. Devan berdecih, namun tidak menolak fakta itu.

Sabin berdecak merasakan handphone nya bergetar sejak tadi. Dengan malas ia membuka, ternyata notif dari Instagram. Melihat foto profil yang menyepam diri nya, Sabin membuka itu. Alisnya mengernyit heran ternyata orang itu spam rekaman. Lalu memutar nya satu-persatu.

"Kayaknya emang harus gue jebak, ini jalan terakhir. Kalau masih gagal, maka bakal gue bunuh langsung lo Raciya!"

"Itu apa?" tanya Devan.

"Pelaku nya mau rencanain rencana baru." ujar Sabin.

"Siapa?" tanya Razer dingin.

Sabin mengetik pesan balasan namun tidak ada balasan dari orang yang mengirimkan DM tersebut.

"Ini Mika bukan sih?" ujar Junen. Dia sedikit mengingat wajah anak cupu itu. "Dia yang ngirimin?" ucap nya lagi yang di angguki Sabin.

Akun dengan username @damik4ee itu membalas pesan Sabin.

Alana kak, aku bersumpah! Itu adalah Alana orang yang pernah nyolong parfum Ciya.

"Om yang hukum pelakunya atau kita aja?"

Devan terlihat menimbang-nimbang. "Hm, lakukan apapun yang kalian inginkan tapi jangan meninggalkan jejak apapun!"

Ketiga pemuda itu tersenyum sumringah membuat Devan bergidik ngeri. Kenapa pula putri nya harus berurusan dengan iblis cilik seperti mereka ini?

"Kita pamit om,"

"Ya, ya!" Devan mengibaskan tangannya mengusir Sabin, Razer dan Junen dari ruangan nya.

***

"Gimana udah ketemu?" Sabin duduk di sofa kamar anak kembar ituーAwan dan Guntur.

Mereka baru sampai setelah 40 menit perjalanan dari kantor Devan.

"Udah, lihat apa yang gue temukan."

Awan memperlihatkan layar komputernya kepada para sahabatnya dengan senyum miring. Di sana terpampang jelas lokasi lacakan yang mereka cari.

"Rumah siapa tuh?" tanya Junen.

"Kita datengin langsung aja!" desak Guntur.

"Tunggu dulu, gue ada sesuatu buat kalian." Sabin kembali menunjukkan rekaman yang dia dapatkan. Gurat emosi sangat terlihat jelas di wajah dua kembar.

"Jadi rencananya apa?"

"Kita jebak dia lalu sebar video nya ke forum sekolah, bagaimana?" usul Sabin tersenyum miring.

"Bagus juga ide lo, btw dapet dari mana rekaman itu?" tanya Guntur.

Sabin menyalakan rokoknya. "Dari si cupu." jawab nya.

"Kapan mulai?" tanya Razer dengan tidak sabar.

"Malam ini, di bar seperti biasa." putus Sabin.

***

Mika yang tiba-tiba di datangi oleh Razer ke rumah mendadak panik. Apalagi saat dia di seret paksa ikut ke sebuah bar yang isinya full musik dugem, alkohol dan orang mabuk.

"A-aku di sini ngapain?" cicit Mika.

"Lo harus jadi kameramen!"

Mika meneguk ludah nya kasar. Kameramen apa? Apakah dirinya di suruh merekam sesuatu? Jangan-jangan mereka berlima ingin menyiksa Alana di sini. Mendadak Mika merasa merinding dan mual. Merasa menyesal sudah mengirimkan rekaman itu kepada Sabin, seharusnya dia mengirimkan itu kepada Ciya atau Nara saja.

"Pegang, kalo kualitas nya buruk lo abis!"

Mika menerima kamera dari tangan Junen. Dia tidak berani menjawab ucapan datar itu.

"Lo sembunyi dulu!"

Kepala Mika di dorong begitu saja oleh Awan ke bawah meja. Untung badannya terbilang kecil namun tidak sekecil Ciya jadi tidak masalah harus meringkuk di bawah meja.

"Kalian kenapa ajak aku ke sini?"

"Mau ajak lo main. Ciya mah cemen gak mau di ajak ke tempat begini."

Alana. Ya, orang yang datang adalah Alana.

Mendengar ucapan Guntur bibir Alana berkedut menahan senyum. "Em, main apa ya kak?"

Diam-diam kelima lelaki itu mengumpat dalam hati, sok polos sekali perempuan ini, pikir mereka. Sedangkan Mika diam di bawah meja mengotak-atik kamera tanpa sadar ada seseorang yang memperhatikan nya sejak tadi sambil tersenyum miring.

Hampir setengah jam mereka mengajak Alana untuk bicara sekaligus minum akhirnya Alana tumbang. Sabin memanggil pelayan laki-laki menyuruh untuk menggendong Alana ke salah satu kamar.

Mika yang di bawah meja hampir tertidur itu di tendang oleh Razer.

Duk

Karena terlalu kaget ia refleks berdiri. "Cepetan, lo harus rekam dari awal sampai akhir!"

Mika mengangguk ribut. Ia mengusap matanya yang terasa perih. Dia mengantuk!

Berjalan beriringan dengan kelima pawang Ciya. Mika akhirnya di tinggalkan di depan kamar bernomor 27.

"Harus rekam dengan kualitas bagus!" Mika menyemangati dirinya sendiri sambil melototkan matanya, mencoba untuk menghilangkan rasa kantuknya.

"Dia sangat imut, kira-kira siapa dia? Aku tidak pernah melihat dia sebelumnya di bar ini?" gumam seseorang yang menatap Mika dari temaramnya lorong.

Tbc


Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang