Ciya yang sudah setengah sadar kebingungan karena ia tidak lagi berada di sebuah ruangan yang menjadi tempat ia di sekap tapi berada di sebuah hutan yang entah di mana.
Dengan susah payah ia berdiri tapi karena kaki kirinya dan juga area intim nya yang sakit, Ciya hanya bisa ngesot pelan-pelan menyeret tubuhnya.
Dalam hati Ciya merapalkan mantra 'aku harus tetap hidup' berkali-kali. Tubuh dan hatinya sangat sakit, bagaimana kalau mereka tahu keadaan nya yang sudah tidak suci ini? Apakah kelima pemuda itu masih menerima nya? Apakah Devan dan Dera sudi merawatnya? Bagaimana kalau ia di buang?
"Jangan berpikir buruk Ciya, kamu harus keluar dari hutan ini segera!"
"Lihat siapa ini? Sangat kasihan bukan,"
"Alana?! BRENGSEK KAMU!"
"Tutup mulut kamu dasar cewek Hina!"
"Kak Abin? Ka-kalian... Kak tolongin Ciya.. Alana jahat! Dia ud―"
Plak
"Gue gak habis pikir lo ternyata lo sekotor ini Ci, gue kecewa sama lo!"
"Enggak kak! Enggak!"
"KAK JANGAN TINGGALIN CIYA!"
"KAK ABIN!"
"Hei Ciya sayang, bangun!"
Dera menepuk-nepuk pipi Ciya yang tiba-tiba berteriak dalam tidurnya. "Ciya sayang hei!"
Ciya bangun dengan nafas ngos-ngosan. Ia menatap wajah Dera yang khawatir. "Ma-mama..!" tangisannya Ciya pecah. Ternyata itu hanya mimpi, mimpi itu sangat mengerikan. Ciya tidak suka!
"Ini dot nya," ujar Devan yang masuk ke kamar. Melihat dua perempuan yang ia sayangi menangis, Devan mengusap wajah nya kasar.
"Ikhlaskan Senja ya sayang, dia pasti sudah bahagia di sana. Jangan terlalu sedih, semua nya akan baik-baik saja." bisik Devan memeluk keduanya.
"Apa yang terjadi sama Ciya pa, ma?" tanya Ciya bingung.
Dera menarik ingusnya. "Kamu demam sepulang dari pemakaman kak Senja,"
Ciya mengerjapkan matanya bingung. Pemakaman? Bukankah sudah berlalu dua minggu? Apa maksudnya dari mimpi itu. Apakah itu sebuah petunjuk, tapi Ciya merasa itu sangat nyata.
"Biarkan Ciya istirahat, sayang tidur lagi ya." Devan menyumpalkan dot ke mulut Ciya. Lalu membawa Dera pergi ke luar.
Di luar kamar Dera langsung terduduk lemas. Andai tidak di tahan oleh Devan maka lutut wanita itu menghantam keras lantai. "Kenapa jadi seperti ini? Kenapa Tuhan mengambil Senja mas... Kenapa?" lirih Dera.
Devan mengusap lembut bahu istrinya. "Dera aku tahu kamu sangat sedih, tapi jangan tunjukkan itu di hadapan Ciya ya. Lihat dia sampai bermimpi buruk. Ayo aku antar ke kamar, kamu harus istirahat juga."
.
.
.Ciya yang sudah menghabiskan susu nya bangkit dari ranjang. Walaupun kepalanya agak pusing, ia tetap bangkit menuju kaca untuk bercermin.
Tidak ada yang salah dengan tubuhnya atau wajahnya semua nya baik-baik saja. Namun ada sesuatu yang membuatnya bingung.
"Lah ini kapan aku pakai kalung?"
Ciya meneliti kalung itu, kalung emas dengan bandul kepala kucing.
"Awshh!"
Waktu mu hanya dua minggu dari sekarang!
Tidak ada pertukaran waktu lagi setelah nya!
Ciya memegang kepalanya yang tiba-tiba bertambah sakit karena ada bisikan yang masuk. Pertukaran waktu? Jangan bilang kalau dia sekarang memutar kembali waktu.
"Alana! Awas aja aku akan membalas perbuatan mu! Dua minggu ya, baiklah... Alana siapkan dirimu!" desis Ciya penuh dendam.
***
Seminggu sejak Ciya memutar kembali waktu yang entah bagaimana bisa itu. Dia mulai gila-gilaan memainkan perannya.
"Loh kok gak ada ya?"
"Kenapa Ci?" tanya Alana.
"Parfum aku hadiah dari mami ilang. Padahal aku belum pake."
Sabin yang mengantarkan Ciya kembali ke kelas setelah makan di kantin ikut memeriksa tas Ciya. "Parfum yang seperti apa sayang?" tanya Sabin.
"Strawberry kak! Itu limited edition tahu!" kesal Ciya menggembung kan pipinya. Sabin yang gemas mengecup kedua pipi itu membuat kelas Ciya langsung ada teriakkan cie-ciean.
"Ish kakak! Harusnya bantu aku nyari parfum bukan cium-cium!" dengus Ciya.
"Oke-oke." kekeh Sabin. Ekspresi kemudian berubah dingin. "Keluarkan semua isi tas kalian ke atas meja! SEKARANG!"
Mereka semua mengeluarkan semua isi tas nya dengan tangan gemetar.
"Itu! Itu parfum Ciya kak!" tunjuk Ciya ke arah meja Alana.
Alana tentu saja menegang, mendapatkan sebuah botol transparan bentuk buah strawberry itu keluar dari dalam tas nya saat ia menumpahkan isinya.
"Wah gila sih lo Al, nyolong punya temen sendiri!" sinis salah satu murid.
"Gak tahu diri banget deh si Alana!"
"Untung gue nolak buat temanan sama dia dulu tuh, mukanya kek maling sih haha..!"
"Kasihan Ciya, jangan-jangan Alana udah sering lagi nyolong barang milik Ciya."
"Enggak Ci! Aku gak nyolong punya kamu." bantah Alana, wajah gadis itu pucat.
Ciya tentu saja tidak menghiraukan itu, dia menangis di dalam pelukan Sabin.
"Gak mau ngaku ya? Padahal emang jelas-jelas lo yang nyolong, botol parfum nya aja di dalam tas lo!" hardik Naraーsi ketua kelas.
"Tapi waktu istirahat gue ke toilet! Dan pas gue ke toilet masih ada orang di kelas! Mika juga ada di kelas sebelumnya, bisa aja dia yang nyolong tapi malah di taruh ke dalam tas gue!" bantah Alana dengan suara keras.
"Tapi kan setelah kamu pergi ke toilet balik lagi ke kelas katanya dompet kamu ketinggalan, dan kamu sendiri juga lihat kalau aku lebih dulu keluar." ujar Mika. Gadis paling kutu buku di angkatan kelas X.
Alana di buat mati kutu atas ucapan Mika. Ia tidak bisa membantah lagi, Alana kehabisan kata-kata nya. Ciya yang melihat itu tentu tersenyum miring. Rencananya untuk membuat reputasi Alana hancur berjalan dengan lancar.
Menatap Mika sebentar sambil mengedipkan sebelah mata sebelum Ciya di bawa pergi oleh Sabin.
Alana juga di seret oleh Nara untuk ke ruang BK. Gadis pencuri seperti Alana harus mendapatkan hukuman nya.
Tbc
Mana mungkin aku nyiksa Ciya yang inutt itu jangan harap😾

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Pick Me [✓]
Fantasi18+ Mati karena peluru nyasar lalu jiwa bertransmigrasi ke dalam raga seorang yang ternyata adalah seorang figuran tanpa nama yang miskin. Ciya pun bertekad untuk merubah takdir nya memanfaatkan wajah polos raga barunya ini. "Demi kehidupan lebih l...