Senja duduk menunggu kedatangan Kamila. Mereka berdua sudah berjanji akan bertemu, membahas suatu rencana besar."Lo yakin?" tanya Senja. Dirinya agak ragu menerima rencana Kamila. Dia tidak tahu kalau ternyata Kamila adalah sosok yang kejam.
"Kenapa lo takut ya?" ejek Kamila tersenyum remeh. Senja mengepalkan tangannya, "Oke gue bakalan lakuin rencana ini. Jadi kapan mulainya?" ucap Senja.
Kamila tersenyum miring. "Malam ini," ujarnya.
"Oke." Senja berdiri. Lalu pergi meninggalkan Kamila. Ini hanya rencana biasa, dia pasti bisa melakukannya lagipula bukan dia yang akan membunuh Ciya. Dia hanya kaki tangan.
"Kak Senja dari mana?"
Senja menatap malas Ciya yang ada di hadapannya. Gadis itu sedang memegang dot yang isinya sisa setengah. Apakah gadis itu tidak tahu malu? Sudah besar masih ngedot.
Sebenarnya Senja ingin berbicara ketus tapi mengingat rencananya dan Kamila dia tersenyum dengan paksa. "Dari luar. Btw malam ini pasar raya buka. Lo mau ikut gak?"
Ciya memiringkan kepalanya menatap bingung Senja. "Emm.. kak Senja ajakin Ciya?" ujarnya berkedip polos. Senja ingin sekali mencolok mata itu.
"Ya, mau atau gak?" jengah Senja. "Oke, Ciya ikut!"
.
.
.Sesuai janji, akhirnya Senja membawa Ciya ke pasar malam yang baru buka. Rencana Senja dan Kamila adalah kejahatan yang cukup klasik yaitu penculikan.
Namun rupanya ada sesuatu yang terjadi sehingga rencana batal.
"Kak Senja gak papa?"
Senja mengepalkan tangannya menahan emosi. Menatap nyalang dua orang yang sedang berpelukan di depan sana. Sedangkan Ciya tentu saja tersenyum kesenangan diam-diam.
Flashback on
Ciya yang berdiam diri di dalam toilet mendengar semua pembicaraan Senja dan Kamila. Ciya mendengar kalau mereka membuat berjanji akan bertemu di sebuah cafe. Tentu saja Ciya tahu, mereka akan merundingkan rencana untuk menyingkirkan nya.
"Bodoh," hina Ciya saat mereka sudah selesai.
Karena Ciya sudah tahu letak dan password ruangan rahasia itu jadi dia langsung ke sana. Dia harus menjalankan rencana melalui pion nya. Namun sayang sekali mereka tidak ada kecuali Sabin.
"Ciya tunggu, bisa kita bicara?" Sabin menahan lengan Ciya. Tidak memberikan kesempatan gadis itu untuk pergi.
Grep!
"Maafkan kakak ... Seharusnya kakak mengatakan nama kamu sayang, maafkan kakak..." bisik Sabin.
"Maksud kakak apa?" tanya Ciya pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Sabin.
"Perjodohan itu. Sebenarnya kakak pengen di jodohin sama kamu tapi kakak lupa, kakak terlalu excited sampai-sampai sangat ceroboh. Kakak harus nya mengatakan nama kamu, bukan cuma bilang mau di jodohkan dengan putri keluarga Pratama."
"Jadi kakak gak suka sama Kak Senja?"
"Tidak, kakak sukaーcinta sama kamu sayang. Sangat cinta!"
Ciya merapatkan tubuhnya ke tubuh Sabin. "Aku juga cinta sama kak Sabin.." lirihnya. "Ta-tapi Ciya takut sama kak Senja apalagi sama kak Mila... Kak Mila..."
Sabin panik melihat Ciya yang menangis. "Katakan, Mila apain kamu?" Sabin mengusap kedua pipi Ciya.
Ciya kemudian menunjukkan rekaman suara yang sudah ia modifikasi sewaktu di toilet tadi. Sabin yang mendengar kalau Kamila akan merencanakan penculikan kepada Ciya mendadak marah.
"Ciya tidak perlu takut, kakak akan melindungi mu." bisik Sabin. Ia memeluk Ciya dengan erat. "Terimakasih kak Abin," gumam Ciya.
Flashback end
Keberadaan Sabin bersama Kamila pasti rencana lelaki itu sendiri. Tentu saja untuk membuat Kamila lengah dan melupakan rencananya untuk menculik Ciya.
"Kak Senja." panggil Ciya sekali lagi.
"Diem lo!" ketus Senja. Gadis itu pergi meninggalkan Ciya sendirian.
"Kak Senja tunggu! Jangan tinggalin Ciya sendirian!"
Teriakkan Ciya mencuri atensi beberapa orang. Termasuk Sabin dan Kamila. Gadis itu melotot kaget, dia baru ingat dengan rencananya. Sial, gara-gara dia terlalu senang di ajak jalan oleh Sabin dia melupakan perihal penculikan yang dia rencanakan.
"Ciya!" Sabin berlari menuju Ciya yang di tenangkan seorang wanita. "Ciya kamu tidak apa-apa?" Sabin memutar tubuh Ciya memeriksa apakah gadisnya terluka.
"Ciya gak papa ta-tapi kak Senja ninggalin Ciya.."
"Syuttt... Ada kakak di sini, kakak antar pulang ya." Ciya mengangguk menanggapi ucapan Sabin. Ekor matanya melirik Kamila yang tak jauh dari nya. Terlihat sekali kalau gadis itu gelisah dan panik.
"Tapi kak Mila bagaimana?" bisik Ciya dengan suara bergetar. Oh, sepertinya Ciya harus di nobatkan sebagai aktris papan atas untuk aktingnya ini.
Sabin mengabaikan pertanyaan Ciya. Setelah mengucapkan terimakasih kepada wanita yang memeluk Ciya tadi. Sabin langsung membawa Ciya pergi dari sana.
"Titip sebentar, gue harus melakukan sesuatu." titah Sabin kepada Awan. Sabin terpaksa harus membawa Ciya ke rumah salah satu dari sahabatnya. Dan yang paling aman adalah rumah Awan. Keluarga Awan adalah orang terpandang sekaligus pengawasan dan keamanan lebih mumpuni.
"Gue ikut sama lo." ujar Guntur.
"Kak.."
Guntur tersenyum manis saat Ciya menahan kaosnya. "Kami akan baik-baik saja. Jangan nakal di sini ya, ingat ya Awan kalo Ciya lecet mati lo!"
Ciya mengantar kepergian dua lelaki itu dengan tangisan buaya nya. "Tidak usah menangis, nanti matanya bengkak."
"Awan siapa dia?"
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Pick Me [✓]
Fantasia18+ Mati karena peluru nyasar lalu jiwa bertransmigrasi ke dalam raga seorang yang ternyata adalah seorang figuran tanpa nama yang miskin. Ciya pun bertekad untuk merubah takdir nya memanfaatkan wajah polos raga barunya ini. "Demi kehidupan lebih l...