END

14.7K 627 12
                                    


"Uwaa!"

"Gril jangan ganggu adek nya!"

"Yil ndak angguuu!"

"Hong, Yil adi kul-kul ipi dek!"

"Siam amu!"

Ciya menatap ketiga putranya sambil berkacak pinggang. "Siapa ganggu adek?"

"Yil!"

"Ukan!"

"Awan, Guntur!"

Dua lelaki kembar itu menghampiri istri mereka. Guntur segera menggendong putranyaーAgril Erosi baru berumur 2 tahun, menjauhkan dari bayi buntal berkostum kodok. Kemudian Awan juga menggendong putri nyaーLianely Langit. Dua balita berumur 2 tahun itu lahir secara bersamaan dari rahim Ciya. Ajaib memang, bisa-bisanya bibit Guntur dan Awan masuk ke rahim Ciya secara bersamaan.

"Cup, cup bayi mama.. di gangguin sama abang ya." Ciya menggendong anak bungsunya bersama JunenーDarian Gerape baru berumur enam bulan.

"Ada apa kok rame?"

"Mama Juan kangen!" Razer menurunkan putranyaーArjuan Purnama. Sebenarnya di namai Arjuna tapi Razer typo saat mengisi formulir akta kelahiran jadilah Arjuan bukan Arjuna.

Juan berusia 3 tahun. Anak kecil itu sudah fasih dalam berbicara sama seperti Mavin Nugrohoーputra Sabin dengan Ciya. Mavin adalah yang paling tua, 4 tahun.

Urutan anak-anak Ciya ;

- Mavin Nugroho = Sabin
- Arjuan Purnama = Razer
- Agril Erosi = Guntur
- Lianely Langit = Awan
- Darian Gerape = Junen

Terkadang Ciya sangat kewalahan menangani kelima anaknya itu. Terutama Agril yang suka sekali usil menganggu Darian. Entah mencium nya sampai pipi Darian penuh air liur atau mencubitnya sampai merah. Hingga Darian menangis.

"Avin tidak kangen mama?"

"Kangen."

Sifat Mavin sama dengan Sabin membuktikan kalau mereka memang ayah dan anak.

"Lebih baik kalian ganti baju, aku sudah masak makan malam banyak."

"Biar aku yang gendong Ian, sayang." Ciya memberikan Darian kepada Junen. Membiarkan pria itu menggendong putranya sampai ke meja makan.

Malam itu keluarga besar Ciya sangat bahagia. Penantian mereka selama 5 tahun menunggu Ciya terbayarkan setelah mereka menikahi Ciya.

.
.

"Papa sama mama katanya mau ke sini besok kak," ujar Ciya yang mendusel di dada Awan.

Mereka sedang ada di kamar. Kelima anak kurcaci sudah tidur semua setelah makan malam. Jadi Ciya memutuskan untuk bermanja-manja kepada kelima suaminya.

"Bagus, berarti kita bisa honeymoon sayang." bisik Guntur. Tangan pria itu sudah masuk ke dalam kaos istri nya.

"Hngghh kak.." lirih Ciya.

"Bener, kamu mau honeymoon ke mana hm?" Awan menjilat sensual cuping telinga Ciya membuat Ciya merinding.

"Bagaimana kalau ke bali?" Junen mengelus pangkal paha Ciya. Di ikuti oleh Razer yang mengecup basah perut rata Ciya.

Mulut Ciya terbuka menerima rangsangan dari suaminya. "Hemhhh.." lenguh Ciya saat Sabin membungkam bibir nya dengan bibir pria itu.

"Kakhh.." Ciya merasa frustasi karena di permainkan olen kelima suaminya. Matanya berkaca-kaca tidak tahan dengan sentuhan sensual dari tangan dan mulut nakal itu.

"Please ah!" Ciya bergerak gelisah.

"Kak please!"

Melihat istri mereka yang sudah tidak tahan kelima pria itu segera memakan habis istri mereka sampai pagi. Membuat Ciya tidak bisa berjalan selama 2 hari.

****

"Adli nya sudah tidur?" Fredi mengangguk. Pria itu memeluk pinggang istri nya yang sedang hamil anak kedua mereka.

"Dokter bilang aku harus lahiran operasi, mas aku takut." lirih Alicia.

Alicia takut dirinya mati lalu Fredi kawin lagi. Dia tidak ingin itu terjadi, kalau bisa Fredi saja yang mati duluan. Dia tidak masalah harus nikah lagi.

"Tidak usah takut, kalian akan sehat." ucap Fredi. "Lebih baik tidur, bumil tidak boleh begadang."

Alicia menurut, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Fredi. "I love you om tua!" bisik Alicia.

"I love you more adik kecil," kekeh Fredi.

****

"Aku ogah nikah sama kamu!"

Dipka menatap memelas ke arah Mika. Dia sudah booking restoran bintang tujuh khusus untuk lamaran ini. Menghabiskan uang 10 juta untuk biaya renovasi lalu cincin yang dia siapkan juga mahal seharga 50 juta dan masih di tolak oleh wanita pujaan nya.

"Mika ayolah, apa kamu tidak kasihan dengan saya? Sudah mau jadi bujang lapuk!" rengek Dipka dalam posisi berlutut.

"Itu makanya aku gak mau! Kamu sudah lapuk!" ujar Mika ketus.

Dipka menundukkan kepalanya dan Mika mengira kalau pria itu akan meledakkan amarah nya tapi ternyata tidak.

"Dipka." panggil Mika.

"Ish Dipka! ... Eh?"

Mika menatap tidak percaya ke arah Dipka. Pria tua itu menangis, menangis!

"Dipka aku hanya bercanda!" panik Mika. Tangannya yang kecil menghapus air mata Dipka yang terus turun.

"Udah dong jangan nangis, aku terima kok! Mana cincin nya sini aku pakai." Mika mengambil cincin dari kotak beludru berwarna hitam itu kemudian mengeluarkan cincin nya dan memakai nya di jari manisnya.

"Lihat aku sudah pakai, berhenti menangis." Dipka meraih tangan Mika yang jarinya tersematkan cincin pilihan nya.

"Dasar nakal!"

"Maaf," balas Mika tak enak.

"Kelinci nakal harus di hukum!"

"EHH? ENGGAK MAU!!"

END

Mika jadi penutup haha. Eitsss tenang ya sayang-sayang ku, nanti aku bikin side story khusus 🌚 tunggu aja hehe.

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang