18

24K 1.1K 7
                                        


Dua minggu setelah kematian Senja. Semuanya berubah menjadi normal kembali, namun Ciya harus menghadapi tingkah posesif yang Devan lakukan. Pria itu menempatkan beberapa bodyguard bayangan yang menyamar di PHS.

Kamila sudah di bawa oleh William dan Soraya kembali ke negara B. Orang tua itu katanya akan melakukan terapi jiwa kepada Kamila. Sekaligus menerapkan hukuman atas perbuatannya.

"Sayang lagi ngelamunin apa? Kan udah aku bilang jangan mikirin tentang Senja lagi ataupun Kamila," ucap Awan membuyarkan lamunan Ciya.

"Bener itu Ci, jangan sedih lagi kan di sini ada kita." ujar Alana ikut menyahut.

Setelah kepergian dua tokoh penting itu sebenarnya tak membuat Ciya tenang. Hatinya mengatakan kalau ada sesuatu yang tidak benar di sini.

"Sini aku suapin." Sabin mengambil alih sendok yang Ciya pegang. Dengan telaten dan lembut, lelaki itu menyuapi Ciya.

"Hari ini pulang nya sama Razer ya, aku gak bisa anter." Ciya memalingkan wajahnya menatap Guntur. "Kenapa?" tanya nya.

"Ada urusan penting di perusahaan." jawab Guntur.

"Bareng kak Awan?"

"Iya, kan sekarang papi udah gak Indonesia jadi perusahaan kita yang urus." jawab Awan menanggapi pertanyaan Ciya.

"Lanjutin makan nya, ngobrol nya nanti aja." tukas Junen. Ia meletakkan cup ice cream rasa strawberry ke hadapan Ciya.

Gadis itu tersenyum cerah lalu meminta Sabin untuk lebih cepat menyuapi nya. "Emm! Enak, makasih ya kak Ju!" Junen berdehem singkat menahan salting nya. Ia mengusap puncak kepala Ciya lembut.

Tentu saja para murid tahu tentang hubungan kelima orang itu. Mereka tahu kalau kelima most wanted sudah menjadi hak milik seorang Raciya Pratama. Karena mereka semua yang mengakui itu setelah pemberitahuan tentang sesuatu yang terjadi kepada Senja.

Mereka menganggap Ciya sangat beruntung. Iri dengki pun tidak ada gunanya, mereka hanya bisa menelan ludah tidak berani melakukan apapun. Karena hanya orang gila yang berani mencoba untuk masuk ke lingkaran lima raja dengan satu ratu itu.

"Ciya makan nya pelan-pelan dong, belepotan gini kaya bocah aja." cetus Alana. Gadis itu membersihkan noda es krim dari ujung bibir Ciya menggunakan tisu.

Selain kelima pangeran tampan. Ciya juga memiliki seorang teman yang baik. Mereka diam-diam memanggil Alana sebagai pawang atau emak Ciya. Karena kalau ada yang berani mengganggu Ciya maka Alana akan menggigit orang itu.

"Makasih Ala! Kamu baik banget," cengir Ciya.

"Ya aku memang baik," jawab Alana dengan senyuman ambigu.

****

Seorang gadis berpenampilan cupu sedang memeluk novel nya dengan erat, dia berjalan dengan tergesa-gesa. Sesekali melirik ke arah belakang.

Bruk!

Dia meringis saat menabrak sesuatu, mata bulatnya melotot kaget melihat orang yang berdiri di depannya.

"Ma-maaf kan aku ... Ma-maafkan a-aku!" mohon nya dengan terbata-bata.

"Lo sengaja kan mau hindarin kita-kita?" cetus dari salah satu mereka dengan senyum miring.

"Akh!" Gadis cupu itu memekik saat rambutnya di tarik ke belakang. "Lo udah langgar aturan yang kita buat, lo harus dapat hukuman!"

Gadis cupu itu menangis, tidak hanya itu. Dia menyatukan dua tangannya di depan dada memohon untuk di lepaskan.

"A-aku harus pu-pulang ... I-ibu aku ma-masuk rumah sa-sakit.." tangisnya.

"Emang kita peduli?"

Mereka tertawa serempak mengabaikan tangisan dan permohonan orang yang mereka bully.

Gadis cupu yang memang menjadi sasaran empuk dari para pembully di sekolah itu sekarang menatap nanar pintu gudang olahraga yang terkunci. Dirinya di kunci oleh mereka, dan akan bisa keluar besok atau besoknya lagi. Dia tidak tahu, karena gudang olahraga ini jarang di datangi.

"Salah ku apa?" bisik nya sambil menangis.

Memeluk kedua lututnya lalu menenggelamkan kepalanya juga di sana. Menangis meratapi nasib buruk yang menimpa dirinya.

Namun tiba-tiba ia mengangkat wajahnya karena merasakan sesuatu yang hangat. Itu adalah cahaya yang tiba-tiba keluar dari sebuah buku novel.

Tubuh ringkih nya pun terseret oleh cahaya itu. Dan kemudian bisikan halus terdengar.

"Balas lah mereka, kuasai lah dunia maka kau akan bahagia. Karena kamu mengetahui semuanya Alana."

"Benar, aku adalah penulis novel ini. Aku mengetahui segalanya, Ciya bersenang-senang lah di posisi mu sekarang karena aku akan merebut itu nanti hahaha..!"

****

Ciya yang sedang ngedot mengorek-ngorek telinga nya yang terasa gatal. Sambil mengemut benda silikon itu, pikiran nya melayang ke mana-mana.

"Ini pasti belum mencapai akhir, aku harus mencari tahu apakah ada antagonis tersembunyi atau ada protagonis baru. Aku harus benar-benar berhati-hati," batin Ciya.

"Lagi mikirin apa sayang." Dera mengusap dahi Ciya yang mengkerut samar.

"Mama Ciya mau susu lagi!"

"Tidak ada susu, kamu sudah minum dua botol." ucap Devan yang memeluk Ciya dengan erat.

"Papa lepas! ... Mama tolongin Ciya!"

Dera hanya tertawa melihat itu, rasa sedihnya perlahan menguap. Ia juga mulai menerima kematian Senja dan memaafkan Kamila walau belum sepenuhnya.

Tbc

Figuran Pick Me [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang