1. Aiden dengan tugas Asyala

83 23 0
                                    

HALLO, SELAMAT MEMBACA. JANGAN LUPA BERI SARAN KOMENTAR SERTA VOTE BAHKAN SHARE KE KAWAN KALIAN YA?

JIKA ADA LUANG WAKTU MAH DI SEKOLAH DI RUMAH DIMANA PUN BERADA. LUANGKAN UNTUK BACA CERITA AIDEN BHAYANGKARA.


SELAMAT MEMBACA ❤️


Aiden Bhayangkara duduk di meja belajarnya, memandangi tumpukan buku yang mengelilinginya. Sejak pagi, ia terjebak dalam rutinitas akademis yang tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan. Dosen-dosen mengirimkan tugas, presentasi harus disiapkan, dan waktu untuk dirinya sendiri semakin sedikit. Namun, hari ini, ada satu hal yang membuatnya merasa sedikit berbeda: email dari kantor bimbingan mahasiswa.

"Aiden Bhayangkara, Anda telah dipilih sebagai mentor untuk program bimbingan siswa SMA di luar kampus. Tugas Anda adalah membantu Asyala, seorang siswi dari SMA Harapan, dalam memahami materi pelajaran dan merencanakan masa depannya."

Aiden mengernyitkan dahi saat membaca pesan tersebut. Nama "Asyala" terasa asing baginya, dan pikirannya melayang kepada sosok seorang remaja yang malas belajar. Apa yang bisa ia bantu untuk seseorang yang jelas-jelas tidak menunjukkan minat pada akademik?

Sore itu, Aiden tiba di SMA Harapan, merasa canggung dan agak tidak siap. Bangunan sekolah itu terlihat biasa saja, namun rasanya asing dan menekan. Ia disambut oleh Ibu Lestari, koordinator program bimbingan, yang tampak sangat antusias.

"Selamat datang, Aiden! Ini Asyala," kata Ibu Lestari sambil menunjuk seorang gadis yang berdiri di ujung koridor. Asyala mengenakan seragam sekolah yang tampak kusut, dengan ekspresi malas yang tertulis jelas di wajahnya.

"Hi," kata Asyala tanpa banyak emosi, hanya melirik Aiden sejenak sebelum menatap ke arah lain.

"Hallo, Asyala. Aku Aiden, mentor barumu," kata Aiden, berusaha tersenyum meskipun merasa tidak nyaman.

Hari pertama mereka dimulai dengan sesi singkat di ruang kelas yang suram. Asyala duduk dengan sikap yang menunjukkan ketidak tertarikan. Aiden mulai menjelaskan materi matematika dasar yang tampaknya membuat Asyala semakin tidak bersemangat.

"Apa kamu tidak ingin mencoba lebih serius?" tanya Aiden, sedikit frustasi.

Asyala mengangkat bahu. "Buat apa? Pelajaran ini tidak akan berpengaruh pada hidupku. Aku sudah tahu aku tidak akan memerlukannya nanti."

Aiden menarik napas panjang. Dalam benaknya, ia mempertanyakan keputusan yang diambilnya. Namun, ia memutuskan untuk tidak menyerah. "Mungkin kamu benar, tapi coba pikirkan ini: pelajaran ini bisa membantumu memahami bagaimana berbagai hal bekerja di dunia nyata. Setidaknya, jika kamu menghadapi tantangan, kamu bisa menghadapinya dengan lebih baik."

Asyala hanya mengangguk ringan, tapi Aiden bisa melihat bahwa perubahannya belum terasa. Dia harus mencari cara untuk membuatnya lebih terlibat dan memahami pentingnya materi yang diajarkan.

Seminggu berlalu, dan Aiden mulai merasakan adanya perubahan kecil. Meskipun Asyala tetap tampak malas, ia mulai menunjukkan sedikit minat. Aiden mencoba berbagai pendekatan, dari menjelaskan materi dengan cara yang lebih menarik hingga berbagi cerita tentang pengalaman akademisnya sendiri.

Suatu sore, ketika mereka sedang membahas topik yang cukup menantang, Aiden melihat Asyala mulai bertanya dengan lebih bersemangat. "Kenapa kita harus mempelajari ini?" tanyanya dengan nada penasaran.

Aiden Bhayangkara (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang