Tiba saatnya malam mengganti bulan yang terang memancarkan cahayanya dilengkapi oleh bintang yang bersinar menambah keindahan langit malam.
Zora yang masih di kamarnya sedang sibuk mengerjakan tugas.
Suara Kith dari bawa seakan bergema. "ZORA MAKAN!" Teriak Kith dari ruang makan.
"Iya bentar" Zora tetap memabalsnya walaupun mungkin tidak terdengar dibawah.
Mendengar itu Zora segera merapihkan meja belajarnya dan bergegas turun ke bawah untuk makan bersama keluarganya malam itu. Zora berjalan turun dari tangga sambil sedikit menguap ngantuk.
"Makan dulu nak mama masak ayam" mama Zora langsung menyiapkan makanan.
"Waww enak tuh" puji Zora yang langsung mengulurkan tangannya mengambil sepotong ayam.
Kith yang melihatnya langsung menghempaskan tangan Zora. "Dih Lo udah cuci tangan belum?" Tanya Kith.
"Udah." Jawabnya sembari mengunyah.
"Mana? Lo aja baru turun" ucap Kith kesal.
"Udah udah makan aja, ga baik berantem di meja makan" tegur mama Zora.
"Iya tuh, yaudah sih biarin aja ini juga bersih kok tanganku" gumam Zora.
"Bersih apaan" balas Kith kesal.
Zora dan Kith memang tak selalu akur. Namun percayalah mereka saling menyayangi dengan baik. Bahkan rasa sayang mereka ke satu sama lain sangatlah besar.
Setelah makan Zora langsung berpamitan untuk kembali masuk kamar karena matanya sudah sangat lelah. Disaat-saat menahan rasa kantuknya itu ia kembali teringat pada satu surat yang diberikan seorang laki-laki bernama Afdal yang ternyata berasal dari Cakra.
"Eh iya, surat itu." batin Zora. Langsung berpamitan dengan cepat berlari menaiki anak tangga. "Ma, ka kith, aku duluan ya udah ngantuk." Ucapnya dan langsung berlari.
"Ya, hati-hati Zora jangan gitu nanti jatuh!" Tegur mama Zora.
"Iya ma maaf" balasnya. "Aduh jangan ilang, plis jangan" batin Zora panik takut surat itu hilang karena belum sempat ia baca.
Sesampainya di depan pintu kamar ia langsung mendorong pintu kamarnya itu dan mengambil seragam sekolah yang tadi ia kenakan dan mencari surat yang ia maksud.
"Nah ketemu" ucapnya. Mengusap dada lega.
Zora merapihkan kembali tasnya dan duduk tegak diatas kasurnya. Zora membuka selembar kertas yang di lipat rapih. Ketika terbuka Zora melihat tulisan yang terukir rapih dan ditulis menggunakan tinta pulpen berwarna biru. Tulisan itu bertuliskan..
"Mungkin aku akan mulai mencintaimu setelah kamu memenangkan cerdas cermat besok.. bercanda, walaupun kamu kalah aku tetap akan mencintaimu. Tapi bukan sekarang. Nanti, tunggu ya."
"- Cakra."Zora kaget hingga melemparkan kertas dari tangannya. "Hah? Aku ga salah liat?" Gumamnya yang seakan tak percaya. "Ga, ga, pasti ini boongan ga mungkin sih. Masa iya kan aku baru kenal sama dia, kok bisa?" Zora masih tak yakin dengan apa yang ia baca.
Namun walaupun kaget dan kurang yakin ia tetap tersenyum senang, apalagi saat mengingat apa yang baru saja ia alami tadi yang mungkin bisa menjadi abadi di ingatannya.
Zora mengambil kembali surat itu lalu menyimpannya dan kembali naik ke kasur dan bergegas tidur. Entah apa tapi sekan ingin segera pagi dan hendak berangkat ke sekolah cepat.
Cakra yang berada dirumahnya juga ternyata masih juga memikirkan seseorang perempuan yang membuatnya kembali jatuh cinta. Yaitu Aozora Nerissa.
"Woi, ngapain Lo senyum-senyum begitu?" Tegur Kai yang melihat temannya senyum-senyum sendiri.
Kai adalah salah satu teman dekat Cakra selain afdal yang sering bersama Cakra dimanapun.
"Apasih Lo, gue lagi bayangin besok kalo gue menang cerdas cermat" sangkal Cakra dengan ekspresi kesalnya.
"Eitss jangan-jangan itu Lo mikirin si Zora Zora itu ya?" ledek Kai dengan menepuk-nepuk pundak Cakra berkali-kali.
"Monyet Lo" Kesal Cakra. Cakra langsung berdiri meninggalkan Kai.
Cakra berjalan ke arah belakang taman rumahnya, terlihat sebuah kolam besar yang diisi oleh air bersih, rumah yang juga tampak mewah dengan 2 lantai yang tampak sangat berkelas. Cakra hanya duduk di sebuah kursi besi yang berada sangat dekat dengan kolam, Cakra mengambil gitar yang terbaring di kursi itu lalu memainkannya sesekali.
Cakra memetikan nada gitar sambil bernyanyi..
"Rindu terasa mengancam dada ku..
seakan selalu hadir di mimpi ku..
hati jiwaku selalu memanggilmu..
kasih ku.. ku cinta kau.. ku cinta kau..
hanya kamu di hatiku.. tak akan pernah kan terganti sampai kau jadi milikku.."
- Judika, Sampai Kau Jadi MilikkuSuara lembut yang sangat terdengar sopan keluar dari mulut Cakra saat menyanyikan lagu itu..
Setelah mengakhiri petikan gitar ia membatin dalam hatinya. "Apa Zora udah baca surat yang gue tulis ya?" Batin Cakra. Cakra hanya tersenyum menatap air kolam yang tenang.
Dari arah belakang Kai mengendap-endap untuk mengagetkan Cakra. "DORRR!!" Suara keras Kai yang membuat Cakra kaget.
"WOI!" Teriak Cakra kaget.
"Ngapa sih Lo ada dimana-mana!" kesal Cakra yang frustasi dengan tingkah Kai.
"Gini deh, Lo traktir gue makanan aja nanti gue ga ganggu Lo lagi" ucap Kai.
"POKOKNYA GUE IKUT" suara yang terdengar dari belakang ternyata suara milik Afdal yang baru saja tiba.
Cakra, Kai, sontak menoleh ke arah suara itu ternyata itu suara Afdal yang baru saja tiba.
"Lo gausah aja, mending Lo sana usaha buat dapetin Anna" ucap Afdal pada Kai.
"Gue tonjok Lo mau?" Kesal Afdal.
"Sini tonjok sini aja" sahut Cakra dengan mengepalkan tangannya ke arah Afdal.
"Salah sasaran" balas Kai.
"Terserah dah gue mo cari makan keluar kalo mo ikut ya ikutz kalo ga terserah masuk aja situ di kolam noh" ucap Cakra.
"WEII IKUT IKUT" teriak Kai.
"Gue duluan aelahh" balas Afdal.
Afdal dan Kai saling dorong di sana sedangkan Cakra berjalan perlahan menuju arah luar. Cakra selalu frustasi melihat tingkah kedua temannya itu.
Lanjut chapter sebelah>>
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)
Teen Fiction⊹ ࣪ ﹏𓊝﹏𓂁﹏⊹ ࣪ ˖ Di tepi laut, seperti di sapa debur ombak juga dilengkapi air hujan yang meneteskan rintik nya perlahan, hari yang Sempurna serta Berharga. Kata Cakra perasaan yang tidak pernah di ungkapkan tidak akan pernah menjadi apa-apa. Dan k...