Chapter #42

19 11 1
                                    

Dengan kecemasan yang melanda akhirnya mami Cakra dan mama Zora tiba di rumah sakit.

"Rai, Zora gimana? Kenapa dia?" Tanya panik mama Zora pada rai.

"Ma, Zora gapapa kok dia cuma kecapean aja. Jangan mikir aneh-aneh."

"Permisi.. Bu, tau Cakra dimana ga ya?" Suara yang terdengar bergetar dari mami Cakra yang datang menghampiri mama Zora.

"Ibu, ibu kenapa disini juga? Cakra sakit?" Tanya mama Zora yang tidak tau kejadian sebenarnya.

"Cakra ditabrak mobil Bu, Zora? Zora juga sakit? Sakit apa?" Tanya balik mami Cakra yang juga belum tau tentang kejadian sebenarnya.

Dengan suara berat ketiga kakak laki-laki Zora berusaha menjelaskan semuanya dengan benar tanpa ditambah ataupun dikurangi.

"Mama gamau tau ya, mama akan laporkan ini ke polisi secepatnya." Ucap mama Zora dengan kecemasan serta kepanikan.

"Setuju bu." Setuju mami Cakra.

"Tante.. Tante!!" Panggil Afdal yang berlari ke arah mereka.

"Nak Cakra dimana?" Tanya mami Cakra panik.

"Ayo Tante, udah masuk ruangan soalnya" ucap Afdal.

"Bu, saya permisi sebentar ya." Pamit mami Cakra.

"Iya Bu, nanti kamu juga akan jenguk Cakra, kami doain dari sini Bu" balas mama Zora dengan ketulusan.

Mami Cakra mengikuti Afdal yang menuju ruangan tempat Cakra di tangani.

Hanya bisa menunggu didepan ruangan dan menanti kabar baik dari dokter tentang sahabat dan anak tersayang. Penuh kecemasan, kepanikan, tak tenang akan keadaan. Ditengah malam hanya berpegang lewat doa.

Krekk... Suara pintu terbuka yang langsung disambut dengan baik berharap juga kabar baik yang akan disampaikan.

"Dok, gimana anak saya dok?" Tanya mami Cakra dengan cepat.

"Cakra gimana dok?" Tanya Kai yang menanti kabar baik.

"Cakra baik-baik aja kan dok ya" Afdal yang meyakinkan.

"Bu, dek, tenang aja. Puji Tuhan, Cakra baik-baik aja hanya sedikit benturan yang terjadi di kepalanya yang menyebabkan kepala Cakra terkena sobekan di area dekat telinganya. Namun kami sudah memeriksanya dan semuanya aman hanya butuh rawat inap beberapa hari." Ucap tenang dokter itu.

Kelegaan akhirnya kembali dirasakan.

Huhh..
Mereka menghela nafas dengan tenang.

"Jika ingin masuk, silahkan Bu. Cakra saat kami tangani tadi sudah sadar, bahkan saat proses jahit dia juga sadar." Ujar dokter.

"Keren banget emang temen gue brayy" kata Kai kesenangan.

"Masuk tiga tiga nya bisa ga dok?" Tanya Afdal.

"Haha.. silahkan saja, tapi tolong jangan berisik ya" titah dokter itu dan diiyakan mereka berdua serta mami Cakra.

Saat hendak masuk ke dalam ruangan dari arah belakang terdengar suara Darel.

"Misi Tante." Sapa Darel sembari memegangi Zora yang masih terlihat lemah.

"Bu.." sapa mama Zora bersama Rai yang mengikuti dari belakang Darel dan Zora.

"Eh iya, Zora, kamu udah baik nak?" Tanya mami Cakra perhatian.

"Udah kok Tante, ka Cakra gimana ya?" Balas Zora dengan bertanya balik.

"Tenang aja, cintanya kamu baik-baik aja.. ayu masuk sayang.." ucap lembut mami Cakra dengan mengelus pipi Zora lembut.

"Hmm.. aku sama Afdal tunggu sini aja dulu Tante, biar Tante, Zora sama mama Zora aja yang masuk." Ucap Kai ramah.

"Yasudah, nanti kalian masuk ya kalo kita udah keluar" ucap mami Cakra.

Zora, mami Cakra serta mama Zora membuka pintu ruangan itu dengan pelan. Perban dikepala, mata yang terpejam seakan terbaring lemas. "Bu, kita keluar saja dulu ya, biar Zora disini" ucap mami Cakra pada mama Zora dengan suara pelan. Zora tak menanggapinya.

Melangkahkan kaki perlahan mendekat seketika Zora mencengkram dada nya kuat. Sakit. Menghela nafas pelan.. dengan langkah tenang Zora duduk di kursi yang tersedia disamping Cakra.

Air mata yang kembali membasahi wajah, kedua tangan mencengkram erat dada sesak sampai hampir tak mampu berbicara. "K-ka.... " Suara pelan bergetar terdengar.

Mata yang tertutup seketika terbuka perlahan-lahan, memiringkan kepala hingga menuju pandangan ke arah Zora. "Hai... Zo-zora... yang s-sempurna nya sedunia... " Suara lembut tenang sekarang bergema ditelinga Zora. Cakra mengujarkan kalimat yang selalu menjadi khas saat menyapa Zora. Berusaha menghela nafas agar berbicara tidak terbata-bata.

Zora menoleh dengan cepat, memegang erat tangan Cakra sembari mengelus halus. "Ka...." Suara Zora halus, dan langsung membaringkan kepala ditangan Cakra.

"Kenapa kamu?" Tanya Cakra santai seakan tak terjadi apa-apa.

"Kamu yang kenapa... Jangan sakit-sakit ka.." jawab Zora sedih.

"Aihh nangis, haha... Stttt... Aku gapapa sayangg, sini liat sini kamu nya hei." Sambung Cakra mengusap lembut rambut Zora.

"Gapapa apa, kepala kamu itu loh." Suara kesal Zora namun masih meneteskan air mata.

Suara ketukan pintu terdengar. "Misi, boleh masuk ga"

"Masuk aja" jawab Zora.

Afdal, Kai dan ketiga kakak laki-laki Zora masuk ke dalam ruangan dengan sedikit bercanda gurau agar suasana tidak tegang.

"Aman bro" lantur Kai mengangkat tangan seakan  menyapa.

"Hm" jawab singkat Cakra.

"Untung ga amnesia yang kayak di film-film, ribet ntar kalo lupa semua" ujar Afdal yang dibalas tawa semua.

"Ini anak sakit ya Rai?" Tanya Cakra menunjuk Zora.

"Panic attack nya dia" jawab Rai.

"Sini deketan.." titah Cakra pada Zora yang duduk disampingnya.

"Kenapa?" Tanya Zora penasaran.

Dengan lembut Cakra mencium dahi Zora didepan Afdal, Kai, Bahakan ketiga kakak laki-laki Zora. Zora kaget akan hal itu namun tersenyum gembira.

Seketika seisi ruangan frustasi tak habis fikir dengan apa yang baru saja mereka saksikan.

"YAAAA" ujar Kai dengan menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Duh Adek gue!" Ucap Darel diiringi tawa kecil.

"APA GUE BILANG, JANGAN MASUK MALAH MAKSA MASUK. JADI MESES DOANG KAN" frustasi berat Rai yang langsung membalikkan badan membelakangi Cakra dan Zora.

"Eh tapi ka Kith mana? kok gaada?" Tanya Zora.

"Dia pulang rumah, disuruh mama gatau nyuruh apa" jawab Rai.

Suasana ruangan yang seakan gembira terlepas dari kepanikan yang sempat melanda. Kini penuh kebahagiaan dan rasa syukur di tengah malam.

"Hei, kamu tidur hei" titah Cakra pada Zora.

"Besok libur kok" balas Zora.

Setelah beberapa lama akhirnya ruangan menjadi hening. Sengaja. Zora membaringkan kepalanya di tangan Cakra dan memejamkan mata kantuk.

"Sttt... Jangan berisik biar aja mereka berdua tidur" bisik Darel.

"Iya biarin aja, itu manusia dua soalnya sama-sama sakit tapi masih aja sok kuat" sambung Afdal bisik-bisik.



Lanjut chapter berikutnya>>

𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang