Restoran yang mewah terlihat menarik, banyak orang yang singgah untuk makan dan bersantai, makanan makanan yang menggugah selera terpampang jelas.
"Duduk sini aja" ucap Zora yang menarik sebuah kursi.
"Pesan apa nih?" Tanya Anna yang melihat-lihat menu makanan.
"No debat, aku nasgor." Jawab Kai sembari memainkan ponselnya.
"Aku juga deh" sambung Afdal.
"Ye ngikut ae Lo" gumam Kai kesal.
Mereka memesan makanan sesuai selera masing-masing dan sambil menunggu datang sesekali mereka bertukar cerita tentang camping yang akan dilaksanakan hari ini. Untung saja mereka datang begitu pagi jadi masih bisa singgah untuk makan sebentar di restoran yang memang buka sampai pagi.
"Permisi mas, mbak, ini untuk nasi goreng dan spaghetti nya, untuk pesanan lainnya mohon di tunggu ya.." ucap seorang pelayan yang datang membawa beberapa makanan yang dipesan.
"Ya, Terimakasih." Balas Cakra yang menerima makanan itu.
"Makan guys, jangan main handphone terus" tegur Zora sembari membersihkan sendok dengan tisu.
Dengan cepat Afdal dan Kai memakan makanan yang datang lebih dulu sesuai dengan yang mereka pesan. Hingga tak lama makanan selanjutnya datang dan di makan oleh mereka bersama.
Setelah selesai makan mereka bergegas pergi untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju area camping. Tak lupa membayar baru kemudian kembali ke parkiran.
Mereka melanjutkan kembali perjalanan yang memang masih cukup jauh.. hampir dua jam berlalu, hingga akhirnya tiba di area camping.
"Oh di sini.. sepi ya." Ujar Anna yang melihat sekitar setelah turun dari mobil.
"Yakan belum pada sampe yang lain, gimana ga sepi." Balas Afdal yang mendengar ujaran Anna.
"Lo berdua ngomongin sepi? Marah noh yang kalian omongin, coba liat kiri" Kai yang tiba-tiba menyambung ucapan Anna dan Afdal dengan menunjuk Sapi uang terikat di sebuah pohon.
"Itu mah sapi eyy" balas Anna.
"Yang bilang badak siapa?" Sambung Afdal serius dan diiringi tawa kecil oleh mereka yang menyaksikan tingkah yang mengundang tawa.
"Udah udah, ayo duluan aja ke titik lokasinya langsung, ini masih masuk ke dalam dulu kan." Titah Zora dibalas Anggukan Anna.
Mereka berjalan masuk ke dalam hutan yang sudah ditandai dengan panah dan beberapa peta yang tergantung. Afdal, Kai, Anna berjalan duluan di depan Zora dan Cakra, sedangkan kedua manusia bucin itu sibuk dengan dunia mereka sendiri.
"Dingin ga?" Tanya Cakra pada Zora sembari merangkul pinggang Zora.
"Ngga, aku kan pake baju lengan panjang juga" jawab Zora dengan mendekatkan kepalanya ke dada Cakra sembari berjalan.
"Nanti kalo dingin kasih tau aku ya, nanti ambil jaket aku" ucap Cakra diiyakan Zora.
Setelah kurang lebih 5mnt berjalan mereka tiba disebuah lahan yang memang sudah dibersihkan dengan rapih dan sudah banyak bambu-bambu yang didirikan.
"Boleh juga pemandangan dari sini" ujar Kai yang menekik pinggangnya sembari melihat sekeliling.
"Yaudah, langsung aja berdiriin tenda di sini mumpung udah duluan" titah Cakra.
"Oke, ayo" balas Kai di sambung anggukan oleh Afdal.
Cakra, Afdal, Kai sedang sibuk mendirikan tenda sedangkan Anna dan Zora sibuk merapihkan barang bawaan mereka.
Tak lama terdengar suara bising banyak orang yang menuju ke arah mereka membangun tenda, ternyata para guru dan anak-anak sekolah sudah sampai disana. Yang tadinya sunyi seketika dicampur bising oleh suara banyaknya anak-anak sekolah yang bergumam-gumam.
"Eh Cakra. Sudah dari tadi kalian?" Tegur salah seorang pak Guru yang datang menghampiri mereka sembari menenteng tas.
"Eh pagi pak, iya pak kami udah dari tadi, ini udah mo selesai buat tenda." Balas Cakra dengan senyuman.
"Wahh hebat kalian. Rajin, bahkan bawa tenda sendiri untuk di sini." Pujian yang keluar dari mulut pak Guru itu seketika menghangatkan suasana.
"Terimakasih banyak pak." Sambung Zora dilengkapi senyuman.
"Ada Zora juga ini ya aduh hebat hebat. Ini bapak lihat-lihat sepertinya Cakra dan Zora ini dekat ya" ucap pak Guru.
"Bener pak" sambung Anna dengan semangat.
"Orang pacaran kok" sambung Afdal namun tak didengar jelas oleh pak Guru.
"Yasudah bapak mau nuntun anak-anak lain bangun tenda dulu ya" ucap pak Guru sembari menepuk pundak Cakra kemudian berjalan meninggalkan mereka.
Mereka kembali merapihkan tenda yang dibangun, beberapa saat kemudian pengumuman terdengar jelas menyuruh mereka untuk segera kumpul.
Mereka berlima segera berjalan bersama menuju tengah-tengah lahan yang menjadi titik kumpul. Beberapa Guru bergantian memberikan pengarahan serta pengumuman lanjutan baru kemudian menyuruh mereka untuk mencari keperluan seperti kayu bakar sama seperti anak camping pada umumnya.
"Untuk kalian berlima sepertinya sudah sepaket ya jadi gausah lah di tambah atau dikurangi, mending lima-limanya langsung aja nyari kayu bakar." Ujar salah satu Guru.
"Iya pak, makasih." Balas Anna disambung oleh yang lain.
Mereka berlima segera berjalan bersama menuju arah yang ditunjuk Cakra, sambil bercanda gurau sedikit bertukar cerita diiringi tawa.
Terlihat sebuah panah penunjuk jalan yang tertera di sebuah pohon dengan tulisan "Biancara" atau nama jalan.
"Bianc...bian..bianc...bianc-" Kai yang sedang berusaha membaca tulisan yang tertera disambung oleh Afdal.
"Maap, kirain Bianca. " Sambung Afdal dengan cepat menoleh ke Cakra di belakangnya dengan ekspresi panik.
"Woi, sembarangan Lo" tegur Kai. Kai menarik tangan Afdal dan membisikkan.. "jangan gitu goblok." Bisik Kai.
"Apaansih Lo berdua bisik-bisik, lanjut jalan aja udah" titah Anna sembari menarik baju Afdal dan Kai.
Zora menyadari gerak-gerik Afdal dan Kai yang tak biasa, Zora menolehkan kepalanya pada Cakra namun Cakra terlihat menunduk dan menatap kosong.
"Ka, kenapa?" Tanya Zora.
"H-hah? Oh ngga yuk lanjut" sangkal Cakra yang langsung merangkul bahu Zora sembari mengelus lembut.
Walaupun Zora menganggap ada yang tak biasa namun Zora hanya tetap berpikir baik tanpa menjadikan pertanyaan-pertanyaan yang tak jelas di otaknya mengenai hal itu.
"Guys, disini gaada buah gitu? Pengen." Suara Anna yang sembari mengumpulkan kayu.
"Makan aja sama pohonnya" sambung Afdal kesal.
"Darah tinggi banget lo perasaan, mens?" Kai menyambung obrolan mereka sembari mengikat kayu bakar.
"Loh kan ada di mobil kan kita bawa buah segar" ucap Zora.
"Iya ada, ga di turunin aja" sambung Cakra.
"Kan kan.. bego nih" ujar Afdal dengan menyenggol bahu Kai.
"Yaelah tinggal ambilin buat gue susah amat" ujar Anna.
Mereka sibuk mengumpulkan kayu bakar sembari bergumam-gumam.
Lanjut chapter berikutnya>>
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)
Teen Fiction⊹ ࣪ ﹏𓊝﹏𓂁﹏⊹ ࣪ ˖ Di tepi laut, seperti di sapa debur ombak juga dilengkapi air hujan yang meneteskan rintik nya perlahan, hari yang Sempurna serta Berharga. Kata Cakra perasaan yang tidak pernah di ungkapkan tidak akan pernah menjadi apa-apa. Dan k...