Chapter #44

11 4 0
                                    

Pintu kembali dibuka dari luar tanpa ketukan. Afdal, Kai, Anna, Darel, Kith, Rai masuk sembari tertawa seakan bercanda gurau.

"Eh katanya udah mo pulang?" Tanya Darel dengan tampilan yang terlihat cool dari yang lain.

"Iya ka, tapi nanti aja pas jam 1 atau jam 2 siang gitu" jawab Zora yang sedang merapihkan makanan yang selesai ia dan Cakra makan.

"Bisa bahas kejadian awal mula Cakra kecelakaan?" Sambung Rai.

"Silahkan" balas Cakra.

Afdal dan Kai yang langsung menceritakan semua kejadian itu dengan lantang.

"Maksudnya orang itu kalian kenal?" Tanya Rai yang menyimak jelas.

"Ga, dia pake pakaian yang serba hitam kita ga bisa kenalin dia siapa" jawab Kai.

Kai menyambung itu dan langsung menjelaskan semua teror yang mereka dapat mulai dari party Anna, rumah Cakra, bahkan camping.

"Dia ngincar Zora?" Kith ikut angkat suara dengan tegang.

"Sepertinya begitu. Tapi bersyukur semua itu kena ke gue, jadi Zora aman." Sahut Cakra serius.

"Bersyukur apaan, itu juga bahayain nyawa Lo" desak Rai.

"Selagi bukan Zora, apapun yang hilang dari diri gue gapapa. Asal jangan keluarga dan ingatan" balas Cakra dengan senyuman.

Mereka cengengesan mendengarnya.

Waktu berjalan begitu cepat hingga akhirnya tiba pukul 12:00.

Didalam ruangan hanya ada Cakra, Zora, Anna, Kai, Afdal, Rai. Sibuk berbincang sembari menyemili makanan. Sedangkan Kith dan Darel mengurus biaya administrasi rumah sakit.

Pintu kembali terbuka. Darel dan Kith membawa selembar kertas untuk ditandatangani.

"Siap-siap aja, setelah tanda tangan ini udah boleh pulang" ucap Darel yang sedang mencari pulpen untuk menandatangani surat digenggaman nya.

"Oh, oke. Anna, aku minta tolong buat beresin makanan makanan ini ga ya? Aku mo beresin baju ka Cakra di tasnya" ucap Zora mohon.

"Iya santai aja" balas Anna.

Setelah semua selesai mereka semua segera bersiap untuk keluar dari ruangan.

"Cak, jalan pelan aja" titah Darel sembari membantu menahan Cakra.

Walaupun masih dengan kepala yang belum sembuh sepenuhnya tapi Cakra tetap bisaa berjalan tanpa terlihat menahan rasa sakit.

Zora dengan santai merangkul pinggang Cakra seolah menahannya.

"ELEH" olok Darel yang muak melihat adik perempuannya yang tak takut bucin didepannya.

Darel dan Zora yang membantu menahan Cakra untuk berjalan berada didepan sedangkan Afdal, Kai, Rai, Anna, dan Kith berada dibelakang mereka sambil membawa barang.

Berjalan keluar dari rumah sakit seakan lega terasa. Sesampainya di parkiran Cakra langsung mencari keberadaan mobilnya.

"Eh eh, mobil? Mobil gue?" Panik Cakra.

"Ada, tuh." Balas Darel menunjuk ke arah mobil Cakra yang diparkir jauh dari tempat mereka berdiri.

"Oh yaudah" Cakra melepaskan tangan Zora dan Darel yang menahannya lalu hendak berjalan menuju mobilnya yang terparkir jauh.

"EH EHH" Darel yang dengan cepat menarik Cakra kembali. "Kemana?" Tanya Darel.

"Loh mo kemana ka? Tunggu sini aja" sambung Zora.

"Ya ke mobil lah, nyetir." Jawab serius Cakra.

"Biar gue yang bawa, enak aja Lo baru juga keluar rumah sakit" gumam Afdal lalu berlari menuju mobil Cakra.

"Dehh, gue aja yang bawa, mobil gue." Desak Cakra yang ingin membawa mobilnya.

"Ah batu dibilangin." Kesal Zora.

"Iya iya sayangg maaf maaf." Suara lembut Cakra.

"Ini ada abangnya loh disini tolong dihargai ya" Ucap Darel frustasi.

"Makanya cari" sahut Rai yang dibalas tawa oleh Kith disampingnya.

Dengan kesal Darel memukul pelan kepala Rai.

Mobil yang sudah berada tepat didepan mereka. "MASUK WOII" teriak Afdal dari dalam mobil.

Mereka segera masuk kedalam mobil setelah meletakkan barang di bagasi. Dengan posisi duduk Darel didepan bersampingan dengan Afdal sementara Cakra dan Zora di belakang mereka dan Kai, Anna, Rai, Kith di paling belakang.

"Minimal bawa mobil satu lagi, sempit nih" suara Anna.

"Sialan, dia gatau mobil gue dirumah" sambung Kai.

"Asli?" Tanya Rai serius.

"Mainan." Jawab Kai lantang.

Diperjalanan Cakra dan Zora sama seperti biasanya, dimana walaupun di kerumunan orang mereka seakan punya dunia sendiri.

Zora yang sedang melihat keluar jendela mobil ditarik oleh Cakra agar bersandar di bahunya. "Masih sesak ga?" Tanya Cakra.

"Ngga, udah baikan" jawab Zora dengan memelukan tangannya ke pinggang Cakra.

"Ka, kamu jangan terlalu banyak pikiran ya jangan mikirin apapun yang bikin kamu harus mikir keras, biar kepala kamu ga sakit, biar hati kamu juga selalu baik." Kata Zora yang bersandar di bahu Cakra.

"Bagaimana jika aku katakan, bahwa berbicara denganmu dapat menyembuhkan segala suasana hatiku?" Dengan suara yang lembut Cakra membalas ucapan Zora dengan pertanyaan itu.

"Aku senang, berarti aku mempan ya" balas Zora diiringi tawa kecil.

"Yakan kamu obat, obat kesempurnaan maksudnya." Sambung Cakra. "Tuhan sebaik-baiknya seniman, dan kamu sebaik-baiknya mahakarya." Ucap Cakra dengan nada lembut dan suara yang selalu terdengar tenang ditelinga Zora.

Zora hanya tersenyum dan membatin dalam hati. "Dulu aku mendapatkan cowok yang luar biasa jahatnya, dan sekarang aku mendapatkan cowok yang luar biasa baiknya, bahkan melihat aku ke gores sedikitpun dia ga rela." Batin Zora.

"Eh cak, pak Erik sempat nelepon kemarin, soalnya dikasih tau sama Kai tentang keadaan Lo, kan kemarin ambil absen dulu." Ucap Afdal dari depan.

"Terus, gimana?" Tanya Cakra.

"Udah sih aman, gue juga udah bilang kalo Lo baik-baik aja kata pak Erik nitip salam." Jawab Afdal sambil menyetir mobil.

"Nanti malam kumpul dirumah Cakra gimana?" Saran dari Anna.

"Ikut dong, mumpung malam Minggu tuh" sambung Kith dari belakang.

"Hm" balas Cakra singkat lalu menyandarkan kepalanya di pintu mobil dan memejamkan mata.

"Asik makan makan lagi dong" girang Kai.

"Masak apa ya yang enak?" Darel yang meminta saran dari mereka.

"Nanti kita beli aja, sorean gitu." Balas Afdal.

"Ohiya pas, gue siang ini soalnya ada kesibukan juga jadi mending sore." Sambungnya.

"Aku tau kesibukan apa" sahut Zora dari belakang.

"Apa?"

"Tidur kan"

"Pinter" balas Darel santai.

"Yee udah tau aku." Sambung Zora.

Zora menoleh pada Cakra yang tertidur tenang. "Ganteng banget" batinnya.

Suasana siang yang cerah lengkap dengan panasnya matahari, sibuknya orang yang berlalu-lalang di jalan.


Lanjut chapter berikutnya>>

𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang