Chapter #40

15 9 0
                                    

"Harusnya kamu bilang, biar aku ga ikut kalo kamu kemana-mana. Karena setiap ada aku pasti ada aja kejadian kayak gitu dan kamu tau kan itu bahaya banget ka!" Desak Zora dengan suara yang bergetar.

"Aku ngerti maksud kamu, tapi aku malah gamau kalo kamu sendirian kemana-mana, aku takut nanti disaat kamu sendirian kamu malah jadi sasarannya. Sekarang sama sekali belum tau pasti tentang ini tapi aku yakin kalo kejahatan itu menuju ke kamu." Cakra terus-menerus memberikan penjelasan serta pengertian untuk Zora.

"Dari mana kamu yakin kejahatan itu menuju ke aku?" Tanya Zora serius.

"Okei. Aku kasih tau, teror di rumah aku hari itu ada yang sengaja kirim kotak hitam yang isinya surat, dan di surat itu nulis singkatnya untung aja ini yang dapet aku, bukan kamu zora. Seakan kotak itu memang sengaja dikirim ke aku supaya yang kena luka karena benda tajam di dalamnya aku bukan kamu, dan suatu saat kamu juga bisa kena." Cakra menjawabnya dengan nada pelan halus yang terdengar nyaman ditelinga.

"Kamu selalu ingin lindungi aku dari dunia yang jahat, sementara kamu, kamu juga berada di dunia yang jahat, dimana orang-orang selalu berusaha untuk sakitin kamu, tapi kamu selalu memilih untuk lindungi aku daripada diri kamu sendiri ka."  Sambung Zora yang mulai meneteskan air mata perlahan.

"Janji aku untuk diriku sendiri, jika orang yang aku sayang kenapa-kenapa itu sama aja dengan aku sengaja tancapin pisau di hati aku, yang nantinya hati aku akan luka bahkan aku akan melemah dan mati. Sama jika kamu kenapa-kenapa, pasti aku gaakan bisa apa-apa." Balasnya dengan menarik tubuh Zora ke pelukannya. "Aku pernah bilang, jangan pernah sakit nanti ragaku juga akan merasakannya."

"I love you so much, I am so grateful to be the one you love, semoga umurmu lebih panjang dari umurku." Ucap Zora sambil sesenggukan.

"Heh! Jangan gitu, pokoknya yang baik-baik semoga datang ke kamu" Cakra mengucapkannya dengan nada yang selalu halus terdengar.

"Dan semoga yang terbaik selalu menopang kamu." Sambung Zora dipelukan Cakra.

Afdal, Kai, Anna tersenyum melihat mereka karena tau bahwa suasana sudah membaik.

"WOI WOI PULANG WOI" Teriak Kai.

Cakra dan Zora sontak menoleh dan tertawa, lalu kemudian kembali berjalan ke arah mobil untuk melanjutkan perjalanan.

"Ciee.. udah baikan nih" lantut Anna kesenangan.

"Emang sejak kapan marahan?" Suara Cakra yang terdengar jelas.

"Eh gue mo minta maaf, gara-gara gue kalian jadi berantem" ucap Afdal dengan tulus.

"Gapapa, kalo ga bilang juga aku gaakan tau apa-apa kan tentang ini" balas Zora.

"Gapapa dal, aman." Sambung Cakra sembari merangkul bahu Zora.

"Yaudah ayo jalan lagi, udah cape pengen rebahan juga." Ajak Zora, Zora kemudian kembali masuk ke dalam mobil dengan dibukakan pintu oleh Cakra diikuti Afdal, Kai, Anna yang juga masuk kembali ke dalam mobil.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dengan santai. Setelah menempuh perjalanan yang jauh kini mereka sampai kembali ke kota. Cakra segera mengantarkan Zora terlebih dahulu.

"Eh aku turun di rumah kamu aja ya zor." Kata Anna yang mengangkat kembali topik pembicaraan.

"Oh iya boleh" balas Zora.

Setelah beberapa lama kemudian akhirnya mobil Cakra berada tepat di depan gerbang rumah Zora.

Cakra bergegas turun untuk membukakan pintu mobil untuk Zora. "Eh ka, mo kemana?" Tanya Zora seakan mencegah.

"Bukain pintu buat kamu lah" jawab Cakra.

"Gausah aku aja sendiri, udah kamu juga keliatan cape banget. Nanti sampe rumah bersih-bersih abis itu langsung istirahat aja ya" perhatian Zora untuk Cakra.

"Makasih sayangg." Ucap Cakra dengan senyuman.

"Udah udah wei cukup arghhh" frustasi Afdal.

Setelah Zora dan Anna turun, Cakra masih memperhatikan mereka yang masuk ke dalam rumah agar tetap aman baru kemudian melanjutkan perjalanan.

"Lo beruda temenin gue ke bengkel bentar dulu ya, nambah angin ban mobil" titah Cakra diiyakan Afdal dan Kai.

Diperjalanan yang tenang sambil sedikit bercerita satu peristiwa kembali terjadi. Dijalan yang gelap sunyi satu motor melewati mobil Cakra dengan cepat dari arah belakang lalu kemudian mencegah mobil Cakra.

"LOH APA NIH" panik Kai.

"PREMAN GA SIH? JANGAN TURUN CAK" ucap Afdal panik.

Seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam yang tertutup rapat ditubuhnya mendekati mobil Cakra dan menggedor-gedor pintu mobil seakan menyuruh Cakra keluar.

Dengan emosi Cakra membuka pintu mobil dengan kasar dan turun menghadap laki-laki itu.

"HEH CAKARA!" Dengan cepat Kai dan Afdal ikut turun untuk mengawasi keadaan sekitar.

"Siapa Lo?, mo apa?" Tanya Cakra dingin pada laki-laki itu.

"Mau mereka ini.." menunjuk ke arah Afdal dan Kai. "Mau satu perempuan yang selalu sama kalian, dan mau Zora, MATI!" Suara berat yang terdengar dengan sedikit setak laki-laki mengucapkannya dengan terlihat penuh amarah.

Tatapan mata tajam Cakra, tanpa berbicara apapun Cakra menendang perut laki-laki itu hingga membuat ia mundur kesakitan. "Jangan pernah coba-coba sentuh temen-temen gue apalagi Zora dan keluarga gue. Ngerti Lo!" Desak keras Cakra penuh amarah meledak-ledak.

Laki-laki itu hanya tertawa kecil yang terlihat dari matanya. "Baik. Jangan banyak-banyak, Zora aja." Ucap laki-laki itu.

Dengan amarah yang berapi-api di dalam dirinya Cakra dengan cepat memukul dan menendang laki-laki itu hingga terjatuh kesakitan. "Udah gue bilang, jangan pernah coba-coba untuk nyakitin keluarga gue ataupun temen-temen gue terutama Zora!" Tekan Cakra keras.

"Cak udah udah!" Afdal menarik Cakra untuk berhenti memukul laki-laki itu.

"Bangsat! Jangan macam-macam Lo." Suara keras Kai pada laki-laki itu.

Afdal dan Kai berusaha menarik untuk menenangkan Cakra. Dengan cepat laki-laki itu kembali berdiri dan mengeluarkan sebuah senjata api!!

Lanjut chapter berikutnya>>

𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang