Saat melihat bahwa buku itu dipegang oleh Cakra, Zora tidak lagi ingin mengambilnya.
"Ga usah ka, baca aja biar aku cari buku lain" ucapnya dan dengan cepat segera berbalik hendak berjalan mencari buku lain meninggalkan Cakra didepannya.
"Ambil aja, ini aku udah baca berkali-kali, kasian bukunya pengen dibaca sama yang lain aja dulu" kata Cakra. Ia kembali mengulurkan tangannya untuk membiarkan buku itu.
Akhirnya Zora mengambilnya. "Makasih" ucap Zora dengan suara pelan.
Tiba-tiba entah apa yang dirasakan Zora, namun ia terpikir sesuatu.. Zora teringat pada surat yang di berikan seorang laki-laki di kantin tadi. Yang saat Anna menyapanya namanya adalah Afdal. Jelas kepikiran, karena surat itu belum sempat di baca olehnya.
Zora duduk di bangku perpustakaan sambil membaca buku itu, sedangkan Cakra masih sibuk mencari buku di rak yang tersusun rapih.
Saat ia baru saja membuka buku itu, ada sebut lembar kertas kosong seharusnya, namun saat dibuka lembar kosong itu berisikan sebuah tulisan. Entah siapa yang menulisnya, namun tulisan itu bertuliskan:
Page ¹
"Tunggu sampai aku mulai mencintaimu!!"Isi tulisan di lembar kosong itu seketika membuat Zora terkejut, dipikirannya bertanya-tanya siapa yang berani menulis di buku paket itu.
"HAH? kok gini?" Ujarnya kaget.
Cakra yang mendengar Zora langsung bertanya. "Kenapa?" Tanya singkat Cakra.
"Hah, e-engga ini bagus aja bacanya" jawab Zora dengan sedikit gugup dan tidak memberi tahu kebenarannya pada Cakra.
Cakra menolehkan pandangannya ke arah rak buku lagi namun tersenyum seolah ia tau bahwa yang ditulisnya sudah di baca Zora.
Tulisan yang baru saja dibaca Zora yang menulis adalah Cakra. Ia sengaja menulisnya, karena dia sadar bahwa dia tertarik pada Zora.
"Katanya kamu mo ikut lomba besok?" Tanya Cakra tiba-tiba.
"Ohiya ka, mo coba" jawab Zora dengan perasaan yang gugup.
"Apa ini, Kenapa saat aku dekat ka Cakra rasanya gugup banget ya.. tenang Zora, tenang. Dia kan ga ngapa-ngapain. Okei santai tenangin diri kamg Zora!" Batin Zora yang berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Ternyata di suara hati yang berbeda ada juga yang sedang berbicara..
"Cantik, dia indah, dia sederhana? Ya mungkin. Belum tau sepenuhnya, tapi hatinya perasa dan penuh kebaikan.. semoga suatu saat aku bisa mendapatkan perempuan sepertimu, bahkan mendapatkan kamu?, Zora?" Ucap suara hati Cakra.
Dengan suara lembut Cakra melantunkan pertanyaan. "Zora, sudah baca surat yang aku tulis?" Tanya Cakra mendadak.
Zora seketika kaget dan bingung. Prihal surat karena sama sekali tidak mendapatkan surat dari Cakra. "Maaf, surat? Tapi aku ga pernah terima surat dari ka Cakra" jawab Zora kebingungan.
"Tadi pagi ada yang kasih kamu surat di kantin sekolah?" Tanya balik Cakra dengan menoleh pada Zora.
"Oh itu. Iya iya, ada kata Anna namanya ka afdal kalo ga salah, iya katanya surat itu dari temannya, jadi teman yang dia maksud itu ka Cakra?" Tanya balik Zora pada Cakra sambil melihat matanya.
"Iya, gausah takut itu bukan surat teror!" balas Cakra. Ia sempat memegang buku namun langsung dikembalikan lagi ke rak buku dihadapannya.
Zora yang sudah dilanda rasa penasaran semenjak Cakra membahas tentang surat itu seketika mengeluarkan surat dari kantongnya dan hendak ingin membukanya. Namun Cakra melarangnya untuk membuka dan membacanya disitu.
"Zora, jangan buka di sini, nanti aja kalau sudah sampai rumah" tegur Cakra dengan panik.
Walaupun bingung namun Zora tetap mengiyakannya. "Ohiya ka." jawab Zora.
Didalam ruang perpustakaan tidak ada murid lain yang membaca buku dan memang hanya ada mereka berdua.
Sore itu matahari sudah dingin. Cahaya matahari yang tembus masuk melewati kaca perpustakaan seakan memiliki vibes sendiri.
Saat Zora masih duduk dan membaca buku yang diberikan Cakra tadi, Cakra kembali mengangkat topik. "Sudah sore sekali, pulanglah." Cakra seakan memperhatikan Zora dengan baik.
"Duluan aja ka, aku nunggu jemputan aja. Memang lumayan lama soalnya tadi pagi mobil ku rusak pas dijalan. Itu juga yang buat aku jadi terlambat ke sekolah." jawab Zora dengan tersenyum ke arah Cakra.
"Mau ku antar pulang?" Dengan santainya Cakra menawarkan itu pada Zora.
Zora yang sibuk membaca buku seketika kaget dan langsung melebarkan matanya. "Hah? Ga ka, gausah lagian rumah ku jauh" Jawab Zora yang kaget mendengar tawaran dari Cakra itu.
"Gapapa, mari aku antar, ini aku yang menawarkan jangan takut merepotkan." Jawab Cakra kemudian mengambil tasnya dan berjalan perlahan keluar.
"Beneran gapapa?" Tanya Zora lagi yang masih ragu.
"Tentu!." Jawab Cakra singkat.
Zora seketika memancarkan senyum diwajahnya. Dengan buru-buru ia mengembalikan buku itu di rak asalnya dan merapihkan tasnya lalu berjalan keluar mengikuti Cakra.
Sungguh gugup. Baru saja kenal Cakra sudah menawarkan pulang bersama pada Zora. Walaupun dengan perasaan yang gugup Zora tetap berprilaku santai didepan Cakra.
"Udah ma'am, terimakasih. Aku pulang dulu" pamit Zora pada guru yang menjaga perpustakaan itu.
Zora berjalan mengikuti Cakra menuju parkiran. Cakra langsung menaiki motornya. "Tunggu apa? Naik." Titah Cakra pada Zora yang hanya bengong melihat Cakra saat menaiki motornya.
"Ohiya." Zora sontak naik ke motornya. Detak jantung yang berdetak kencang, prihal tidak enak pada orang-orang lain yang masih ada disekitar.
"Eh itu bukannya ka Cakra?"
"Itu pacarnya?"
"Cocok banget sama-sama cakep."
Gumam beberapa orang yang masih berada disekitar mereka dan memperhatikan.
Lanjut Chapter Berikutnya>>
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)
Dla nastolatków⊹ ࣪ ﹏𓊝﹏𓂁﹏⊹ ࣪ ˖ Di tepi laut, seperti di sapa debur ombak juga dilengkapi air hujan yang meneteskan rintik nya perlahan, hari yang Sempurna serta Berharga. Kata Cakra perasaan yang tidak pernah di ungkapkan tidak akan pernah menjadi apa-apa. Dan k...