Tok..
Tok.
Tok..
Suara ketukan pintu dari luar ruangan, ternyata Afdal dan juga Kai sudah tiba tepat di depan rumah Cakra.
Cakra dengan cepat mencuci mukanya di kamar mandi lalu berlari ke bawah.
"Eh cak, aman?" Tanya Kai, terlihat ditangannya dia memegang sebuah tas hitam.
"Tas apa?" Tanya Cakra balik. Cakra menunjuk arah tas hitam yang dipegang Kai.
"Itu tas yang gue bilang tadi, yang di tinggalin di meja sama laki-laki yang kasih tau Zora kalo lo di pukulin" sahut Afdal.
Cakra menarik tas hitam itu dari genggaman Kai dengan kasar. Tas hitam itu terlihat di ikat sangat rapi, Cakra menyobek tas hitam itu, kemudian terlihat sebuah kotak putih. Dengan emosi Cakra membuka kotak itu.
Selembar surat ada di dalamnya, saat hendak ingin mengambil surat di dalam kotak itu..
Srekk..
Suara robekan seakan terdengar. Jari manis Cakra robek terkena benda tajam yang ada di dalam kotak.. darah seketika mengalir deras bahkan sampai membuat kotak putih itu sedikit berwarna merah menyala!
Arghh..
Dengan kesakitan Cakra menahan dan tetap bersikap tenang, sambil terus menahan rasa sakit Cakra hanya berusaha menghentikan darah yang terus mengalir di tangannya.
"HEH HEH CAK!" Panik Kai.
"Anjing! Apaan itu bangsat!" Ujar Afdal dengan panik. Dengan cepat kotak putih yang diletakkan di atas meja itu di hempasan ke lantai oleh Afdal.
Beberapa silet, potongan kater, serta serpihan kaca berhamburan seketika. Untungnya suara bising dari itu tidak membuat salah satu keluarga Cakra bangun.
Kai yang sudah hafal tentang detail rumah Cakra berlari menuju tempat P3K. Sementara afdal masih terus membantu memegangi tangan Cakra yang terus mengalirkan darah segar.
Lantai putih rumah Cakra itu diteteskan darah yang banyak. Dengan tenang Cakra mencoba menghentikan darah itu dengan menutup luka sobekan itu menggunakan baju putihnya.
"Nih nih nih.. sabar sabar pake tisu dulu" ucap Kai dengan kembali sambil membawa kotak P3K.
Dengan cepat cakra mengambil tisu lalu membersihkan darah yang terus mengalir, karena tak kunjung berhenti Cakra langsung menuangkan alkohol untuk membersihkan sisa kotoran yang mungkin nanti bisa menjadi infeksi jika tidak dibersihkan.
"Aduhh" kai yang melihatnya merasa ngilu, namun Cakra hanya memasang ekspresi datar.
"Yakin gue yakin parahh ini sengaja ini yang ngasih ni kotak sialan ini" kata Afdal. Afdal mendekati kotak yang terhempas kelantai itu lalu dengan hati-hati mengambil kertas yang tadinya ada di dalam kotak itu.
Surat itu sudah sedikit lusuh, bahkan sedikit kena percikan darah Cakra. Sembari Cakra yang membersihkan lukanya Afdal membaca surat itu lebih dulu.
Isi tulisan di dalam surat itu menuliskan..
Aku masih ada Cakra, aku tidak pernah menyerah. Untung saja yang kena silet itu kamu bukan Aozora Nerissa!!
__"Wee Wee Wee.. liat liat" afdal memberikan surat itu pada Cakra. Cakra membacanya dengan kaget dan bingung siapa orang itu.
"Berani banget njir" ujar Kai.
"Lo kenal cak?" Tanya Kai.
"Jangan kasih tau Zora tentang ini" tanpa menjawab pertanyaan Kai, Cakra hanya menyuruh mereka berdua untuk diam dan tidak bicara apapun tentang ini pada Zora.
Jam sudah menunjukkan pukul 03:00 Pagi.
"Lo berdua tidur sini aja" ucap Cakra.
Menjelang subuh itu mereka bertiga tertidur di ruang tamu.. hingga pagi kembali tiba Cakra terbangun lebih dulu di bandingkan kedua temannya.
Cakra lari menuju kamarnya. Bersiap-siap untuk kembali ke rumah sakit.Saat Cakra kembali turun ke bawah, keuda temannya sudah di meja makan dan sarapan bersama keluarganya. Dengan cepat tanpa ikut sarapan Cakra pamit untuk ke rumah sakit.
Cakra turun sambil memakai jaket, ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket agar mami dan papi nya tidak melihat luka yang ia perban.
"Mi, Pi, Cakra duluan ya, mo ke rumah sakit" ucapnya..
"Kamu ga sekolah?" Tanya mami Cakra.
"Oh ngga kok Tante semalem kami dapat informasi katanya hari ini guru-guru pada upacara gatau di mana tuh" sahut Kai.
Cakra berjalan keluar rumah dan membawa mobilnya untuk menuju rumah sakit. Dengan santai menikmati perjalanan akhirnya Cakra sampai di parkiran rumah sakit itu.
Cakra berjalan masuk ke dalam menuju ruang rawat Zora.
Tok..
Tok..
Tok..
Suara ketukan pintu kembali terdengar dari luar ruangan terdengar jelas suara mama Zora yang dengan sopan bertanya dulu sebelum masuk.
"Permisi Tante, Zora, Cakra boleh masuk ga?" Tanya nya dengan sopan.
"Ka masuk aja ka" zora mendengar lalu menjawab Cakra.
Saat Cakra masuk ke dalam ternyata Zora hanya sendiri.
"Hai Zora yang sempurna nya sedunia." Sapa Cakra sambil tersenyum. "Loh mama kemana?" Tanya Cakra.
"Mama barusan pulang mau mandi katanya, aku udah sehat makanya aku biarin mama pulang aja dulu" jawab Zora. Lalu mengangkat jempolnya.
Namun Zora menyadari perban di jari Cakra.
"Ka? Itu kenapa tangannya? Luka?" Tanya Zora serius.
"Iya ini kena pisau di rumah sayangg, tadi tuh pas motong buah buat sarapan" cakra tidak berniat untuk membohongi Zora hanya saja takut untuk mengatakan yang sebenarnya, takut Zora kepikiran.
"Tapi udah di taruh obat kan ka? Itu gapapa kan" ucap Zora.
"Gapapa ini, aman aman" jawab Cakra. Cakra memandangi Zora sambil tersenyum.
Mereka saling bertatapan. Ruangan itu seakan di isi oleh rasa cinta dan kasih sayang, tanpa berbicara hanya terus memandang sambil tersenyum. Di tengah tengah kemesraan itu..
Krekk...
"HALLOOO" anna membuka pintu itu tanpa mengetoknya. Cakra dan Zora lantas kaget.
"Sttt.. lain kali ketok pintu dulu" tegur Cakra.
"Hai Anna" sapa Zora dengan gembira.
Zora dan Cakra mengira bahwa memang hanya Anna sendiri yang datang namun ternyata ada Kai dan juga Afdal yang tiba-tiba masuk.
"Hallo hehe.." Sapa Afdal.
"Misi ya pak, jenguk doang kok beneran ga macem-macem" Ucap Kai sambil tertawa kecil..
Di sana mereka saling bertukar cerita bercanda gurau bersama, bahkan makan makan.. namun salah satu dari mereka tidak ada yang membahas tentang hal yang terjadi pada Zora malam itu bahkan tentang jari Cakra yang luka.
LANJUT CHAPTER SELANJUTNYA>>
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐚𝐬𝐚 𝟎𝟗𝐒𝐌𝐀 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 (𝐎𝐧 𝐆𝐨𝐢𝐧𝐠)
Teen Fiction⊹ ࣪ ﹏𓊝﹏𓂁﹏⊹ ࣪ ˖ Di tepi laut, seperti di sapa debur ombak juga dilengkapi air hujan yang meneteskan rintik nya perlahan, hari yang Sempurna serta Berharga. Kata Cakra perasaan yang tidak pernah di ungkapkan tidak akan pernah menjadi apa-apa. Dan k...