85% scene chapter ini adalah milik tengsik, sisanya diminta mikir lagi😆
Selamat membaca.
🗝🗝🗝
"Tsk!! Yash, aku bosan!!" Jessica berguling kesana kemari tak tahu harus apalagi, tugas sudah selesai semua, harusnya ia bisa bermain dengan Eunjung malam ini tapi nyatanya tetangganya itu menonton film bersama sang kekasih.
Ia menatap langit kamar, teringat akan pertanyaannya sendiri pada Eunjung, lalu memukul kasur tanpa henti. "Bisa-bisanya aku bertanya demikian, ishhh!!!!"
Untuk menutup rasa kesalnya, rasa malunya, ia menggulir sosial media, satu postingan baru dari Hyomin terlihat. Hyomin hanya memamerkan satu popcorn besar dan dua minuman di dalam private bioskop, akan tetapi kolom komentar sudah sangat ramai oleh para pengikut sahabatnya itu.
Omoooo kalian manis sekali Unnie.
Beritahu kami kalian ada dimana? Kami ingin ikut serta.
"Tsk, kalian ini terlalu berisik dengan kehidupan orang lain!!!" Jessica beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar karena merasa bosan, berniat mencari angin malam itu lebih baik.
Menuruni anak tangga, melihat orang tuanya baru tiba di rumah. Jessica hanya tersenyum masam.
Daniash Jung terlihat menatap Jessica dengan tajam, wajahnya pun merah tatkala melihat putrinya saat ini. Dengan segera ia berjalan cepat lalu---
PLAKKKKKKK
Tamparan keras mendarat di pipi kiri Jessica. Gadis itu hanya tersenyum, ia sudah tahu mengapa sang Ayah murka. Tentu saja karena Jessica mendapat dukungan besar dari tamu undangan saat ulang tahun Hanboore kemarin.
"Kau!!! Beraninya memasukan Mahasiswi beasiswa di kelas Eksekutif, mereka hanya bisa masuk di kelas Yudikatif!!!!"
Jessica masih belum merespon apapun, ia hanya memandang Daniash Jung dengan tatapan mengejek.
"Mereka tidak pantas menjadi Hakim ataupun Jaksa, kau tahu kelas Eksekutif diperuntukan bagi siapa saja ha???"
Putri sulungnya ini mendekat, ia justru mengusap debu di pakaian sang Ayah, "Excuse me, Dad. Kau itu siapa di Hanboore? Istrimu saja tidak ada wewenang di Kampus itu, apalagi kau. Perhatikan baik-baik ucapanku, kau itu hanya seperti ini," Ia meniup debu dari tangannya. "Debu yang menempel, sama sekali tak berarti." Jessica tersenyum bahagia melihat Ayahnya murka.
"Kau!!!!" Ia hendak menampar Jessica tapi sang putri menangkisnya.
"Sadarlah Dad, Hanboore itu ada di tanganku, siapapun tidak berhak atas kampus itu. Istrimu hanya mengesahkan melalu yayasan bukan berarti dia yang berhak atas segala di dalam kampus, mengerti? Look at me, yang ada di depanmu inilah penguasa Hanboore, so aku mau apapun terserah aku, kau tidak mempunyai suara sekecilpun, apalagi ingin mengambil alih Hanboore, tsk! Yang benar saja, apa tidak cukup mengambil SJ Group dari Haraboji hmm?"
"Jessica!!!!!" Danish Jung sangat geram, ia sudah menarik leher Jessica.
"Yeobo, kendalikan emosimu." Hera Han tentu saja melarang suaminya bertindak bodoh.
"Jessica, biarkan Daddymu tenang lebih dulu." Hera Han mengusap punggung sang suami sambil meminta Jessica tidak melanjutkan perdebatan.
Sebelum pergi, putri sulungnya tersenyum sambil mencibir Ayahnya yang terlihat bodoh saat ini, Jessica jelas senang ia menang lagi melawan Daniash Jung. Ia masuk ke mobil, meremas kemudi lalu menidurkan kepalanya, ingin menangis tapi tak bisa. Yang ia lalukan hanya berdiam diri seperti biasa ketika berdebat dengan sang Ayah. Dulu, ia hanya menurut dengan hukuman demi hukuman Daniash Jung tapi setelah Kakeknya meninggal barulah ia mulai berani memberontak.