Chapter X: Terjebak dalam Jebakan

215 51 1
                                    

Jisoo berjalan dengan langkah cepat, menjauh dari paviliun secepat mungkin tanpa tampak terlalu mencolok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo berjalan dengan langkah cepat, menjauh dari paviliun secepat mungkin tanpa tampak terlalu mencolok. Kejadian tadi—sentuhan tangan Taeyong di pipinya, senyumnya yang licik, dan ketegangan yang menggantung di antara mereka—terus berputar di kepalanya. Rasa dingin merayap dari ujung jari hingga ke punggungnya, membuatnya merasa seolah-olah setiap sudut mansion ini menjadi semakin sempit dan berbahaya.

Apa yang sebenarnya dia inginkan? Jisoo tidak bisa berhenti bertanya pada dirinya sendiri. Kalimat Taeyong tentang “kotoran di wajahnya” terasa seperti lelucon yang mengerikan. Tatapan pria itu bukanlah tatapan seorang yang hanya membersihkan noda kecil. Dia sedang menguji sesuatu dan Jisoo tidak tahu seberapa banyak yang sudah dia ketahui.

Dia melangkah menuju sayap pelayan, tempat di mana biasanya dia bisa sedikit bersantai tanpa diawasi. Tapi hari ini, bahkan tempat itu terasa tak aman. Setiap bayangan di mansion ini seolah mengawasi. Setiap penjaga yang berdiri di sudut atau pelayan yang lewat di lorong tampak seolah mereka tahu lebih banyak daripada yang seharusnya. Jisoo harus tetap waspada. Dia tahu bahwa sekarang, lebih dari sebelumnya, dia harus berhati-hati dengan setiap gerakannya.

Jisoo membuka pintu kamarnya dengan cepat, lalu menutup pintu di belakangnya dengan hati-hati. Di ruangan kecil dan sederhana itu dia bisa menghela napas sejenak meskipun rasa cemas masih menggantung di udara. Dia menduduki ranjang yang sempit dan mencoba mengatur napas. Ketegangan yang dia rasakan tadi ketika Taeyong mendekatinya masih terasa di kulitnya.

Dia menarik napas dalam-dalam, memegang pipinya yang tadi disentuh Taeyong. Masih ada sedikit rasa dingin di sana meskipun seharusnya itu hanya sentuhan biasa. Tapi Jisoo tahu lebih baik. Taeyong tidak melakukan apa pun dengan sembarangan. Setiap gerakannya penuh dengan maksud tersembunyi dan sentuhan tadi bukanlah pengecualian.

Jisoo menggigil pelan. Tatapan Taeyong tadi terlalu tajam, terlalu dalam. Pria itu tidak mungkin hanya berhenti pada kecurigaan biasa. Apakah dia sudah menyadari siapa dirinya sebenarnya? Apakah dia mulai menyusun rencana untuk menjebaknya?

Jisoo berdiri dari tempat tidur dan berjalan mondar-mandir di ruangan kecil itu. Tidak, dia tidak bisa panik sekarang. Jika dia mulai menunjukkan ketakutan atau kepanikan, itu hanya akan membuat pria itu semakin curiga. Dia harus tetap tenang, tetap berpegang pada rencananya. Tapi... rencana apa?

Setelah kejadian tadi, Jisoo merasa bahwa dia harus bergerak lebih cepat. Balas dendamnya pada Taeyong adalah satu-satunya alasan dia ada di sini, tapi semakin lama dia berada di Kediaman Han semakin sulit baginya untuk bertindak. Taeyong adalah pria yang selalu selangkah di depan. Dia selalu tampak tenang, penuh perhitungan, dan setiap kali Jisoo berpikir bisa mendekatinya, pria itu seolah sudah tahu langkah selanjutnya.

Mungkin malam ini, pikirnya. Dia harus mulai lebih aktif mencari jawaban. Mansion ini penuh dengan rahasia. Ada lorong-lorong tersembunyi dan tempat-tempat yang belum pernah dia lihat. Dan mungkin, ada sesuatu yang bisa memberinya informasi lebih tentang Taeyong—kelemahan, rahasia pribadi, atau setidaknya cara untuk mendekati pria itu tanpa terlalu banyak risiko.

Breaking Her | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang