Sudah terlambat untuk melarikan diri—sialan! Terlambat juga untuk menyesali pilihannya—sialan! Sekarang satu-satunya pilihan yang tersisa adalah berjuang mati-matian untuk menghindari kematian. Tidak ada waktu untuk berpikir, tak ada waktu untuk mencari sekutu. Di sini dia sendirian kebingungan mencari perlindungan sementara bayang-bayangan kematian terus mengintainya.
“Sialan, sialan, sialan!” Dia tak pernah berhenti mengumpat, mengutuk orang-orang yang telah menjebaknya dalam situasi terkutuk ini—terperangkap, terdesak, dan dipaksa menyerahkan hidup dan matinya di tangan para psikopat sialan itu.
“Bajingan gila,” pikirnya sambil berlari cepart. “Apa mereka pikir nyawaku cuma lelucon?”
Sejak tembakan ketiga meledak ke udara, dia tahu dia harus melarikan diri ke dalam hutan yang asing ini, medan yang belum pernah dia kenal. Jika dia tak bergerak sekarang, dia akan mati seperti kelinci malang yang mereka buru untuk hiburan.
Si Pria Han dan teman-temannya benar-benar sinting. Bahkan kata “sinting” mungkin masih terlalu ringan untuk menggambarkan kegilaan mereka. Psikopat! Mereka semua iblis dalam bentuk manusia, terutama Taeyong Antoine Han—otak di balik permainan perburuan ini. Orang-orang kaya sialan itu tak punya empati. Mereka tertawa, menikmati pertunjukan sadis ini, sementara para wanita malang yang terjebak bersama Jisoo diperlakukan lebih buruk dari binatang buruan.
Yah, sialnya sekarang, Jisoo adalah salah satu dari mereka. Dia Jisoo Lyudmila Baek—atau setidaknya, nama itulah yang dia gunakan sekarang. Nama itu hanyalah topeng. Dia sebenarnya sang Putri Kedelapan dari keluarga Kim. Setelah dikhianati oleh saudara kembarnya dan nyaris mati, dia menyamar, menjalani kehidupan baru. Tapi tidak ada penyamaran yang bisa melindunginya dari kegilaan ini.
Dia terperangkap dalam permainan perburuan yang dirancang para psikopat tersebut. Bagi Jisoo permainan ini bukan hanya konyol—ini adalah tragedi. Sebuah penipuan besar yang tidak bisa ditolak ketika si Pria Han mencetuskan ide gilanya. Ternyata ide permainan Taeyong adalah membiarkan para wanita melarikan diri ke dalam hutan, sementara para pria menjadi pemburu.
Jisoo mengutuk Taeyong, pria yang menyeretnya ke dalam permainan gila ini. Dia tidak punya pilihan selain mematuhi ketika Taeyong memerintahkannya bergabung dengan barisan para wanita yang dipaksa mengenakan kostum kelinci vulgar yang lebih pantas disebut penghinaan daripada pakaian, yang menempel ketat di tubuh. Setiap langkah terasa seperti pengkhianatan, seakan seluruh dunia ikut berburu dirinya.
Awalnya Jisoo berpikir ini hanya lelucon kejam. Tapi saat Taeyong menyuruhnya menanggalkan pakaiannya dan mengenakan kostum itu, dia mulai memahami apa yang terjadi. Ini bukan sekadar permainan. Ini adalah perburuan—mereka yang diburu adalah para wanita yang malang dan para pemburu adalah pria-pria psikopat berkuda dengan senapan di tangan.
Jisoo ingin melawan, menolak diperlakukan sama seperti wanita-wanita itu, tapi tatapan dingin Taeyong membungkamnya. Pria itu menatapnya seperti binatang yang terpojok, seolah tahu setiap pikiran pemberontak yang berusaha disembunyikannya. Jisoo tak punya pilihan. Jika dia melawan, dia akan mati lebih cepat. Jika dia bertahan, mungkin masih ada kesempatan. Atau lebih buruk lagi, Taeyong akan mengetahui niat sebenarnya mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Her | taesoo [✔️]
FanfictionDikhianati oleh saudara kembarnya, Putri Kedelapan dari keluarga assassin hidup dengan identitas baru sebagai Jisoo Lyudmila Baek, setelah diselamatkan dari kematian oleh seorang bangsawan muda, Daisy Lavinia. Demi membalas budi, Jisoo bersumpah mel...